Di depan sebuah jendela besar di dalam ruangan bernuansa putih, di atas kursi roda lelaki itu terus menatap kosong ke arah keluar. Tubuhnya yang semakin hari semakin kurus terlihat sangat ringkih. Tulang pipinya kian menonjol, membuat wajah tampan nya kian menirus.
Udara dingin di luar sana ia biarkan menerpa kulitnya yang kering. Senyumnya sedikit tersungging, satu lengan nya memegang sebuah kertas yang sudah mulai usang. Netranya seketika basah. Ibu jarinya mengusap wajah cantik yang terabadikan di dalam selembar foto itu.
"Maafkan aku Aila." Kali ini bibir pucatnya tersenyum getir.
Tiba-tiba ia kembali diam. Ia mencoba mengumpulkan keping ingatan nya sehari yang lalu. Dimana ia bisa melihat wajah cantik Aila dengan leluasa, meski sedikit kebohongan dan sebuah kaca besar menjadi penghalang keduanya.
"Aku akan ambilkan makanan untukmu." Agreeta hendak beranjak, namun satu cekalan lengan menghentikan langkahnya.
"Aku tidak lapar." Tatapan matanya menyiratkan banyak luka yang di redam disana.
"Tapi sejak dua hari perutmu belum di isi apapun, aku mohon makan lah meski sedikit." Sang empu untuk yang kesekian kalinya menggeleng.
"Zayn Abdullah!"
Lelaki itu malah tertawa. "Apa yang kamu tertawakan? Menurutmu situasi ini lelucon?"
"Sejak kapan aku memberimu izin untuk mengganti namaku dengan Abdullah?"
"Zayn saja sudah cukup memanipulasi banyak hal," lanjutnya.
"Biar saja, aku suka dengan nama itu. Aku pikir akan tetap memakai nama itu untuk mu. Muhammad Zayn Abdullah, bagus bukan?"
Sang empu tertawa kecil, menampilkan sedikit deretan gigi putihnya. "Baiklah apapun boleh kau lakukan."
"Sure?" Lelaki itu mengangguk.
"Jadi makan?" Lelaki itu kembali menggeleng. "Sorry."
"Zayn tapi ... "
drtt drtt drtt ...
Ponsel bercasing hitam yang tergeletak jauh di atas nakas sana berbunyi. Benda pipih yang telah begitu lama ia hindari memunculkan satu notifikasi panggilan. "Siapa?" Agreeta memberikan ponsel itu padanya. Tertera sebuah nama kecil yang ia rindukan sosoknya. 'Azizah'
"Assalamualaikum mas?" Suara kecil nan lembut di sebrang sana membuat setitik air menetes dari ujung netranya.
"Waalaikumsalam, Azizah."
"Mas ... mas apa kabar?" Terdengar sebuah isakan kecil di akhir ucapannya. Tiba-tiba dadanya terasa sesak, bibir nya begitu kelu untuk berucap. Apa yang harus ia jawab?
"Mas ... "
"Alhamdulilah, be khair. Azizah, Abah dan ummah bagaimana?"
"Alhamdulilah kita semua sehat mas. Mas sudah lama tidak memberi kabar, mas lupa ... "
"Mas tidak pernah lupa Azizah, tahun-tahun terakhir ini mas memang sedang sibuk untuk mengurus ujian dan perpulangan." Lelaki itu berbohong.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA [revisi version]
Romance∆ REVISI VERS UPDATE SETIAP HARI ! ∆ [Highest rank] #1 in Cinta muslimah- 02/08/2020 #2 in Remaja muslim- 10/08/2020 #3 in Bangkit- 11/10/2020 #2 in Cinta salah- 29/12/2020 #2 in Dear Allah- 25/05/2020 #3 in Aila- 15/06/2021 #3 in Mencintai- 03/07/2...