TMB - The disagree (5/10)

933 133 48
                                    

Gak lama setelah gue balik dari Jakarta, di suatu malam Kak Sarah tiba - tiba ngajakin gue buat ngobrol di kamarnya.

"Ann, sebenernya gue tuh pengen ngomongin ini sama lo dari kemarin - kemarin. Tapi gue gak enak ngomongnya." Ujar Kak Sarah memulai pembicaraan.

Firasat gue jadi gak enak.

"Firstly, kalau boleh jujur gue sebenernya seneng ngeliat Esa akhirnya punya cewek yang disayanginya dan keliatan lebih bahagia setelah pacaran sama lo. Karena selama ini hidup dia terlalu banyak diisi sama belajar. Dari kecil, Mama Papa selalu berekspektasi tinggi sama dia, yang otomatis bikin dia terlalu keras juga sama diri sendiri."

"Esa sampe gak ada waktu buat menikmati hidup kayak remaja pada umumnya. Yang dia peduliin itu cuma gimana caranya bikin Mama Papa bangga sama dia. Makanya Esa gak pernah pacaran sekali pun, karena mungkin dulu menurut dia pacaran itu sama sekali gak penting."

"Gue gak tau apa yang bikin Esa tiba - tiba berubah pikiran dan akhirnya sekarang bisa mutusin buat pacaran sama lo. Gue bukannya gak setuju sama hubungan kalian berdua. Tapi Ann, gue cuma mau ngingetin kalau keluarga kami ini gak satu agama sama lo. Gue takut Mama Papa gak bakalan setuju sama hubungan kalian berdua."

"Kenapa gue ngomong ini sama lo dari sekarang karena mumpung kalian pacaran belum terlalu lama. Gue takutnya kalau gue ngebiarin kalian gitu aja, nanti kalian juga yang sakit pada akhirnya karena udah terlanjur sayang banget tapi gak bisa bersatu karena restu Orang tua."

"Gue gak sampai hati buat ngomongin semua ini sama Esa. Ngeliat dia yang begitu sayang sama lo bikin gue jadi gak tega ngomong sama dia. Makanya gue coba ngomongin ini sama lo. Gue tau mungkin ini kedengerannya jahat banget, I'm so sorry to say this, but I hope you can understand, and leave him for good."

"Unless, kalau lo emang udah ada rencana buat transfer ke agama kami. Gue mungkin bisa agak tenang dan ngebiarin kalian pacaran."

Gue dari tadi cuma mendengarkan omongan Kak Sarah sambil menundukkan kepala gue. I know this is coming, meskipun dari kemarin gue coba untuk melupakan fakta ini. Tetep aja kan bakal kebahas juga.

Karena gue cuma diem aja, Kak Sarah kemudian beranjak buat memeluk gue. "Ann, I'm truly sorry. I know this would be so hard for you."

Entah kenapa mata gue jadi memanas setelah dipeluk sama Kak Sarah. Tangisan gue pun akhirnya pecah, "Kak, gue sayang banget sama Esa. Mungkin ini terdengar konyol karena seperti yang Kakak tau, kami bahkan pacaran belum lama. I can't imagine it if I have to leave him. Seriously I can not."

"Tapi gue juga gak bisa janjiin kalau gue bisa transfer ke agama kalian. Orang tua gue juga gak bakalan setuju Kak. Gue bener - bener bingung harus gimana." Lanjut gue.

Kak Sarah menepuk - nepuk punggung gue pelan, she tries her best to comfort me, "Ngeliat lo sampe nangis kayak gini bikin gue makin gak tega buat ngelarang kalian berdua. Gue juga sangat menyayangkan kenapa kalian harus beda agama kayak gini."

Dan malam itu pun berakhir dengan gue yang sesenggukkan di pelukannya Kak Sarah. Menangisi takdir yang bahkan gak bisa gue ubah. Gue berpikir kenapa Allah mempertemukan gue sama Esa, membuat kami saling jatuh cinta, kalau pada akhirnya kami ditakdirkan harus berpisah?

🐾🐾🐾

"Sa aku mau tanya, kenapa kamu bisa suka sama aku?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sa aku mau tanya, kenapa kamu bisa suka sama aku?"

Saat ini gue lagi video call sama Esa. Sudah seminggu berlalu semenjak kejadian gue nangis - nagisan sama Kak Sarah tempo lalu.

"Maybe it sounds so cringe, sebenernya aku juga gak pernah percaya sama jatuh cinta pada pandangan pertama. But I really did."

Esa seperti bisa merasakan kalau gue lagi banyak pikiran, ia kemudian bertanya lagi, "Why do you ask about this suddenly? Is there anything bother you?"

Gue menimbang - nimbang, apakah sebaiknya gue mulai coba bahas ini semua sama Esa? Karena mau menghindar sampai gimana pun, lambat laun kami memang harus membahas ini.

"Uhm .. sebenernya sekitar seminggu yang lalu Kak Sarah ngajakin aku ngobrol."

"Soal?"

"Hubungan kita." Gue menjeda kalimat gue sesaat, mencoba membaca ekspresi Esa saat ini. Namun lelaki itu terlihat tetap tenang, gue pun lalu melanjutkan, "Kamu tau sendiri kan .. kalau kita itu sebenernya beda."

"Kak Sarah nyuruh kamu buat ninggalin aku ya?"

"Iya."

"Aku gak bakalan maksa kamu buat transfer ke agamaku. Karena aku juga gak bisa kalau memang diminta transfer ke agama kamu. Jalan kita masih panjang, udah kita jalanin dulu aja. Aku yakin pasti nanti bakal ada jalan keluarnya."

"I think it's too risky, our parents won't like it."

"Kita belum coba."

"I know. But—"

"Arianna, you know that I love you so much right?" Esa memotong ucapan gue. "Aku gak bisa, aku kan udah janji gak bakalan ninggalin kamu."

"Gimana kalau aku yang minta kamu buat ninggalin aku?"

"Aku gak mau." Tolak Esa langsung. "Kecuali kalau kamu memang udah gak sayang lagi sama aku."

"Aku juga sayang banget sama kamu. Aku gak mau kita pisah, tapi banyak hal yang bikin aku insecure buat ngelanjutin ini semua."

Esa kali ini diam. Dia gak langsung menanggapi ucapan gue.

"Kayaknya kita harus ketemu. Aku gak bisa biarin kamu overthinking kayak gini." Putus Esa pada akhirnya. "Besok aku ke Jogja deh, ambil flight pagi. Tunggu aku ya, jangan banyak mikirin macem - macem."

Gue terkejut mendengarnya, "Kuliah kamu gimana?"

"Aku masih punya jatah skip kok."

"Nggak, jangan." Ujar gue gak setuju, "Masa kamu mau skip kuliah gara - gara aku?"

For God's sake ini Esa loh. Cowok yang selalu memprioritaskan pendidikan, yang bahkan pada awalnya berpikir kalau pacaran itu gak penting. Dia bener - bener mau ngelakuin ini semua demi gue?

"Dari pada kamu overthinking terus. Aku gak mau kita nantinya malah jadi berantem. I'll do anything to keep our relationship stays good."

Gue menghembuskan napas gue pelan, "Yaudah aku janji gak akan overthinking lagi. Jadi udah ya, gapapa. Kamu gak perlu ke sini."

Gue baru tau ternyata Esa bisa kayak gini juga. Does he really love me that much?

🐾🐾🐾

P.S:

Hai, aku double update
Pendek tapi gapapa ya? Hehehe

Di Sweetener aku gak pernah ngeliatin interaksi Sarah sama Anna. Ya gini, Sarah tuh bukannya gak setuju sama hubungan Anna sama Esa tapi kan emang begini keadaannya ... makanya semenjak ada Sena yang notabenenya emang seagama sama mereka, dia jadi lebih berat ke Sena dibandingkan sama Anna

Apakah di sini kalian ada yang mulai meragukan Esa di masa depan? Di Sweetener dia emg digambarin udah gak ada rasa sama sekali sama Anna, tapi setelah kalian baca ini.. How do you think?

cr pic on mulmed: prettaeseul

Bittersweet | Jeon Wonwoo x Jennie KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang