cermin membalik

44 8 0
                                    

Di dalam cermin, aku menunggumu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di dalam cermin, aku menunggumu.

Seratus tahun setelah antarklan saling genjatan senjata, akhirnya kau memiliki nyali bersemuka denganku.

Kini kau sudah tak berdaya.

Kau tak lagi bermaujud kasatmata.

Namun, suaramu sayup-sayup mencoba merasuk ke dalam cermin.

Di atas permukaan cermin, aku menunggu nyalimu.

Nyatanya, suaramu tak semembara sorot matamu yang hanya terdiri dari bola api kian melindap. Maka, akulah yang memulainya.

"Sebut permintaanmu, kukabulkan jika kau memiliki kesepakatan setara dengan keinginanmu."

Sementara itu, selasar angkasa kembali menuangkan rona lembayung.

Lagi-lagi pun kau tak mampu mengeluarkan kehendak.

"Rupanya nyalimu sudah mati di pertarungan dengan saudara sedarahmu, di mana raungan binalmu yang selalu diagungkan oleh Negeri Kerajaan Maritim?"

Di dalam cermin, pun kupunggungkan kau.

"Kembalilah setelah bernyali mengutarakan keinginanmu."

Tak disangka-sangka, sejulai menahan langkah kakiku.

Terdengar suara selirih angin sore yang berkesiur genit.

"A-Aku ... ingin an-annak gadisku hidup kembali ...."

"Sang Raja yang terkenal arogan dan kejam dalam membangun serta memajukan Negeri Maritim, sekarang mengais belas kasih pada iblis sepertiku." Di dalam cermin, aku mengernyih menatapmu penuh keangkuhan. "Apa jaminan yang kaubayarkan kepadaku?"

Sesaat kau tampak membisu. Namun, aku tidak melihat keraguan dalam kedengkian yang bercokol di nadimu.

"Waktu," jawabmu. "Di titik balik, adikku akan menggantikan diriku di neraka."

Kutancapkan bilah cermin yang sudah kau tembus hingga retak. Aku memutar cermin takdir pada bola matamu.

"Di titik balik, kau akan lebih hebat dari masa jaya negerimu."

Kini kau sanggup berjalan dengan kedua kaki, seteguh memimpin peperangan hasil dari dadu pemantul cermin yang telah kulempar.

Seratus tahun kemudian, di dalam cermin, seorang wanita menangisi permukaan danau.

Lantas kusapa saja dia.

"Jika kau memiliki air berlimpah, aku akan dengan senang hati kalau kau menangisi tanaman padi yang mulai layu itu."

Si wanita terkesiap. "K-Kau ... benar-benar ada?"

Bibirku melengkung. Sambil bercangkung di dalam cermin, kuraih tangannya hingga mencelup ke dalam air danau. "Kau mengenalku?"

"Tolong, Iblis Cermin Danau Yang Agung." Helaian rambut berjuntai mengelus permukaan danau. Membuatku tergelitik.

"Kau ingin memberikan nyalimu?"

"Tolong, berikan kesengsaraan kepada ayahku," rengeknya putus asa.

Parasnya menawan laiknya boneka porselen antik.

"Kenapa aku harus membantumu? Bukankah kau memiliki Penguasa Alam yang lebih Berkasih untuk umat-Nya, Wahai Pengantin Tuhan?"

"Aku ... aku ... sudah dikorbankan oleh ayahku sendiri atas nama Tuhan untuk kekayaan. Aku tidak mau warga Negeri Maritim semakin sengsara. Kumohon tukarlah nasib kejayaan kerajaan untuk rakyatnya. Aku mohon ...."

Aku terkekeh mendengarnya. "Lantas, apa jaminan yang akan kaubayarkan kepadaku?"

Entah mengapa, sorot mata wanita itu mengingatkanku pada sosok si pemilik bola api temaram. Namun, kapan ya, aku kedatangan tamu seperti itu ....

"Kesetiaan menyembah-Mu."

2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2020


ReSFeBeR: (D)eadly (W)riting (C)hallenge NPC 2020 ― ⌠selesai⌡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang