Hy guys update nih wkwkwkwkwk.
Btw makasih buat 90k readers nya 🎊🎉🎈
Happy Reading
*****
Greysha menghela nafas, hutan salju yang tempat mereka berada sekarang seperti tidak punya arah, padahal Greysha rasa mereka sudah berjalan cukup jauh. Kadang Greysha heran kenapa Axel dan Edward tidak merasa kelelahan, tentu saja mereka bukan manusia.
"Kita sampai," ucap Axel pelan.
Greysha memberikan aba-aba agar Axel menurunkan nya.
"Ini?" Greysha tidak melihat apapun kecuali pohon yang sama sekali tidak tertutup salju, padahal salju terus turun.
"Salju tidak bisa menyentuh pohon itu," jawab Edward seperti tahu pikiran Greysha.
Greysha mengangguk mengerti, semakin aneh saja.
"Sekarang lakukan," ucap Axel memandang Edward tajam.
"Sabar," Edward balik menatap Axel sambil memutar bola matanya malas.
"Apa yang bakal Edward lakukan?" tanya Greysha meminta penjelasan Axel.
Axel menoleh dengan wajah malas, "Tidur."
"Tidur di bawah pohon itu?!" pekik Greysha tidak percaya.
"Hm,"
Greysha diam, ia masih tidak mengerti apapun jadi Greysha hanya memandang Edward yang mulai berjalan mendekat ke arah pohon itu.
Edward melangkahkan kakinya, ia tidak boleh ragu, kalau ia ragu ia tidak akan bisa bertemu dengan matenya lagi. Jaraknya dengan pohon sudah dekat, tinggal selangkah lagi. Edward menghela nafas lalu berbalik melihat Axel dan Greysha yang memandangnya dalam diam. Mereka sudah sejauh ini.
Menghela nafas sekali lagi, Edward mulai mengambil posisi, duduk bersender di pohon itu, Edward mulai memejamkan matanya.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Edward membuka matanya, tidak ada lagi Axel dan Greysha yang ada di hadapannya sekarang hanya ruangan kosong gelap yang didominasi warna hitam, mulai dari lantai, dinding, dan langit-langit.
Berdiri dari posisi duduknya Edward memegang dadanya, jantungnya memompa dengan sangat cepat. Antara rasa bahagia dan sedih. Bunyi sepatu yang Edward kenakan mengisi kesunyian ruangan itu, setelah berjalan cukup jauh akhirnya Edward sampai di ujung ruangan.
Akhirnya, ia sampai di titik ujung ini. Edward membawa kakinya berlari menuju matenya. Kini di hadapannya matenya terduduk dengan rantai yang tersambung ke dinding, rantai itu mengikat leher, kaki, dan tangan Skyla. Hati Edward ikut sakit melihat matenya, rantai-rantai tajam membuat kulit matenya berdarah. Bahkan beberapa darah terlihat sudah mengering yang akan di gantikan oleh darah baru jika matenya bergerak sedikit saja.
"Berhenti...," Skyla mengangkat kepalanya dengan sisa tenaga terakhirnya raut wajahnya sayu.
Rambut blonde panjangnya sudah acak-acakan tak teratur.
Edward berhenti, padahal tinggal selangkah lagi. Tinggal melewati genangan air itu dan Edward bisa memeluk tubuh matenya.
Skyla menggeleng kearah Edward, "Jangan mendekat," bisik Skyla dengan suara kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lord Vampire's Lover
Fantasy"Apa yang kau inginkan?" "Kau," "Huh?" "Yang aku inginkan adalah kau My Love Greysha," ******* Sejak awal Greysha tahu, ada yang aneh dengan Axel. Dia terlalu mencolok dan mempesona, bahkan kata sempurna belum cukup untuk mendeskripsikan seorang Axe...