BAGIAN 4

20K 1.3K 9
                                    

Hari ini Kania memilih untuk tetap berangkat ke sekolah walaupun badannya sudah merasa tidak enak dan suhu badannya lebih panas dari biasanya.

"Kania kamu yakin tetap sekolah? Kalau kamu mau Alin bisa izinin nanti" ucap Aunty Quin terlihat khawatir.

"Gapapa aunty Kania masih kuat kok" jawabnya tersenyum.

"Itu karna kamu terlalu banyak menangis kemarin"

"Kemarin Kania sangat takut Papa sama Mama berpisah Aunty" jawabnya

"Itu tidak akan pernah terjadi Kania. Ya sudah kalian berangkat gih supirnya udah siap" jawab Aunty Quin.

"Alin berangkat Bunda" ucap Alin menyalim tangannya.

"Kania juga Aunty" ucapnya juga menyalim tangan Acha. Sebelum pergi Alin menatap Acha dengan senyuman aneh dan raut wajah lucu.

"Aunty marah gak kalo Kania juga manggil Bunda" ucapnya dengan wajah yang lucu dan terlihat sedikit malu.

"Tentu saja tidak Kania, kamu bisa manggil Aunty jadi Bunda sama seperti Alin dan Azka" jawab Acha terkekeh.

"Baiklah sekarang anak Bunda ada tiga, dan Alin punya adik" jawab Alin dan di balas senyuman ringan ketiganya.

"Hati-hati di jalan anak-anak Bunda, belajar yang rajin" ucap Acha

"Siap Bunda" jawab Alin dan Kania bersamaan. Lalu mereka memasuki mobil bersama sedangkan Azka sejak pagi tadi sudah berangkat sendiri dengan mobilnya.

Kania masih banyak melamun sejak tadi malam, padahal setelah kepulangan Uncle Riky dan Bunda semalam dia sudah mulai tersenyum.

"Ada apa?" Tanya Alin menyentak lamunan Kania.

"Emh tidak apa-apa kak" ucapnya

"Aku sekarang kakakmu bukan?" Tanya Alin menatap Kania dan di balas Kania dengan Anggukan.

"Ya sudah kalau begitu ceritakan padaku" dengan sedikit ragu Kania menceritakan bahwa dia mendengar percakapan Ayah dan Bunda tadi malam tentang hubungan Papa dan Mamanya.

Dia tau bahwa Papanya sudah menikah lagi dan memiliki anak, dan yang paling membuatnya kaget adalah anak itu adalah Jelo. Bagaimana bisa papanya bersikap seperti itu kepada Kania dan Mamanya. Tapi dia juga mendengarkan keseluruhan ceritanya, dia tidak bisa memungkiri bahwa kesalahan tidak seluruhnya ada pada Papanya.

"Aku yakin semua itu pasti ada alasan yang jelas, jadi kamu tenang aja kamu dan aku kenal dengan jelas Uncle Juan" jawab Alin yang juga sedikit kaget mendengar penuturan Kania.

"Aku juga yakin Mama tidak akan merusak pernikahan mereka, sekarang lebih baik aku fokus sekolah dan tidak memberatkan beban fikiran Papa dan Mama"

"Iya kamu juga akan tinggal di rumah kami sampai keadaannya benar-benar tenang"

Kania tersenyum hangat melihat Alin, dia merasa memiliki seorang kakak yang sangat baik dan perhatian.

"Kau bisa mendekati kak Azka" bisik Alin

"Aku tidak yakin"

"Aku akan membantu mu"

"Benarkah? Terima kasih banyak kak"

Sesampainya di sekolah Alin langsung masuk ke ruangannya kelas 12-IPA 1 sedangkan Kania pergi ke kelas 11-IPA 3. Saat jam pelajaran pertama Kania masih baik-baik saja hanya sedikit pusing namun masih bisa ia tahan.

Teman-temannya bahkan heran melihat perubahan raut wajah Kania, biasanya dia akan heboh dan suaranya akan sampai dimana-mana. Tapi sekarang dia terlihat lebih pendiam dan wajah yang sedikit pucat.

AZKARA dan KANIA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang