Jun POV~
Hari sudah pagi, dan kebetulan juga kerjaan libur. Pengen nya sih bangun siang, tapi aku lupa ada Minghao, masa iya aku bangun siang dia yang nyiapin semuanya sendirian, kan galucu gitu.
Pelan pelan aku bangun, duduk dulu lah dikasur. Regangin badan terlebih dahulu sebentar sebelum akhirnya kaki ini menginjak lantai yang dingin, elah puitis amat.
Aku keluar dari kamar, keadaan masih sepi. Kutengok ke kamar satu nya lagi tempat dimana Minghao tidur, ternyata dia masih bergelut sama selimutnya diatas kasur.
Pelan pelan aku masuk, kuhampiri dia yang masih menutup mata. Aku berjongkok, mensejajarkan kepala ku dengan kepalanya, di wajahnya terlukis kesedihan.
Kadang, dia masih suka menangis sendiri, memanggil nama gege nya sendiri. Ku tebak walaupun di depan ku dia berlagak sok kuat, tapi dia sangat sangat rindu dengan gege nya.
Kadang aku berdebat dengan diriku sendiri, kenapa bisa aku memisahkan dua saudara ini. Bukan lagi berpisah antar tempat, malahan antar dimensi.
Tidak mau berlama lama disini, aku pun berjalan meninggalkan nya yang masih tertidur, jangan sampai tidur damai nya terganggu karena kehadiran ku. Cukup aku membuat nya menderita, jangan sampai tidurnya saja aku ganggu.
Jun POV end~
Kini Jun sedang di dapur, mungkin secangkir teh hangat dipagi hari bisa membuat suasana dan pikiran tenang. Dengan tangan panjang nya ia pun mengambil dua cangkir dan sebuah teko kecil, lalu membuat teh hijau.
Aroma teh menyeruak keseluruh ruangan, menghasilkan suasana tenang bak di pegunungan. Setelah teh tersebut jadi, Jun membawa nya ke meja makan.
"Hah.... Apa yang bisa aku lakukan supaya ia tidak lagi sedih."
Jun terus melamun dan bermonolog sambil menuangkan teh ke dalam cangkir, tak lupa juga mengambil gula batu lalu mengaduk teh tersebut.
Tak lama kemudian suara kenop pintu membuyarkan lamunan Jun.
Terlihat Minghao keluar dari kamar dengan keadaan rambut setengah basah. Habis mandi kayanya mah.
"Hao, mau teh?" Jun berucap agak keras karena jaraknya agak jauh
Minghao menoleh, "Eoh gege bikin teh?"
"Iya nih, masih panas kok. Sini ngeteh bareng."
Setelah Minghao pikir pikir, ajakan Jun untuk minum teh dipagi hari itu bagus juga. Setidaknya perutnya hangat dengan teh, pikiran nya juga tidak terlalu stress.
Saat Minghao sudah duduk didepan nya, Jun menuangkan teh ke cangkir untuk Minghao.
"Makasih."
"Ya, sama sama."
Keduanya masih sibuk dengan pikiran nya masing masing, hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan cangkir memenuhi ruangan.
Jun memaklumi hal tersebut, mereka berdua baru tinggal bersama semalam. Karena Minghao baru keluar dari rumah sakit jiwa pasca depresinya. Dokter menyarankan agar Minghao tidak ditinggal sendirian, takut takut nantinya dia mikir buat bunuh diri atau sebagainya.
"Gege-- " Minghao mendongak, menatap Jun, "--boleh aku cerita?"
Dengan senyuman diwajah nya, Jun pun mengangguk. "Tentu, ceritalah."
"Jika kau dilahirkan sedikit berbeda dengan yang lain, seperti memiliki kemampuan aneh dalam dirimu. Apa yang gege lakukan?"
Jun menatap langit langit ruang makan, "Tergantung dengan kemampuan apa yang aku punya, tapi mungkin aku akan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain dengan kemampuan ku itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓞𝓷𝓬𝓮 𝓐𝓰𝓪𝓲𝓷 ✅
RandomMembunuh secara langsung? Tidak. Tetapi berkat kecerobohan nya, nyawa seorang kakak melayang. Dan dia harus bertanggung jawab atas sang adik yang kini sebatang kara. "Kumohon..... Tolong aku satu kali lagi." "Mode tempur aktif, serangan dilancark...