Kini Minghao berjalan sendirian di jalanan yang sepi, hari sudah mulai gelap dan dia tidak mau kembali ke apartemen Jun ataupun rumah lamanya. Kakinya hanya membawanya menyisiri jalanan sepi.
Dia berjalan gontai sambil sesekali menendang batu kerikil kecil yang tergeletak.
"Aku tidak halusinasi, yang aku lihat benar benar YanAn gege..."
Satu bulir air mata jatuh membasahi pipinya, dalam hati ia merutuki takdir nya yang begitu menyedihkan. Ditinggal orang tua pada usia 7 tahun akibat kecelakaan pesawat, dan ditinggal kakak satu satunya pada usia 19 tahun akibat kecelakaan mobil.
"Ihhh pokoknya kamu harus coba, ini tuh enak Hao."
Bayangan suara YanAn kembali memasuki telinga dan pikiran nya. Momen dimana sang gege yang menjejali nya berbagai macam makanan hingga membuat perut nya hampir muntah.
"Aku sangat merindukan mu gege, tidak ada yang percaya padaku. Hanya gege yang selalu percaya padaku."
Langkah kakinya masih belum berhenti, dia tetap berjalan tak tentu arah dengan pandangan kosong dimatanya.
Dulu saat dirumah sakit jiwa, Minghao sudah beberapa kali mencoba untuk bunuh diri. Akan tetapi selalu gagal, ada saja orang yang menyelamatkan nya dari kematian.
Mulai dari lompat dari atap gedung, menyayat pergelangan tangan, menusuk tubuh dengan jarum infus, bahkan dengan menelan banyak obat sehingga overdosis. Tapi tetap saja gagal, buktinya ia tetap hidup hingga saat ini.
"Apakah gege tidak ingin aku bersama nya disana? Sehingga percobaan bunuh diriku selalu gagal."
Helaan napas menambah kesan menyedihkan pada Minghao. Matanya sembab, rambutnya berantakan, sebagian baju nya basah kena air mata dan keringat.
Dan sekarang langkah kaki nya terhenti di sebuah taman yang sepi dengan danau ditengah nya. Banyak daun daun jatuh menandakan taman ini jarang dikunjungi.
Jika kalian mengira Minghao akan bunuh diri di danau itu, kalian salah. Minghao terlalu lelah mencoba bunuh diri.
Ia duduk dipinggir danau dan menurunkan kakinya ke air, membuat telapak kaki sampai lututnya berada di dalam air.
"Setidaknya disini aku sendirian dan.... Aku tenang."
Saat dirinya sedang memainkan air dengan kakinya, terdengar suara langkah kaki yang menginjak daun kering. Suara itu membuat Minghao menoleh dan kembali terdiam.
"YanAn gege!"
Minghao langsung mengeluarkan kakinya dari dalam air dan langsung berdiri, menatap YanAn dengan air mata yang tertahan di pelupuk matanya.
'Target ditemukan, masuk dalam mode tempur level 1.'
Dari tangan YanAn keluar sebuah tongkat kayu berukuran sedang. Sedangkan Minghao yang melihat itu pun menggosok matanya berulang kali.
"G-gege apa yang mau gege la-lakukan dengan tongkat itu?" Minghao berucap sambil mundur kebelakang saat melihat YanAn yang maju kearahnya.
'Target terkunci, serangan mulai.'
YanAn berlari dengan cepat ke arah Minghao dan melancarkan serangan nya. Tongkat kayu itu semakin terlihat menyeramkan ketika bergerak dengan lihat di tangan YanAn.
Minghao kebingungan, "Gege apa yang kau lakukan?! Ini aku Minghao." ucap nya sambil menghindar dari serangan.
Beruntungnya Minghao anak beladiri, dia adalah anak wushu terbaik di perguruan nya. Dan sialnya tempat itu sangat sepi serta tak ada sesuatu yang bisa Minghao jadikan senjata.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓞𝓷𝓬𝓮 𝓐𝓰𝓪𝓲𝓷 ✅
Ngẫu nhiênMembunuh secara langsung? Tidak. Tetapi berkat kecerobohan nya, nyawa seorang kakak melayang. Dan dia harus bertanggung jawab atas sang adik yang kini sebatang kara. "Kumohon..... Tolong aku satu kali lagi." "Mode tempur aktif, serangan dilancark...