Tear 10

2.4K 296 40
                                    

"Papaaaa." Seokjin menoleh cepat saat pintu kamarnya terbuka secara kencang. Jungkook berlari kearahnya dengan tangan terlentang. "Paapaaa."

"Hai sayang." Jungkook naik ke atas ranjangnya lalu memeluk Seokjin begitu erat. Menyembunyikan wajahnya di dada Seokjin.

"Papah bangun." Jungkook memundurkan badannya. Bibirnya melengkung sedih saat melihat Papa nya terlihat sakit.

"Iya sayang."

"Papa tidak mati kan?"

Namjoon yang baru masuk bersama Mina terkekeh. Seokjin pun ikut terkekeh. Mencubit gemas hidung Jungkook. "Tidak sayang. Papa tidak mati. Papa akan terus hidup untuk Kookie."

"Janji :(?"

"Janji sayang." Dan janji kelingking itu tercipta. Seokjin tak dapat menahan diri, ia mencium pipi Jungkook bertubi-tubi membuat empunya mengerang keras.

Saat Mina mendekat, Seokjin menoleh dan tersenyum dengan lemah. "Terima kasih sudah menjaga Jungkook, Mina-ssi. Maaf merepotkanmu."

"Tidak sama sekali, kuharap kau cepat sembuh. Si kecil ini berkata sangat sedih melihat Papanya sakit." Mina menggenggam lembut tangan Seokjin.

Namjoon tiba-tiba bersuara lalu menggendong Jungkook. "Aku sudah berbicara pada dokter. Aku yang ceroboh, justru kau yang sakit. Kau akan dirawat hingga kau benar benar sembuh."

"Kujamin akan lama." Desah Seokjin lemah.

"Jika kau menurut kata dokter. Tidak akan lama, percayalah."

Setelah melewati perdebatan panjang. Akhirnya Jungkook mau pulang setelah menangis kencang. Anak itu tak mau meninggalkan Seokjin dan meminta menginap. Namun Seokjin tak mau membuat Jungkook harus menginap di rumah sakit. Jadi Namjoon memutuskan mengantar Jungkook pulang dan akan kembali ke rumah sakit.

Ketika Namjoon memasuki ruangan. Seokjin tengah terdiam menatap ke jendela yang memamerkan langit malam. Setelah ia meletakkan tas, Namjoon berjalan menghampiri Seokjin.

"Seokjin?"

"Oh kau sudah datang. Jungkook sudah tidur?" Namjoon mengangguk dan duduk di dekat Seokjin.

"Besok aku akan bekerja dan akan menjagamu setelah selesai bekerja. Tak apa kan?"

"Ide bagus." Seokjin tersenyum lebar. "Maaf aku merepotkan mu Namjoon-ah. Seharusnya aku tak merepotkan mu lagi-"

"Jangan bilang seperti itu atau aku akan benar-benar tidak bekerja besok."

Seokjin menekuk wajahnya namun detik selanjutnya ia tersenyum dan menggumamkan terimakasih.

"Karena aku menurutimu untuk bekerja. Jadi jujur padaku. Apa yang menganggu pikiranmu." nada Namjoon berubah serius.

Tangan Seokjin mengepal lemah, jantungnya berdegup dengan kencang tanpa aba-aba. "Namjoon?"

"Seokjin. Katakan padaku."

"Tak apa Namjoon. Sungguh."

"Seokjin." Demi Tuhan. Aura Namjoon memang akan selalu menang pada Seokjin.

Mereka diam. Namjoon terus menanti jawaban Seokjin. Dan Seokjin yang tengah menyelami mata Namjoon.

"Namjoon-ah.."jeda "bisakah kau tak memisahkan ku dengan Jungkook?"

.

.

Seokjin termenung. Setelah pengakuannya, suasana menjadi canggung. Bahkan Namjoon sudah berangkat bekerja sebelum Seokjin bangun.

TearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang