Keluarga Pak Didi

273 8 0
                                    

Pagi ini di sebuah rumah di sebuah kota sedang berkumpul keluarga sederhana yaitu keluarga pak Didi yang sedang sarapan bersama, mereka sarapan hanya dengan makan nasi goreng, dikarenakan sebuah virus yang datang dari China, yaitu virus corona.

Sebelum adanya covid-19 keluarga mereka selalu tercukupi jika hanya untuk makan, namun ketika adanya covid-19 keluarga mereka menjadi kekurangan, karena pekerjaan kedua orang tuanya terkendala karena kasus itu.

“Bu, kenapa kita selalu makan nasi goreng? Sedangkan kata Ibu terlalu sering makan makanan yang berminyak itu berbahaya?” Tanya anak bungsu dari pak Didi yang bernama Sasha.

“ Nak memang makan makanan berminyak itu berbahaya jika sering dikonsumsi, tapi kita hanya punya ini dan kita harus bisa mensyukuri nikmat Tuhan “ Jawab Bu Surti, istri pak Didi.

Sedangkan disisi lain Pak Didi hanya bisa meratapi kehidupannya dengan keluarganya.

Dan sarapan pun berjalan lancar setelah terjadi percakapan tadi. Dan setelah sarapan anak sulung dan anak bungsu pak Didi sedang bermain dikamar masing-masing, sedangkan pak Didi dan sang istri memilih ke ruang tv.

“Pak gimana ini, ibu diberhentikan kerja oleh bos ibu, jadi ibu tidak bisa membantu bapak mencari nafkah lagi” Kata sangat istri sambil termenung.

“Ingin bagaimana lagi bu, bapak juga bingung, bapak juga tidak dapat-dapat panggilan dari orang untuk bekerja, sedangkan stok tabungan bapak tinggal 2 ratus ribu lagi” Kata pak Didi sambil menghela napas frustasi.

Sang istri yang melihat itu semakin sedih karena kondisi keluarganya.

Berita terkini!!! Kini kenaikan positif covid-19 meningkat tinggi, dikarenakan masyarakat yang tidak mematuhi himbauan pemerintah Begitulah siaran diberita yang ada di televisi tadi.

“Bagaimana ingin menurut, sedangkan masyarakat yang seperti kita harus dituntut oleh keadaan, kalau kita tidak bekerja apa yang ingin kita makan.” Kata pak Didi sambil terus menonton televisi.

“Ya sudahlah pak, anggap saja virus ini sebagai ujian kita, tenaga medis juga sedang berusaha menemukan vaksin untuk menghilangkan virus ini, dan kita yang tidak bisa berbuat apa-apa cukup dirumah saja, supaya bisa memutus mata rantai penyebaran covid-19” Kata sang istri memberikan pengertian kepada pak Didi.

“Bu... Bu.... Kalau kita hanya dirumah saja, ingin makan apa kita, kita tidak dirumah saja pekerjaan susah apalagi kalau hanya dirumah saja.

Pemerintah bilang ingin memberikan bantuan, tapi hanya beras saja yang mereka berikan” Kata pak Didi tak terima sambil menyeruput kopi yang disediakan oleh sang istri.

“Ya yang sabar aja pak, namanya rejeki itu gak kemana-mana, selagi kita masih ingat kepada yang kuasa. Dan bantuan beras dari pemerintah juga harus kita syukuri, masih untung kita mendapatkan beras, daripada tidak sama sekali” Kata istri pak Didi menasehati.

“Iya bu, bapak hanya tidak habis pikir saja kepada orang yang diberikan tanggung jawab untuk memberikan bantuan, dari pemerintah pas itu akan ada dana yang keluar dan sembako, tapi kok yang dapat dana Cuma beberapa orang saja, sedangkan beras yang aturan 5 kilo harus dibagi 2 jadi 2,5 kilo. Bapak gak habis pikir sama mereka bu, apa mereka tidak memikirkan kita sebagai masyarakat menengah kebawah sangat membutuhkan bantuan tersebut, tapi mereka dengan teganya mengkorupsi dana bantuan tersebut” Kata pak Didi panjang lebar.

Namun sang istri hanya tersenyum dan menjawab “ Ya mungkin mereka lebih membutuhkan daripada kita pak, dan dosa mereka juga ditanggung mereka, dan kita yang tersakiti akan mendapatkan pahala kalau kita bisa mengikhlaskannya “ Bu Surti menasehati Pak Didi.

Malam harinya keluarga Pak Didi berkumpul diruang televisi, “Buk, kaya mana ini, bapak gak dapat-dapat kerjaan karena virus ini “ keluh Pak Didi kepada sang istri.

“ Yah yang sabar aja Pak, semua ini pasti ada hikmahnya, kita cukup berdoa saja supaya virus ini cepat selesai dan pemerintah memastikan kalau udah selesai “ kata bu Surti.

Sang anak yang mendengar pembicaraan orang tuanya pun ikut bergabung. “ owh iya Pak buk, kakak disuruh bayar uang SPP sama guru” kata anak Pak Didi yang bernama Kiki, anak sulung Pak Didi.

“Bukankah bulan kemarinnya bapak sudah ngasih kamu uang untuk membayar SPP?” tanya Pak Didi pada sang istri.

“Iya Pak, ibu juga sudah memberikannya sama guru Kiki” jawab sang istri.

“Bukan yang bulan kemarinnya buk Pak, tapi bulan kemarin sama bulan ini” jelas Kiki.

“Bukankah kamu tidak masuk sekolah dari bulan kemarin? “ tanya bu Surti.

“ Iya buk, tapi kata guru Kakak tetap harus dibayar “ jawab Kiki sambil menundukkan kepala.

“Ya sudah kalau seperti itu, besok ibu ke sekolahan kamu, nanti ibu minta pengertian sama guru kamu, dan sekarang kamu tidur gih dah malam. Bapak juga tidur sudah malam” kata Bu Surti sambil berjalan menuju kamar dan diikuti yang lainnya.

Berhari-hari kemudian setelah percakapan malam itu. “ Pemerintah kini mengadakan new normal terkait covid-19, dikarenakan adanya banyak kebutuhan masyarakat sehingga pemerintah mengadakan new normal, dan jangan lupa tetap ikuti protokol kesehatan “  begitulah siaran berita pagi ini.

“ Alhamdulillah buk, akhirnya ada kelonggaran, jadi ada peluang untuk bapak mencari kerja “ kata Pak Didi kepada sang istri.

“ Ya alhamdulillah pak, setidaknya bapak bisa kerja dan bisa nyambung untuk makan kita” Jelas Bu Surti.

“ Iya buk, mungkin nanti agak siangan bapak mau keluar nyari kerjaan, siapa tau ada kerjaan yah walaupun Cumasedikit kan lumayan " kata Pak Didi kepada Bu Surti.

“ Iya Pak, intinya hati-hati pas cari kerjaan, sama jangan lupa pakai masker, kita harus patuhi himbauan pemerintah, nanti kalau kita tidak mematuhi himbauan pemerintah yang ada malah semakin banyak yang terpapar covid-19 dan masalah virus nya tidak hilang-hilang” Jelas Bu Surti.

“Iya buk, nanti bapak pakai masker kok pas keluar rumah” jawab Pak Didi.

Akhirnya karena diadakan New Normal  keluarga Pak Didi pun tercukupi, ya walaupun hanya tercukupi untuk makan seadanya pun lumayan, daripada tidak sama sekali. Keluarga Pak Didi pun mensyukuri nikmat yang Tuhan berikan kepada keluarga. Bagi Pak Didi melihat keluarganya tidak kelaparan pun sudah alhamdulillah, selagi keluarganya diberi kesehatan dan tidak kelaparan. Dan walaupun istri Pak Didi tidak bekerja setidaknya Pak Didi masih bekerja, ya toh walaupun pekerjaan sedikit-sedikit tetap disyukuri.

Biodata Penulis
NAMA : DWI YULIYANTI
UMUR : 15 TAHUN
ASAL KOTA : BANDAR LAMPUNG
NAMA INSTAGRAM :  @dwiy627

Bagaimana dengan cerita Keluarga Pak Didi? Cukup prihatin yah. Emm, langsung review aja yuk, komen dan vote yaa. Terimakasih

NEW NORMALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang