Suasana kelas pagi ini cukup riuh, beberapa gadis remaja dengan antusiasnya mendengarkan gosip baru, beberapa pula tengah membersihkan kelas dengan teliti, ada yang sibuk menyalin pekerjaan rumah, dan ada pula yang tengah tertidur pulas.
"Nora?"
Lengan Adrian menggoyang-goyangkan tubuh Nora perlahan, membuat gadis itu sedikit bergumam.
"Hmm"
Adrian mengurungkan niatnya untuk membuat Nora tersadar, bagaimana ia tega membangunkan Nora yang terlihat amat kelelahan. Adrian menghela nafas perlahan, lantas mulai menatap guru yang masuk kedalam kelas.
Suasana berubah hening, menatap kursi roda yang perlahan memasuki ruang kelas, dengan si empunya yang nampak tenang memajukan kursi rodanya sendiri.
Lalu mulailah terdengar desas desus dari penjuru kelas, beberapa menggunjing beberapa lagi mempertanyakan dengan keheranan.
Gadis itu nampak amat percaya diri, pandanganya lurus kedepan , rambut sebahunya yang berwarna coklat gelap menutupi sebagian wajahnya yang cukup tirus.
"Perkenalkan anak-anak, siswa baru kelas ini, silahkan"
Wanita sekitar 35 tahun itu tersenyum ramah, mempersilahkan gadis itu membuka suara. Adrian menatap gadis itu sekilas, nampak sangat tenang dan percaya diri meskipun tahu seisi kelas tengah mencercanya, tak lama ia kembali pada posisi semula seolah tak perduli dan hanya terfokus pada Nora yang tengah tertidur pulas dibangku paling belakang.
"Sena"
Hanya itu, hanya itu yang ia ucapkan sebagai perkenalan pertamanya, desas desus kembali terdengar dipenjuru kelas, beberapa menatap gadis bernama Sena itu jijik.
"Baiklah silahkan duduk ditempat yang kosong"
Bu Anne mempersilahkan, menatap sekeliling kelas yang cukup padat, matanya mengernyit, ditatapnya Nora yang masih saja pulas.
"Nora Faeyza Tera! Silahkan pergi ke bangku belakang"
Suara Bu Anne cukup mendominasi, wanita yang biasanya bersikap lembut pada murid lain selalu menjadikan Nora sebagai sasaran sarkasmenya.
Nora masih pulas, berada pada mimpi-mimpinya yang tak sempat selesai malam tadi.
Adrian berdeham, menyikut bahu Nora gemas, tak ada gubrisan, masih saja pulas.
"NORA!"
Penghapus penuh debu yang sedari tadi berada di papan tulis, kini tepat berada di kepala Nora. Ia tersadar, menatap sekeliling dengan tak perduli, menghela nafas lantas menatap guru yang sangat tak ia suka dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Pindah ke bangku belakang, sekarang!"
Suara Bu Anne cukup tegas,matanya sedikit melotot, sedangkan Nora mengedikan bahu tak acuh, bangkit dari kursi dengan malasnya, berjalan gontai menuju sudut ruangan.
"Kursi kamu juga bawa!"
Nora menghela nafas kesal, berbalik menatap guru matematika itu dengan tatapan tak suka, tapi pada akhirnya dia kembali ketempat semula, membawa kursinya dari sisi Adrian.
"Oke, Sena silahkan "
Senyumnya sangat terlihat ramah, mempersilahkan gadis bermata sipit itu untuk menempati tempat duduknya.
***
Jam pelajaran pertama telah berganti, kini berganti dengan mata pelajaran yang sama sulitnya.
"Open you're book,Noora !"
Suaranya kembali menggema diujung telinga Nora, benci sekali dengan bahasa-bahasa asing yang tak ingin samasekali ia pahami, kini ia kembali lagi jadi sasaran sarkasme pria berusia sekitar 50 tahun itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Hard Broke
HorrorThe Hard Broke Ada sesuatu yang amat sulit dihancurkan di Dunia ini, seperti rasa kasih sayang yang amat mendalam dari seseorang yang tak mengharapkan balasan. Ada sesuatu yang amat sulit dipatahkan, semacam harapan yang tinggi akan sesuatu hal, aka...