Kania sudah duduk di balkon kamar Alin dengan keadaan rapi, ya rapi dengan baju tidur dan juga cepolan rambutnya. Jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh malam, tapi Alin dan Bunda belum pulang juga, Ayah juga tadi pamit entah kemana.
Kania bosan, sangat bosan dia ingin melukis atau menghabiskan waktunya dengan Papanya seperti biasanya, tapi dia takut akan menggangu nantinya.
Kania memperhatikan segala sudut kamar ini, sebenarnya tak kalah luas dari kamar Azka. Hanya saja ini terlihat lebih polos tanpa banyak ruangan tambahan.
Kania memutuskan untuk pergi ke dapur dan mengambil beberapa makanan, dia akan menonton tv saja. Saat dia akan mengambil snack dia melihat Azka sedang memberi makan ikan.
"Ikan kok makan malam" ucapnya tapi tak dihiraukan Azka.
"Nanti ikannya gendut tau, jadi gak bisa renang malah tenggelam" ucapnya asal.
"Kak disini ada Kania loh, malah di anggurin"
"Kak nonton sama Kania mau gak? Kania bosan gak ada Kak Alin" dia tidak menyerah untuk mengambil perhatian Azka, sedangkan Azka? Dia kembali menyimpan makanan ikan dan berjalan menuju wastafel.
Dia mencuci tangannya dan berjalan melewati Kania.
"Kita gak makan malam?" Tanya Kania."Ya sudah kalau kakak tidak makan malam, Kania juga" ucapnya dan membawa snack tadi ke lantai dua, ruang TV. Saat Azka akan masuk ke kamarnya Kania menarik lengan Azka hingga ia terduduk di sofa.
"Kan aku udah bilang kita nonton TV" ucapnya dan menyalakan TV.
"Jika aku ingin menonton TV, lakukan sesukamu tapi jangan ganggu aku" jawab Azka dengan tatapan tajam.
"Kan aku hanya menawarkan menonton bersama kak" jawabnya polos.
"Terserah kau saja" jawab Azka dan kembali masuk ke kamarnya. Sedangkan Kania hanya bisa tersenyum kecut menatap kepergian Azka.
Lagi-lagi dia harus menahan rasa sakit hatinya dengan semua perlakuan dingin Azka. Terkadang dia berfikir apa dia setidak menarik itu? Ataukah dia terlalu bodoh?. Teman-temannya bilang dia terlalu aktif, terlalu memaksakan kehendak pada Azka, dan bersikap sedikit murahan.
Tapi apa itu salah? Dia bertindak seperti ini hanya pada Azka, tidak dengan pria lain. Apa itu tetap disebut murahan? Dia merasa itu sebuah perjuangan. Ponselnya tiba-tiba saja berbunyi, dengan segera dia mengambil dan mengangkatnya.
"Halo"
"Kania kamu baik-baik saja?"
"Papa" panggil Kania mendengar suara itu, dia sangat merindukan Papanya.
"Iya sayang ini Papa"
"Kania kangen" ucapnya dengan suara serak.
"Papa sama Mama juga, kamu baik kan?"
"Kania baik Pa, Bunda udah anggap Kania seperti anaknya sama kaya Kak Alin dan Kak Azka" ucapnya tapi semakin ia mengeluarkan setiap kata semakin air matanya mendesak ingin keluar.
"Papa" panggilnya lagi.
"Kenapa sayang, jangan menangis"
"Jangan tinggalkan Kania dan Mama ya, Kania janji akan nurut sama Mama dan tidak akan membuat banyak masalah. Tapi tapi jangan pergi sama tante Lisa dan Jelo" akhirnya semua kata-kata yang ingin dia sampaikan kepada Papanya sudah ia ucapkan bersamaan dengan air mata yang mengalir begitu derasnya.
"Tidak ada yang akan meninggalkan kalian Kania, tidak akan. Dan masalah tante Lisa kamu tau dari mana?"
"Aku tidak sengaja mendengar Bunda dan Ayah bercerita"
![](https://img.wattpad.com/cover/230666501-288-k384577.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKARA dan KANIA (End)
RomanceKania si gadis ceria yang jatuh hati pada pria dingin bernama Azkara sejak dia masih kecil, sikap dingin dan kasar Azka tidak pernah membuatnya berhenti menyukai pria itu bahkan semua penolakan yang dilakukan pria itu tidak berarti apa-apa baginya. ...