Keesokan harinya Dira dan sekeluarga berkumpul di meja makan, untuk sarapan bersama seperti hari-hari biasanya.
"Jadi bagaimana sayang? Kamu sudah mengambil keputusannya, mama harap keputusan mu itu yang terbaik."
"Dira mau sekolah di Pelita Harapan mah," jawab Dira lesu.
"Akhirnya dek, lo mau juga satu sekolah sama gue."
"Idih GR lo kak, gue terpaksa kali sekolah disana. Aslinya mah ogah gue, apalagi ada lo!"
"Jadi kamu terpaksa sayang sekolah disana?" Bella meraih apel didepannya dan mengupas kulitnya untuk diserahkan kepada Sang suami, "kalau begitu terpaksa mama akan minta sama Papa kamu, buat sekolahin kamu di London."
"Eh jangan-jangan Mah," Dira menghela nafasnya, "Dira bersedia sekolah disana kok mah, beneran deh. Tadi itu cum---maa bercanda, yah cuma bercanda kok Mah, lagipula Lisa sama Rika juga sekolah disana. Plis Mah jangan kirim Dira ke London Mah, Dira nggak mau jauh dari kalian semua."
Tak sia-sia juga akting Dira yang berbakat, dia memohon sedikit sambil mengeluarkan air matanya, kedua orang tuanya langsung percaya padanya, jika dia benar-benar niat sekolah di Pelita Harapan.
Yes. Gue berhasil, Dira, akting lo hebat banget deh. Batinnya berkata seperti itu.
"Jadi mulai kapan Mah, Dira masuk sekolah?" Dira pura-pura menanyakan hal itu pada mamanya, agar tidak ada yang curiga.
"Besok sayang, karena kamu mau nurutin kata mama sama Papa, seharian ini mama ijinin kemana aja sama teman-teman kamu. Tapi ingat..."
"Jangan ngelakuin hal yang diluar batas, iya kan Mah?" potong Dira, memang hal itulah yang selalu diajarkan kedua orang tuanya, dirinya boleh nakal, asalkan tidak melampaui batasannya.
Semua sibuk melanjutkan sarapannya, hingga...
"Kak, lo nggak sekolah?" tanya Dira dengan wajah yang menahan tawanya.
"Sekolah lah. Emang lo hari ini bebas seharian!" sepertinya kakaknya itu tidak menyadari satu hal.
Dira melepas jam ditangannya, kemudian mengarahkannya tepat di wajah Arsen, agar dia sadar kalau telah menunjukkan pukul tujuh lewat lima menitan.
"Gue tahu kali kalau jam tangan lo baru, tapi nggak usah kali lo toyorin ke muka gue, mata gue juga masih sehat normal nggak ada gangguan."
"Astaga kak! Lo bener-bener nggak sadar? kalau sekarang itu udah jam tujuh lewat lima menit." Dira kesal sekali dengan kakaknya yang super lelet, ketika dia tengah fokus pada game ditangannya.
Baik Akbar maupun Bella, juga sama. Mereka tidak sadar jika waktu telah berlalu, sampai-sampai dia membiarkan putra sulungnya asik dalam dunianya sendiri dan melupakan sekolahnya.
Sementara Arsen, dia segera mempause gamenya lalu memasukkan HP-nya kedalam tas, kemudian berlarian menuju ke luar rumah, dengan sepatu yang masih dia bawa, karena belum sempat memakainya. Dia juga tidak pamit kepada kedua orang tuanya.
"Saran gue kak, mending lo bolos aja deh. Sama-sama dihukum kan!" teriak Dira yang entah terdengar oleh Arsen atau tidak.
"Dira!"
"Iya Pah, maaf. Kalau gitu Dira siap-siap dulu ya, mau kumpul dirumahnya Lisa. Habis itu langsung berangkat."
"Tapi ingat sayang, besok kamu sudah mulai sekolah!"
"Iya Mah, Dira ingat kok."
• • •「◆」• • •
Ditengah perjalanan menuju rumahnya Lisa, Indra penglihatannya tiba-tiba menangkap seorang cowok berseragam SMA, yang tengah dihajar oleh tiga orang berbadan kekar. Meskipun Dira dicap sebagai bad girl, dia masih mempunyai sisi hati yang baik, untuk menolong seseorang yang membutuhkan bantuan, sekalipun itu orang yang tidak dia kenal.
Alhasil Dira memarkirkan mobilnya dan segera turun, membantu cowok yang tak dia kenal. Untung saja, saat ini dirinya memakai celana jeans, jadi dia bisa bebas bergerak semaunya, menghajar salah satu preman itu. Meskipun Dira cewek, kemampuan dalam hal ini dia cukup menguasai, buktinya dia bisa menyeimbangi gerakannya dengan cowok tak dikenalnya itu
Tak lama setelah itu, ketiga preman kabur begitu saja, setelah diajar habis-habisan oleh mereka berdua. Dengan nafas yang tersengal-sengal, Dira mengusap kasar darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Lo nggak papa?" tanya Dira pada cowok itu. Sementara cowok itu justru pergi begitu saja, meninggalkannya tanpa berucap apapun.
"Maen pergi aja, nggak lihat apa udah gue bela-belain hajar tuh preman, eh dia kabur gitu aja? Dasar cowok nggak tahu terimakasih! Siapa sih tuh cowok, awas aja kalau ketemu gue lagi, gue pukul lo!, tapi kalau dilihat dari bad sekolahnya sih dia anak Pelita Harapan." Lagi lagi Dira mengusap kasar darah yang terus mengalir itu, sambil sesekali meringis kesakitan.
"Seru juga berantem, udah lama gue nggak hajar orang." Dira tersenyum smirk lalu masuk kedalam mobilnya, melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda.
.
.
.
Kira-kira siapakah cowok yang Dira tolong?
Apakah cowok itu akan berkelanjutan dengan cerita ini?
Atau justru hanya mampir?
.
.
.
Lanjut part berikutnya...
Vote and Coment 👇👇👇
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girls | LDR [ON GOING]
Ficção AdolescenteLDR --> Lisa, Dira, dan Rika. . . . Menceritakan tentang persahabatan antara Lisa, Dira, dan Rika, mereka sama-sama cantik. Namun sayang, mereka tergolong cewek yang 'bad', akan tetapi bukan berarti mereka tidak mempunyai sisi kebaikan di hatinya...