Prolog

39 7 15
                                    

Romance, Time travel, Imaginary || chaptered ||

OST : When We Were Us - K.R.Y ||




Kau akan menemukan keajaiban dalam hidupmu

Benang takdir tak terlihat akan membawamu pada apa yang tidak mungkin, tapi ada

Percayalah

Ikutilah

Biarkan benang itu menuntunmu

Pada cintamu




Cinta sejatimu.









||Invisible Tread - Prolog||


Seorang gadis sedang mematut dirinya di depan cermin full body. Rambutnya yang lurus kecoklatan terurai. Wajahnya yang sudah cantik terpoles dengan foundation tipis lalu ditutup lagi dengan bedak sedikit bertone warm. Pipinya dia beri bubuk blush on berwarna coral. Kelopak matanya juga dia beri sedikit perpaduan warna coral dan merah muda lembut. Di bibirnya terdapat warna orange kemerahan dengan sentuhan glossy.

Gaun berlengan pendek berbahan diamont wax berwarna putih dia kenakan menutup tubuhnya sampai batas lutut.

Ponsel yang tergeletak di atas tempat tidurnya berdering nyaring membuatnya sedikit berlari kecil.

"Oh, eomma, wae?" (oh, ibu, ada apa?)jawabnya pada seorang di seberang sana.

"Apa kau sudah berangkat?" tanya seorang wanita di seberang sana.

Ye Rin -gadis itu- menghembuskan nafasnya sejurus. Dia memilih mengambil kotak sepatu di dalam paper bag, setelah sebelumnya menekan tombol headfree di layar ponselnya.

"Ini masih terlalu dini eomma. Aku tidak mau dianggap terlalu antusias," kata Ye Rin sambil mengenakan sepatu tinggi berhak kotak berwarna putih.

"Aku tidak mau tahu. Kau harus berhasil kali ini. Kau tahu betapa susahnya aku mengatur pertemuan mu kali ini."

"Arraseo." Ya Rin memilih menyerah mendebat ibunya. Ini tidak akan sepenuhnya berhasil, wanita 56 tahun itu selalu bisa membuatnya kalah telak.

Sambungan telp di matikan setelah Ye Rin mendengar ceramah panjang ala ibunya. Astaga, memiliki ibu cerewet itu sangat menjengkelkan. Dan lebih gila dari itu adalah jika memiliki ibu yang sangat terobsesi membuat anaknya menikah dengan kencan buta. Itulah ibunya.

Sekali lagi Ye Rin memastikan penampilannya. Oke cukup sempurna menurutnya. Tidak terlalu berlebihan dan seperti kata ibunya 'anggun'.

Mengambil tas tangan berwarna pink lembut, Ye Rin mulai melangkah meninggalkan rumahnya.

.

.

.

Ye Rin mengeluarkan desahannya yang kesekian. Bagaimana tidak, jika kendaraan-kendaraan di depannya tidak juga bergerak. Sementara waktu terus berjalan, tinggal 10 menit lagi dan dia hanya bisa mengumpat kesal di dalam mobilnya.

Invisible ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang