Kobong As Best

2 1 0
                                    

Gue jalani hari-hari gue seperti biasa. Gue berusaha agar kejadian di malam itu tidak mempengaruhi kehidupan gue disini. Gue gaboleh kalah sama keadaan. Sebab kalau gue terpuruk dan memilih keluar artinya gue kalah dari mereka.

Saat ini gue sedang bersama kawan kawan gue di kobongnya sarnim, tak lupa ditemani sesajen seperti biasa,yakni kopi, rokok, dan beberapa makanan ringan. Sarnim yang sedang memainkan hp aan membuka topik pembicaraan.

"Jadi bener lo di tuduh begitu gus?" tanyanya
"Ya gitu lah nim" kata gue acuh tak acuh sambil menyeruput kopi
"Gue ga abis pikir aja kenapa malah lo gitu yang dituduh, apalagi ternyata ga ada yang ilang" ucapnya
"Gatau lah nim, mungkin ada yang ga suka sama gue"
"Coba lo ngomong sama si Irwan, mungkin dia biang keladinya, kalo emang dia ga ngomong kehilangan, mana mungkin pengurus manggil lo buat ke kobong lurah" Nanang angkat bicara
"Iya tuh, masa iya pengurus bisa langsung nuduh lo" ujar aan
"kalo itu sih mungkin gara gara gue sering ngopi di kobong bareng jerry sama mang kholid" jawab gue
"Nah terus yang ngasih tau pengurus kalo lo sering disitu siapa? Kalo pengurus tau langsung udah pasti lo langsung di grebek" ujar otong
"Gatau juga ya, tau ah malah puyeng gue mikirinnya" jawab gue
"bener kata nanang, coba lo ajak ngobrol si Irwannya" kata tisna
"Udahlah lupain aja, bikin emosi kalo di inget inget" ujar gue seraya keluar dari kobong.

Di luar kobong banyak siswa siswi maupun santri yang berlalu lalang. Posisi kobong asbes cukup strategis karena menjadi pembatas antara sekolah dengan pesantren. Selain itu dekat dengan gerbang sekolah, kolam, masjid dan warung yang lokasinya bersebelahan. Dari kejauhan terlihat Annisa sedang berjalan menuju warung bersama beberapa teman nya. Sedikit deskripsi tentang annisa, ia memiliki tinggi badan cukup ideal, berkulit kuning langsat, tubuh yang juga ideal, tidak gemuk tidak kurus, dan juga cantik. Selain itu ia juga cerdas dan dia selalu menjadi saingan gue dalam belajar. Pasti kalian pikir gue ini begajulan yang gapernah memfungsikan otak gue ini dengan semestinya kan? Sorry walaupun bisa dikatakan kalo gue ini brengsek, gue punya prinsip yang selalu gue pegang . Nakal boleh,goblok jangan . Itulah prinsip yang gue pegang sejak dulu,hingga akhirnya gue pernah di tunjuk untuk mengikuti lomba LKS Matematika ketika duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Harusnya yang mengikuti lomba itu kelas 6 namun entah kenapa sekolah nunjuk gue buat mengikutinya. walaupun gagal di tingkat kota,namun itu jadi kebanggaan tersendiri bagi gue. Skip.

"Annis cakep juga ya" gumam gue dalam hati.Jujur sebenarnya gue tertarik sedikit dengannya. Namun entah kenapa bayang bayang sosok perempuan yang gue kagumi ketika smp masih menyelimuti gue.

Sosok annisa pun lenyap di tengah kerumunan. Pandangan gue alihkan ke kondisi kobong yang terbuat dari kayu dan bambu dengan dinding yang terbuat dari rotan dengan berbagai coretan di sana. Mata gue terfokuskan ke plang bertuliskan Welcome to pondok as best. Entah gue dapet wangsit dari mana, gue berfikiran untuk pindah kobong kesini. Gue pun kembali ke dalam dan berbicara dengan sarnim.

"Nim kalo gue mau pindah kesini boleh engga nim?" tanya gue to the point
"emang di kobong lo kenapa?" tanya nya balik
"ya gapapa sih, kayanya enakan disini deh, aksesnya gampang kemana mana" ujar gue
"Kalo gue sih boleh boleh aja kalo lo mau pindah kemari,cuma izin dulu sama RT kobong asbes" ujarnya
"Coba aja tanya, kamarnya di sebelah" tambangnya lagi

Gue mengerti lalu beranjak untuk menemui RT kobong asbes. Pondok disini terbagi menjadi 3 lokasi, yang pertama ada kobong sor yang lokasinya di belakang MTS, disitu letak kobong gue saat ini. Yang kedua kobong asbes, yang ketiga lokasinya berhadapan dengan mushala. Dan terdapat RT nya masing masing yang bertanggung jawab terhadap keamanan dan kelangsungan santri santrinya.

"Assalamualaikum" kata gue sambil mengetuk pintu. Terdengar sahutan dari dalam dan tak lama pintu dibuka oleh seseorang yang mengenakan peci dan sarung. Gue ulurkan tangan lalu salim dengannya. Ada tradisi disini yang mengharuskan santri untuk salim kepada para pengurus pondok,

Setelah itu gue mengutarakan maksud tujuan gue bertemu dengannya, namun ia tidak bisa mengizinkan karena quota maksimal untuk satu pondok sudah full, artinya jika gue mau masuk ke kobong itu,salah satu dari sarnim,nanang dan aan harus ada yang keluar dari kobong tersebut. Tak mungkin gue meminta salah satu dari mereka keluar, akhirnya gue mengurungkan niat gue.

Masa MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang