"Sudah tidak apa-apa?" Mina bertanya tepat setelah Namjoon meletakkan Jungkook di kursi. Anak itu hanya menggeleng lemah dan membuat Mina menghela nafas lega. "Coba aunty lihat." Jungkook melirik Namjoon dan mendapat anggukan dari Daddy nya. Jadi Jungkook dengan pelan memberikan kaki yang tadi ia bilang 'sakit' .
Mina mengamati kaki Jungkook. Dan mulai memijat halus berusaha tak menyakiti si kecil. Jungkook hanya diam saja. Tak tahu harus melakukan apa. Karena sungguh ia masih merasa canggung.
"Kalian mau makan apa?" Namjoon membolak-balikkan buku menu, mendapat perhatian langsung dari Jungkook yang kini matanya mulai membola ceria.
"Sate kambing Daddddyy." teriak Jungkook riang. Membuat Mina dan Namjoon tersenyum lega melihat Jungkook kembali seperti semula. Mina masih mengelus lembut kaki Jungkook.
Wanita itu terus menatap Jungkook yang kini dengan riangnya menunjuk-nunjuk buku menu. Mina tersenyum. Anak itu sangat menggemaskan. Begitu tampan. Namjoon pasti sangat bahagia memiliki Jungkook. Mina jadi penasaran. Bagaimana nanti harinya mengurus bocah lucu seperti Jungkook setiap hari.
Mina mendengarkan apa yang pelayan ucapkan apa saja menu yang mereka pesan lalu mengerutkan kening bingung. "Namjoon. Banyak sekali pesannya."
"Jungkook yang memilih itu semua." Namjoon terkekeh mengusak gemas rambut Jungkook.
"Tapi itu sangat banyak Namjoon. Tak baik untuk Jungkook yang masih kecil. Dan nanti bagaimana kalo tidak di makan? Bukankah akan terbuang percuma?-" Jungkook menoleh sedih pada Mina lalu beralih pada Namjoon yang tengah menatap Mina juga. Lalu menunduk. Memainkan jari.
Namjoon menghela nafas lalu menatap Jungkook "Kau benar. Aku baru sadar. Itu sangat banyak. Maafkan aku. Itu kebiasaan."
Mina bukanlah Seokjin.
Ia mungkin tanpa sadar teringat, dulu jika pergi bersama Jungkook dan Seokjin maka mereka akan memesan apapun yang diinginkan Jungkook.
"Jin, bukankah ini terlalu banyak?" Namjoon kaget saat Jungkook menunjuk apa saja dan di angguki Seokjin.
Seokjin tersenyum menatap Namjoon "Biarkan saja. Kita tidak selalu pergi keluar seperti ini. Jungkook boleh memesan apa saja selagi itu enak dan bergizi. Dan kau lupa? Ada mesin penghabis disini." Namjoon terkekeh mendengar kalimat akhir Seokjin. Seharusnya ia sadar. Ada seseorang yang siap melahap apa saja disini. Seokjin dan perut kosongnya itu terkadang membuat Namjoon takjub. Pasangannya itu, dapat menelan daging dengan potongan besar. Memakan apapun hingga bermangkok-mangkok.
Jadi mereka memesan begitu banyak. Dan Namjoon juga ikut takjub. Anaknya makan begitu banyak dan tertawa bahagia. Mungkin satu-satunya yang merasa kenyang disini karena Namjoon. Bukan,bukan karena ia makan banyak. Tapi melihat Seokjin dan Jungkook saja sudah membuatnya kenang.
Jadi saat itu. Namjoon selalu tersenyum dan tertawa menatap dua malaikatnya yang tengah beradu makan.
Nah, Mina bukanlah Seokjin. Yang akan dengan sigap menghabiskan makanan Jungkook. Mina adalah wanita yang menjaga pola makan dan tidak memakan dalam porsi besar.
Namjoon lupa itu.
Mina tak mungkin menghabiskan makanan Jungkook. Begitupun Namjoon.
"Em, tak apa. Kookie, mulai besok, Kita harus memilih makanan yang benar-benar ingin dimakan oke? Daddy tidak mau membuang makanannya dengan percuma seperti yang Aunty kata. Tak ada yang menghabiskan makanan Kookie nanti-"Namjoon berbicara dengan lembut.
"Kalau begitu, panggil Papa-" cicit Jungkook yang kini menunduk masih memainkan jari.
Namjoon sempat membeku lalu menatap Mina.