Jam menunjuk pukul 11 : 45 pm. Lampu kamar malam ini dimatikan seperti biasanya, bukan karena telat membayar tagihan atau semacamnya, melainkan karena si pemilik ruangan dengan sengaja mematikan lampu kamarnya,dengan alasan tak ingin melihat banyak bayang-bayang tak berbentuk yang setiap malam bergelayutan tepat dilangit-langit kamarnya.
Gelap, tak ada yang tampak berwarna sedikitpun, terasa sesak dan hawa panas mulai menyelimuti, sulit bergerak dan bernafas, sedari tadi keringat keluar disekitar pelipis gadis berambut ikal sepunggung itu.
Suara dering ponsel membuyarkan segala mimpi buruknya,ia mencari benda pipih berwarna merah marun itu seraya berusaha mengumpulkan nyawanya.
"Iya."
Suaranya terdengar serak, setelah beberapa percakapan tak ada yang terdengar lagi kecuali nada panggilan dimatikan dari sebrang sana.
Gadis itu bangkit, dinyalakannya lampu kamarnya, sinar lampu itu menampakkan gadis berdagu lancip dengan mata belo dan hidung mungil, kulit mulus dan tahi lalat didekat bibir, manik matanya yang nampak coklat pekat menatap sosok-sosok yang benar saja tengah beterbangan di lngit-langit kamarnya, dasar warna langit-langit kamarnya Merah Marun gelap, hingga jika diteliti lagi terlihat cukup seram.
Gadis itu tak acuh, tak menghiraukan semua mahluk semacam itu, ingin sekali sejak lama ia banting satu persatu mahluk itu, tapi apa daya, lengannya yang telaten melakukan hal semacam itu bahkan tak dapat menyentuh semua sosok itu.
Ia berjalan gontai menuju lemari, mencari jaket dan syal untuk ia kenakan keluar malam ini. Keluar dari kamar ia tak tak langsung keluar rumah melainkan pergi terlebih dahulu ke ruangan cukup luas, yang bahkan lebih luas dari kamarnya sendiri.
Deretan pisau dari yang berukuran kecil hingga besar, yang tajam hingga yang sangat tajam, beberapa senjata semacam panah dan pistol tertata rapi di rak berbeda, dan banyak lagi senjata dengan beragam jenisnya yang mungkin tak banyak orang tahu apa gunanya.
Diraihnya belati kecil dan pistol, dengan cepat ia masukan senjata itu di tempat khusus di pakaiannya.
Ditatapnya arloji dilengannya yang menunjukan pukul 11 : 50 pm, dia menghela nafas,lantas keluar dari ruangan itu dengan cepat, menjauhkan kantuk yang bertubi-tubi menyerang.
***
Pria dengan pakaian lengkap khas pria kantoran nampak tengah berlari tak tahu arah disekitar rel kereta api malam ini, fikirannya kalut, baru saja mendapatkan pesan singkat berisi ancaman pembunuhan membuatnya seolah dikejar hantu.
Napasnya terengah, di ujung jalan sana gadis dengan celana jeans dan jaket berwarna gelap menatap si pria yang nampak sangat gemetar.
"Siapa kau?"
Teriak pria itu dengan intonasi takut bercampur penasaran, si gadis hanya tersenyum dingin seraya melangkah mendekat.
"Berhenti!"
Teriak pria itu lagi semakin gemetar,ingin berlari tapi sekedar berdiripun ia seolah kehilangan semua tenaganya.
"Berhenti!"
Teriak pria itu untuk kesekian kalinya, sedangkan gadis itu seolah tanpa rasa takut terus berjalan mendekat.
" Tuan Surya? Sudah siap?"
Gadis itu mengeluarkan pistol dari balik jaketnya seraya diarahkan pada pria bernama Surya itu, senyum sinis tergambar jelas pada paras gadis ikal bermata belo itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hard Broke
TerrorThe Hard Broke Ada sesuatu yang amat sulit dihancurkan di Dunia ini, seperti rasa kasih sayang yang amat mendalam dari seseorang yang tak mengharapkan balasan. Ada sesuatu yang amat sulit dipatahkan, semacam harapan yang tinggi akan sesuatu hal, aka...