Blazing

437 54 20
                                    

-IMMORTAL-


[ Warning Typo(s)! ]



"Setidaknya ia tidak memintamu untuk bersamanya, Jim. Dengan itu kau bisa mencari cara lain agar kalian tidak bersama."

Jungkook mengangguk yakin, setelahnya menghapus jejak air mata Jimin.

"Sampai perang ramalan itu terjadi, kau masih bisa mencari cara Jim. Aku akan membantumu."

"Tidak, Kook. Tidak akan bisa, kau sendiri tahu bagaimana saat tubuhku ketika Yoongi memanggil. Aku melukaimu, aku takut."

"Apa yang kau takutkan? Karena saat itu kau sedang terluka, dan Wolf sangat peka dengan indra penciumannya. Tidak ada yang tahu sebelum kita coba."

"Aku takut kau terluka lebih banyak karenaku. Tidak apa jika aku harus mati, lebih baik begitu."

Jungkook mencengkram pundak Jimin. Matanya berkilat tajam, menandakan tak suka dengan apa yang Jimin ucapkan.

"Kau ataupun aku tidak ada yang terluka, tidak akan ada yang mati. Jika memang benang merah kalian terikat sejak dulu, aku yakin Lord akan membantumu, Jim,"

Jungkook menahan nafas sejenak, menghirup dalam udara sejuk sore hari dalam hutan.

"... semua akan baik-baik saja."

Jimin semakin merasa jatuh, tenggelam dalam lubang hitam yang menghisapnya ke dasar paling bawah. Di dalam lautan tak berdasar tanpa sinar meneranginya. Pikirnya buntu, sangat buntu. Tidak ada cara untuk berpaling jika Yoongi adalah takdirnya, karena ia adalah hidupnya.

"Tidak ada yang bisa kita lakukan, Kook." Finalnya, menegakkan pundak yang sedari tadi merosot. "Jika aku menghidarinya pun percuma."

Jimin tersenyum, matanya menghilang diantara lipatan matanya, sangat manis. berbanding terbalik dengan siratnya. Beribu kecewa serta sakit berlomba menembus senyumnya, dan Jungkook tahu, Jimin sedang memaksakan diri.

Jimin mencoba bersabar, menerima kenyataan pahit yang ia kecap di kehidupannya.

"Aku akan menunggunya sampai perang itu terjadi, dan hingga saat itu tiba, kita akan tahu jawabannya."

🔱🔱🔱

"Aku tidak tahu, tapi aku rasa jika Jimin sedang menenangkan diri."

Yugyeom menatap Jungkook teduh, sorotnya lembut saat tangan sang kasih membelai wajahnya.

"Dia membutuhkanmu."

"Tidak, dia butuh waktu sendiri. Aku tidak akan mengganggunya, Jimin sangat terpukul."

Jarinya mengukir sudut wajah Yugyeom, kemudian menjalar turun mengalung pada leher Yugyeom. Jungkook sedang mode manja pada Yugyeom, jadilah ia tanpa malu mendudukan diri dalam pangkuan Yugyeom di kamar miliknya.

"Lalu kau mau apa? Aku masih banyak pekerjaan, Jung." Yugyeom melepas tangan Jungkook, sedikit mengerjai kasihnya tak apa kan?

"Tetap disini bersamaku. Tidak boleh pergi."
Jungkook memeluk pinggang Yugyeom yang ingin beranjak, mengunci pergerakan Yugyeom agar tidak pergi meninggalkannya.

"Jung, aku sedang sibuk. Masih banyak keperluan yang harus aku siapkan untuk perang besok." Yugyeom menyeringai dibalik pelukan Jungkook. Alasan yang klasik.

IMMORTAL : MYGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang