Sekolah begitu sepi dan amat tidak menyenangkan karena Esha terus-terusan tidak masuk sekolah. Kondisi tubuhnya benar-benar buruk sehingga di sekolah pun aku jadi sering dimarahi guru karena melamun.
Biasanya, aku hanya menghubunginya melalui aplikasi chatting saat hari sekolah. Karena guruku melapor pada ibu, ibu jadi melarangku untuk berkunjung ke rumah sakit saat hari sekolah. Kali ini, Cewek Kanul yang menghubungiku lebih dulu.
Cewek Kanul (Pacar)
Bagaimana sekolah?
Apa kabar teman-teman?
Apa kau bisa fotokan kondisi kelas diam-diam? Atau suasana di kantin. Atau perpustakaan. Atau lorong. Atau koridor. Terserah padamu yang penting masih di dalam sekolah.Pesan inilah yang menjadi cikal bakal dari ide super luar biasa dan menantang. Kalau ketahuan, aku bisa dikenai hukuman skors selama sebulan dan aku akan mendapat poin pelanggaran yang besar. Tapi itu semua tidak mengurangi tekadku untuk bermalam di sekolah. Lagi pula, kemungkinan terburuknya tidak begitu buruk.
Besoknya aku membawa lebih banyak bekal. Aku membuat dua bekal. Satunya untuk makan siang dan satunya lagi untuk nanti malam—saat aku diam-diam menyelinap di sekolah. Saat istirahat kedua, aku memilih untuk tidur di kelas agar saat malam nanti, aku terlihat lebih segar.
Sumpah, ini benar-benar menegangkan dan juga keren di saat yang bersamaan. Karena sekarang hari Jumat, aku beralasan menginap di rumah salah seorang temanku, namanya Jonathan. Kami cukup dekat meski tidak sedekat itu. Intinya dia setuju setelah mengatai aku gila berkali-kali.
Pukul tujuh malam dan sekolah sudah benar-benar sepi. Ketika petugas keamanan mengecek kelas-kelas, aku mengumpat di bawah meja guru dan menahan napas. Bersamaan dengan suara kunci yang memutar pada pintu kelas, aku mengembuskan napas lega lalu keluar dari kolong meja. Aku tidak melakukan apa-apa selama sejam guna mencegah penjaga sekolah yang tiba-tiba datang lagi.
Pukul 20.10, aku mengirim pesan beruntun pada Esha dengan terus menyebut namanya. Lalu akhirnya aku memutuskan menghubunginya melalui panggilan video. Pada percobaan kedua, ia mengangkatnya.
Aku berjalan menuju jendela dan menutup tirai kemudian mendekati saklar dan menyalakan lampunya. Semoga tidak terlalu kentara. Wajah Esha benar-benar terkejut, dapat dilihat dari matanya yang terbelalak dan mulutnya yang terbuka.
"Bagaimana? Keren tidak? Sekarang aku beralih profesi menjadi guru. Masih honorer, sih. Tapi tidak apa, namanya juga proses, bukan?" kataku sembari memainkan alis sesekali. Rambut Esha tampak berantakan dan ada kanul yang terpasang di wajahnya. "Kau benar-benar jadi Cewek Kanul, ya."
Lantas ia membenarkan rambutnya dengan jari-jarinya yang lentik. "Kau gila atau benar-benar tolol? Kau... menginap di sekolah?"
Aku menggeleng sambil memainkan jari telunjuk kiriku ke kiri dan ke kanan. "Tidak. Kan sudah kubilang, aku jadi guru sekarang. Masa kau tidak paham? Jadwal ajarku saat malam hari. Dan ingat, kau muridku. Bersikaplah yang sopan," kataku. "Mana bukumu? Cepat keluarkan." Lalu aku tergelak sendiri.
Ia tampak heran, namun kurasa suara tawaku berhasil menarik dirinya untuk ikut tertawa. "Baik, Pak Guru," ujarnya dibarengi oleh tertawaan yang lebih keras.
"Sebagai contoh dari pembelajaran hari ini, saya akan memberikan contoh cerita yang harus kalian perhatikan baik-baik. Setelah itu kalian harus menganalisa dan menjawab beberapa pertanyaan. Judulnya adalah 'Cowok Gila yang Rela Menyelinap ke Sekolah Hanya Demi Cewek Kanul Kolot'."
Lalu aku mulai menceritakannya. Alasanku, dan beberapa kemungkinan terburuk yang mungkin akan kuperoleh. Cewek Kanul itu pun tergelak hingga matanya menyipit dan giginya yang rapih terlihat. Bukti ketidaksia-siaanku.
"Bagaimana? Cukup mengobati perasaan kangenmu padaku?" tanyaku, nyengir.
"Pada sekolah," ralatnya. "Ya, sangat. Terima kasih, Hujan."
"Hujan Asensio yang sangat amat tampan, keren, dan pemberani."
Ia terkekeh dan mengulangi kalimatku. "Hujan Asensio yang sangat amat tampan, keren, dan pemberani." Lalu menambahkan, "Juga super gila dan bodoh."
"Setidaknya aku tidak menulis jawaban norak untuk sinonim kata sombong," sahutku tidak mau kalah. "Baik, jadi tugasmu sekarang adalah mengidentifikasi alasan mengapa si Cewek Kanul ini mau menerima Cowok Gila ini menjadi pacarnya. Alasan mengapa si gadis menyukainya."
"Wah, ternyata ada maunya, ya. Cowok si Cewek Kanul ini egois juga," timpalnya, mengejek.
"Ayolah," bujukku. "Masa kau bisa menulis tentang Niall Horan berhalaman-halaman, menggunting, menempel fotonya dan menyusun isinya berhari-hari, sedangkan menulis tentang alasan menyukai pacarmu—maksudku tokoh cerita ini—tidak bisa."
Lagi-lagi gadis itu terkekeh sementara aku cemberut. "Ya, ya, baik. Akan kubuatkan secara khusus."
Kami terus berbincang semalaman sampai-sampai aku ketiduran di kursi guru. Besok paginya, aku dikejutkan oleh kelas yang telah ramai dan dua orang guru—satu wali kelas dan satunya guru BK—yang menatapku sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Benar saja. Aku dikenai hukuman dengan skors selama sebulan. Aku cukup terkejut karena pada saat itu pula aku tidak mendapat uang jajan sepeser pun. Ternyata, itulah kemungkinan terburuknya.
- • -
Setelah mengingat kilas balik beberapa bulan lalu itu, aku tersenyum senang. Buku ini, tugasnya, ya. Setelah aku mengintip ke halaman paling belakang, benar saja. Ia membuat kotak nilai kecil di ujung kanannya. Akan kunilai setelah selesai.
Aku menarik napas dalam-dalam ketika membalik halaman selanjutnya. Tinggal sebentar lagi.
- bersambung -
VOTE dan KOMEN kalau suka dengan ceritanya! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
16 Mengapa Aku Mencintaimu
Short StoryAku benci kenangan. Di mana aku hanya bisa menangis, mengerutkan kening, tersenyum; tanpa bisa merasakan hal yang sama. Tapi aku juga menyukainya. Yang mana aku bisa terus merasakan kehadirannya. Bahwa, dia selalu ada di sisiku. 16 tahun terakhirnya...