Nora berada didepan pintu tua gudang belakang sekolah Tresna, tak lama tadi Nora melihat gadis misterius itu masuk kedalam ruangan itu. Ia terdiam, ragu untuk sekedar membuka pintu tua itu.
Cklek
Knop pintu bergerak, pintu tua terbuka dengan sendirinya, hanya seperempat namun dapat menampakan sebagian kecil ruangan. Mata Nora menyipit, ditatapnya tangan berkeriput yang penuh luka berdiri dibalik pintu tersebut.
Didorongnya pintu itu perlahan, namun tak ada yang berubah,pintu itu tak kunjung terbuka lebih lebar lagi, seolah seseorang tengah menahannya.
Nora diam, kakinya tertatih didepan pintu, lalu perlahan darah segar keluar dari sela-sela bawah pintu, Nora berjinjit, mundur beberapa langkah dari pintu berwarna gelap itu.
Pintu terbuka dengan suara gebrakan, Nora membulatkan matanya yang nampak amat terkejut, banyak sekali roh yang keluar, dengan beragam bentuk yang mengerikan, dengan beragam bau yang sangat menyengat.
Mereka mendekati Nora, seolah mereka ingin memakan Nora hidup-hidup, dengan cepat, ia berlari mencari pertolongan. Keringat mulai keluar dari pori-pori kulitnya yang mulus, matanya mulai mengeluarkan bulir hangat yang tak dapat ia tahan, satu hal yang berada dalam fikirannya sekarang, hanya bagaimana cara agar mereka berhenti mengganggunya!.
BRAK
Pintu kelas dibuka dengan kasar, menampakan Nora dengan mimik wajah amat ketakutan, keringat bercucuran disekitar pelipis, kakinya gemetar, matanya merah dan nafasnya ngos-ngosan.
Seisi kelas menatap Nora terkejut, Adrian bangkit lalu dengan cepat berlari menuju Nora, Restu yang masih duduk dikursinya ikut maju mendekati Nora.
Tatapan mata Nora berubah tenang, setelah melihat Adrian dihadapannya barulah ia merasa aman, sudut bibir Nora ditarik perlahan hingga menciptakan lengkungan yang cukup indah, digenggamnya lengan Adrian dengan tenaga yang tersisa. Selanjutnya Adrian mendekap gadis penuh kecemasan itu, dielusnya pundak Nora dengan kehangatan.
"Tenanglah"
Bisik Adrian pada telinga Nora, merasakan jantung Nora yang berdetak tak wajar, Adrian lantas menepuk-nepuk punggung Nora lembut agar mendapatkan kenyamanan.
***
"Adrian, gue gak bisa ikut ke Kantin ada urusan sebentar, lo bisa beliin gue martabak Bu Aiyis?"
Mereka berdua berada diujung pintu, Adrian mengangguk mengiyakan, selanjutnya Nora dan Adrian berpisah mengambil jalan yang berbeda.
Nora berjalan cukup tergesa, semakin lama seperti sedang berlari kecil, hingga sampailah ia pada ruangan kecil dengan pria sekitar 40 tahun duduk disana.
"Permisi"
Pria dengan pakaian rapi dan topi itu menatap Nora, pria itu tersenyum ramah, lantas mulai bertanya akan apa yang gadis dihadapannya ini butuhkan.
"Saya ingin melihat rekaman CCTV pagi tadi di Gudang belakang...."
Nora sedikit menimang ucapannya lantas mulai melanjutkan.
"Oh dan kemarin siang di Kantin"
Pria itu terdiam, belum mengatakan apapun pada Nora yang nampaknya masih mengharapkan jawaban.
"Mari ikut saya"
Pria itu berjalan menuju ruangan lebih besar, dibukanya pintu dengan kunci dilengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Hard Broke
HorrorThe Hard Broke Ada sesuatu yang amat sulit dihancurkan di Dunia ini, seperti rasa kasih sayang yang amat mendalam dari seseorang yang tak mengharapkan balasan. Ada sesuatu yang amat sulit dipatahkan, semacam harapan yang tinggi akan sesuatu hal, aka...