rencana Allah

539 229 239
                                    

Ungkapan yang berikan Syam dua hari lalu seakan memberikan tambahan nyawa bagi Aila. Gadis itu semakin bersemangat menjalani aktifitas di setiap harinya. Seperti hari ini, pagi-pagi buta sekali Aila telah bersiap dengan setelan gamis merah maroon nya.

Wajahnya yang cantik pun di beri sedikit olesan make-up, tas kecil berwarna putih kian menyempurnakan penampilannya.

"Perfect." Setelah puas memandang pantulan wajahnya di dalam cermin, Aila segera bergegas turun. Waktu telah menunjukan puluh enam tiga puluh, di bawah sana Umi Halimah tengah berbincang di ruang keluarga bersama sang Abah, Ayana pun ikut serta disana.

"Jadi pergi hari ini, Nak?" Tanya umi Halimah setibanya Aila menghampiri mereka.

"Jadi umi, Aila minta doanya ya mi, Bah. Doakan semoga semuanya berjalan dengan lancar."

"Aamiinn," jawab keduanya berbarengan. Ayana tidak ikut angkat bicara, gadis itu masih tertegun di tempatnya.

"Mbak cantik banget sih, tumben. Mau kemana mbak?"

"Mbak mau hadir di acara first lounching buku mbak yang baru, keren kan?" Jawabnya sedikit berbisik.

"Huaaaa keren! proud of you mbak!"

"Doakan ya." Satu lengannya mengacak pucuk kepala Ayana yang terbalut oleh jilbab.

Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya, Aila segera bergegas. Menyalakan mesin mobil putih kebanggaannya lalu melenggang pergi dari sana.

Di sepanjang perjalanan gadis itu tak hentinya bersyukur dengan semua nikmat yang telah Tuhan berikan kepadanya. Ia tersenyum, sembari memutar lagu arab klasik kesukaannya. Hingga tak lama ia memutar stir kemudi ke arah kanan, menginjak pedal rem lalu berhenti disana.

"Selamat datang mbak Aila," sapa seorang wanita berperawakan kecil yang sedari tadi sudah menunggu kehadirannya.

"Terimakasih mbak." Aila meraih uluran lengan yang hendak membantunya keluar dari dalam mobil.

"Mbak sangat cantik," celetuk wanita tadi yang kini berjalan gontai di samping kanan nya.

"Ah mbak bisa saja." Aila tersenyum.

Di dalam sebuah mall perbelanjaan begitu ramai orang-orang yang datang dengan sangat berantusias untuk ikut menghadiri acara first lounching buku terbaru karangan Aila. Gadis itu merasa bangga, telah berhasil menghidupkan karyanya hingga kini ia berada di tengah-tengah kerumunan manusia yang saling berdesakan hanya untuk bertemu bahkan sekedar bersapa dengannya.

Di depan sana panitia telah menyiapkan tempat untuk Aila, bersama dengan beberapa rekan untuk membahas serta membedah karya ke sekian nya yang berhasil di jadikan buku fisik.

"Silakan mbak." Gadis itu mengangguk dan tersenyum, menjabat lengan beberapa rekan-rekannya di depan sana lalu turut bergabung bersama. Hingga tak menunggu waktu lebih lama lagi, sang pembawa acara membuka suaranya. Menuntun rentetan acara yang akan di laksanakan bersama-sama.

"Bagaimana? Sudah lama menunggu akhirnya puas? Bisa bertemu dan bertatap langsung dengan penulis hebat nan cantik jelita kita hari ini?"

"Puas!" Riuh tepuk tangan menggema di seluruh penjuru ruangan disana. Aila terharu, merasa tidak pantas dengan apa yang mereka lakukan untuk dirinya.

DIA [revisi version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang