Hujan Dan Genangan

19 0 2
                                    

Sore ini hujan cukup deras,menciptakan genangan air dimana-mana, meski bagi sebagian orang hujan selalu menciptakan kenangan, bagi Nora hujan atau panas, siang atau malam, dulu atau sekarang. Semuanya sama saja, sama-sama dipenuhi benci yang amat sangat, setelah ditinggalkan kedua orang tuanya belasan tahun lalu, Nora harus mengerti betapa semua orang didunia ini bisa saja mengincar nyawanya sama seperti mereka yang pernah dengan sengaja membuat kedua orang tuanya tiada dihadapannya sendiri.

" Tolong, ampuni saya, saya ingin tetap hidup"

Seorang pria berusia sekitar 40 tahun menatap Nora gemetar, dengan belati dilengannya yang beberapa menit kedepan akan digunakan untuk menghabisi pria bernama Arman tersebut.

Hujan berkali-kali menerpa tubuh Nora, tapi tak kunjung membuat gadis itu menyerah pada misinya, sedangkan Arman, masih saja memohon untuk diampuni.

"Berapa uang yang kau inginkan?"

Meski ragu, tetap saja keluar juga kalimat itu dari bibir Arman. Nora tersenyum mengejek, menatap tajam Arman,lalu semakin mendekat pada pria berkumis tebal itu.

"Apa yang kau mau?"

Satu pertanyaan terakhir, membuat Nora terhenti, menatap langit yang masih saja menjatuhkan air hujan.

"Jika bisa, kembalikan kedua orang tuaku"

Jarak mereka hanya selangkah, dalam hitungan detik belati itu tepat mengenai perut Arman, saat belati dilepas mulailah cairan anyir berwarna merah mengucur disertai air hujan. Kini belati berpindah menuju kepalanya, bukan tak ada perlawanan dari Arman, Arman berkali-kali berteriak meminta pengampunan dan rasa sakit yang tak dapat ia sembunyikan, tak kunjung membuat Nora berhenti.

Setelah menatap Arman tergeletak tak berdaya dibawah terpaan hujan. Nora hanya diam, menatap Arman yang perlahan mulai bernafas dengan jarak yang cukup lama, darah ditubuhnya ikut serta terbawa air hujan, bercak merah di lengan Norapun perlahan menghilang.

***

Nora tiba dengan tubuh basah kuyup, ia sedikit menggigil, membiarkan tetes air dari tububnya memenuhi lantai.

Ia menatap rumahnya yang sudah sangat bersih, berbeda dengan keadaan rumahnya yang terakhirkali ia tinggalkan siang tadi, Nora tersenyum, merasakan hangat menjalar disekitar tubuhnya,ditatapnya Adrian yang tepat berada dibelakangnya, tengah menyelimutinya dengan handuk berbulu.

"Cepet ganti baju! Nanti masuk angin, gue udah masak makanan kesukaan lo"

Nora tersenyum kecil,ditatapnya Adrian yang mulai menjauh menuju meja makan.

Nora menuju kamarnya,seprai dan gorden semalam sudah diganti dengan yang baru, warna putih mendominasi ruangan,bercampur dengan warna marun dari tembok dan langit-langit kamarnya, Nora mengkerutkan dahinya, putih dan marun tidak terlalu cocok, seperti seragam anak SD. Adrian memang tak pandai mempadu padankan warna.

Pakaian hangat sudah berada diatas ranjang, sudah dengan sengaja disiapkan Adrian, lagi-lagi warna putih, sweater berbulu yang pernah Adrian belikan untuknya beberapa bulan lalu, yang tak berniat ia kenakan samasekali.

Tapi pada akhirnya Nora memutuskan untuk mengenakannya, itu dari Adrian, dan tak mungkin ia menolak apapun yang Adrian inginkan, sekalipun ia minta nyawanya, akan tetap ia berikan dengan sepenuh hati.

Ditatapnya tubuhnya yang terpantul dicermin, nampak kurus, rambutnya juga nampak lepek, ditambah bibirnya yang terlihat lebih pucat.

"Apa aku sakit?"

Pandangannya sedikit kabur, ia menelan salivenya perlahan, didekatkanya matanya pada cermin, menatap bola matanya yang nampak merah.

Nora menutup matanya, merasakan dingin mulai menelusup ke pori-pori kulitnya, merasakan bulu kuduknya berdiri.

Tiba-tiba Nora merasakan seseorang menyentuh bahunya, dan lagi-lagi bulu kuduknya kembali berdiri, ia beranikan untuk menoleh, harusnya ia tak merasa takut, karena sejauh ini tak ada roh manapun yang mampu membuatnya takut.

Tak ada apapun, Nora menatap sekeliling, hanya ada roh-roh yang biasa memenuhi langit-langit kamarnya, dan sejauh ini mereka tak pernah bertindak bodoh dengan mengganggu Nora.

Ia sadar tak ada apapun, tapi saat ia arahkan lagi matanya pada cermin, sesosok mahluk dengan mata penuh darah dan bibir robek menatapnya tajam, sungguh, wajahnya amat menyeramkan, Nora menutup matanya kuat-kuat, ingin saja berpura-pura tak melihat apapun. Tapi saat ia buka lagi matanya, mahluk itu sudah tiada, hanya menyisakan tulisan berlumur darah di cermin.

'Aku akan menuntut balas atas kematianku'

***

Nasi goreng di meja makan mengepulkan asap, ditambah segelas susu yang masih penuh.

"Katanya makanan kesukaan gue?"

Ditatapnya Adrian dengan sedikit kecewa, bibirnya ia majukan beberapa senti, nampak seperti anak kecil.

"Mulailah terbiasa,gak semua yang lo inginkan bisa lo dapatkan"

Ucap Adrian berlanjut memasukan sesendok nasi goreng kedalam mulutnya. Nora menghela nafas,menatap Adrian yang mulai lahap memakan masakannya.

"Gue juga gak suka susu, lo tahu kan?"

Nora lagi-lagi menampakan mimik kecewa, Adrian tak terlalu menanggapi apa-apa saja yang Nora katakan.

"Kadang, yang gak lo suka ternyata sesuatu yang paling baik buat lo"

Nora memutar bola matanya jengah, menghela nafas lantas mulai meminum susu yang masih hangat itu.

"Lo hari ini terlalu melankolis Adrian"

Adrian terkekeh, ia juga merasakan hal yang sama, hari ini rasanya ada banyak hal yang ingin ia katakan.

"Besok lo balik lagi ke bangku lo ya"-Adrian menelan suapan terakhirnya lantas meminum segelas susu dalam beberapa tegukan-" Gue khawatir kalo lo sendirian kayak tadi"

Nora mengangguk mengiyakan permintaan Adrian, meski sebenarnya ia tak sendiri, banyak mahluk yang tak dapat Adrian lihat yang menemani Nora,meski tak semua dari mereka menunjukan wujudnya dalam bentuk yang baik.

"Adrian? Lo percaya mahluk halus? Eh_maksud gue...lo percaya roh gentayangan?"

Pertanyaan Nora cukup menyita perhatian Adrian, tak biasanya gadis itu mempertanyakan sesuatu yang tak logis.

"Lo sendiri percaya gak?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Nora, Adrian malah melempar kembali apa yang menjadi pertanyaan sebagai jawaban pada Nora.

"Gue percaya, ada dunia dimana para arwah berkeliaran tanpa kita para manusia tahu"

Adrian mengangguk-nganggukan kepalanya setuju.

"Kalau lo percaya gue juga percaya"

Jawab Adrian enteng,lantas mulai membereskan piring dan gelas diatas meja untuk selanjutnya ia cuci.

Tanpa Adrian sadari, sesosok mahluk dengan darah melumuri seluruh tubuhnya mendengarkan setiap percakapannya dengan Nora, meski jauh disana Nora tahu ada sesuatu dari dunia lain yang ingin mengganggu kehidupannya, ia harus mulai waspada.

***

Hae-hae?
Assalamualaikum♡

Saya niatnya pengen buat cerita horor roamance, tapi gak tahu malah jadi kayak gini, maafkanlah ke-awaman Author ya manteman:v

Giriawas, Cikajang 2020

The Hard BrokeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang