Hari Sabtu pada minggu pertama adalah jadwal bertemunya Sheza dan Izhan dengan sang ayah. Siang ini, mereka akan bertemu di sebuah restoran makanan Turki di daerah Bandung. Sang ayah kini tinggal di Bandung, bekerja sebagai seorang dosen arsitek di Institut Teknologi Bandung, sekaligus seorang arsitektur yang cukup terkenal bagi pengusaha-pengusaha di Indonesia.
Pria bertubuh tinggi dan kekar, tipe atletis dan idealis. Perawakan maskulin dengan kumis dan brewok tipis, lengkap dengan alis tebal dan mata tajam yang menggoda. Mungkin terlihat seperti lelaki berumur awal 30 tahun yang masih single, padahal kenyataannya ia dua puluh tahun lebih tua dari yang terlihat. Ia sangat menyukai dunia olah raga dan binaraga.
45% biru, 30% kuning, 15% hijau, dan 15% merah.
"Hm?" Tanpa sadar Sheza bergumam.
"Kenapa, Dek?" tanya sang kakak yang mendengar gumaman lembut itu. "Oh, itu. Kayaknya pacarnya Ayah."
Hal yang membuat Sheza bergumam bukanlah kehadiran perempuan berkerudung dengan tubuh idealis, berparas manis dan lembut, serta pembawaan yang keibuan untuk perawakannya yang tampak tak jauh berbeda dengan umur Izhan. Tak aneh bagi Sheza jika sang ayah kali ini membawa kekasihnya. Pasalnya, sang ayah sudah memberitahukan perihal kekasihnya semalam. Namun, hal yang membuat Sheza heran adalah kehadiran aura lain pada ayahnya, aura berwarna merah muda dan putih, aura yang menandakan bahwa sang ayah saat ini sedang dimabuk cinta.
Sheza mengangkat tangan kanannya, menatap sekeliling tangannya. Tiga warna aura miliknya kini tertutup oleh warna biru gelap. Kecewa? Benar. Itu yang kini Sheza rasakan. Bersyukur sang ayah maupun sang kakak tidak bisa melihat warna aura seperti dirinya. Ia tentu tak mau egois. Ia paham alasan sang ayah dan sang bunda memilih untuk berpisah. Tapi, dirinya masih remaja, masih ingin merasakan kebahagiaan memiliki keluarga lengkap yang dapat berkumpul di meja makan untuk makan bersama-sama.
"Ejaaa!" Tak aneh jika Izhan memiliki sifat konyol dan sedikit kekanakkan. Ia mendapatkannya dari sang ayah.
Sheza yang merasa terpanggil pun mengulas senyum lebar dan hangatnya, lalu berjalan lebih cepat untuk menghampiri sang ayah yang telah berdiri di tempatnya dan merentangkan kedua tangannya. Tubuh mungil Sheza seakan ditelan oleh tubuh sang ayah yang kekar dan besar itu. Tak apa ia belum bisa menyatukan keluarganya kembali. Saat ini, ia cukup bersyukur karena masih bisa merasakan pelukan hangat sang ayah.
"Duh, makin kecil aja, Nak. Kamu nggak dikasih makan sama Ijan?"
Ijan adalah nama imut panggilan sang ayah untuk Izhan. Merasa terhina, Izhan pun berdecak dan melayangkan tinjunya. Jangan dikira akan ada perkelahian di restoran ini. Ini adalah cara sang anak sulung mengungkapkan kasih sayang dan kedekatannya dengan sang ayah. Kecintaan pada olah raga dan binaraga yang ada pada Izhan pun ia dapatkan dari sang ayah. Beradu ketangkasan adalah salah satu cara mereka saling menyapa.
Sang ayah yang bernama Marzuki Ichsannudin itu tentu tak mau anak bungsunya yang masih menikmati kehangatan dirinya terusik oleh sapaan anak sulungnya. Ia mengangkat tangan kirinya yang berotot kekar itu dan menangkap tinju anak sulungnya dengan sempurna, lalu mengulas senyum bangga.
"Makin kuat," pujinya.
"Ha! Pasti, dong. Aku nggak mau kalah dari Ayah, walaupun ototku nggak sebesar milik Ayah," tuturnya percaya diri.
Marzuki terkekeh-kekeh. "Ayah tunggu pertandingan kita yang ke-63. Kita lihat, siapa yang menang kali ini. Skor terakhir 33-30 untuk Ayah."
"Iya! Kali ini aku yang bakal menang."
"Udah, dong. Kasihan itu Sheza berdiri terus," potong kekasih sang ayah yang memiliki suara lembut dan menenangkan. "Sheza, sini." Ia mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan kiri Sheza, namun terganjal oleh smart watch yang melingkar di sana, namun tak ia hiraukan. Ia menarik Sheza lepas dari pelukan Marzuki, menyuruhnya duduk di samping kirinya, sedangkan Izhan duduk di kanan Marzuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your True Colour [COMPLETED]
Dla nastolatkówHighest Rank 2 #jantung (30/12/20) Bagi Sheza, aura milik setiap orang akan mencerminkan, sifat, kepribadian, pemikiran, dan kebenaran. Aura Sheza: 70% Indigo, 15% Hijau, 15% Kelabu Indigo: Spiritual Hijau: Penyayang, kesembuhan, ketenangan Kelabu:...