Ini adalah kisah seorang laki-laki dengan takdir yang berbeda.
Sepenggal kisah anak laki-laki berjiwa tangguh dan berhati besar.
Terlahir kaya materi namun miskin kasih sayang. Terlahir kaya harta namun miskin perhatian.
Apakah laki-laki ini selalu mengeluh dan bersedih layak nya anak lainnya yang tidak bersyukur akan kehidupannya?
Kisah ini mengajarkan kita untuk tetap bersyukur dimanapun dan kapanpun.
Bersyukur akan hidup mu, takdir mu, dan semua yang dimiliki mu.
.
.
."Leukimia. Hanya sedikit kemungkinan kamu untuk sembuh."
Seorang laki-laki remaja menahan nafasnya. Wajahnya yang sudah pucat kini bertambah pucat. Pernyataan dokter mengenai diagnosis tubuhnya ternyata sangat mengerikan.
Tubuhnya semakin lemah, tapi kenyataan pahit ini semakin membuat tubuhnya tak berdaya.
"Kamu harus kasih tahu orang tua kamu, Nak. Penyakit ini bukan sesuatu yang sederhana."
Anak laki-laki itu menatap sang dokter lalu tersenyum tipis. "Saya akan memberitahu mereka, Dok," ucapnya. "Terimakasih atas pemeriksaannya. Saya pamit dulu untuk menebus resepnya."
Laki-laki itu keluar dari ruang dokter. Semangatnya menipis semakin bergulirnya waktu. Ia menebus obat dan membayar nya sendiri. Bukan perkara sulit bagi dirinya mempunyai uang, ia dilahirkan dari keluarga berada.
Setelah selesai menebus obatnya, laki-laki ini berjalan keluar rumah sakit. Disana sudah ada sebuah mobil mewah menunggunya. Kaca belakang mobil itu terbuka menampilkan seorang anak laki-laki lain.
"Gevan! Buruan, woy! Lo abis ngapain si di rumah sakit? Gue bisa telat main PS!" teriak laki-laki itu dari dalam mobil.
"Iya, anjir. Kalem, dong!"
Gevan. Anak laki-laki kelas sebelas SMA yang menderita Leukimia akut. Ia sudah memeriksakan fisiknya beberapa kali kepada dokter yang berbeda. Dan hasil nya sama.
Ia kira diagnosis awal dokter itu salah saat menyebutkan dirinya menderita Leukimia. Ternyata semua sama.
Penyakit ini ia sembunyikan rapat-rapat dari keluarganya. Ia tidak ingin membebani keluarga yang kini tidak memedulikannya.
Lagian, percuma juga. Keluarganya tak ada yang sayang kepadanya.
"Malah bengong si kampret!"
Gevan mengerjapkan matanya. Ia memasukkan seplastik obat kedalam tas lalu berlari ke arah mobil.
Hanya satu keluarganya yang sayang kepadanya.
"Ribet banget si, lo! Main PS aja kayak mau main apaan pake buru-buru segala," ucap Gevan setelah masuk kedalam mobil.
"Berisik. Lo gak tau aja gimana serunya main PS!"
Gevan menghela nafas. Mobil sudah mulai berjalan. "Lo gak boleh terus-terusan main PS, Garka. Lo juga gak boleh bolos-bolosan lagi. Itu sebabnya Papa sama Mama jadi marahin lo mulu."
"Iya lo pinter gue bodo! Berhenti urusin hidup gue!"
Gevan menggelengkan kepalanya. Adiknya ini sangat keras kepala dan liar. Walaupun begitu. Garka lah yang paling memperdulikannya.
"Lo bentar lagi masuk SMA. Kalau lo gak belajar buat seleksi masuknya, lo bisa gak keterima."
Garka mendengus. Ia menatap keluar jendela. "SMA Garuda kan Sekolah punya Papa. Gampang masuknya, gue kan anak Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
GARKA 2 (Pindah Ke Innovel/Dreame)
Ficção AdolescenteSEQUEL ATAU BISA DI BILANG LANJUTAN DARI GARKA YA. (FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA) Rank 1 in #Pemuda (23/04/20) Rank 1 in #Terkenal (20/05/20) **** Kisah dua insan yang disatukan harapan namun terpisahkan oleh takdir. Kisah seorang laki-laki dengan...