13. ᴛʀᴀᴘ

6.4K 868 28
                                    

Hari yang ditunggu Jasmin telah datang, dimana ia akan memperkenalkan Jeno pada sahabatnya. Pria yang telah membuatnya terkesan dengan kota pada malam hari. Pria yang telah membuatnya jatuh cinta hanya dalam hitungan minggu.

Ia akan memperkenalkan pria baik hati itu pada kedua sahabatnya. Namun, sepertinya Jasmin juga sedang resah karena Rena tidak bisa dihubungi sejak kemarin. Ponselnya tidak aktif setelah kejadian mereka bertengkar, ia jadi merasa bersalah karena itu.

Bunyi pesan masuk menyadarkan Jasmin dari lamunannya, Jeno menyuruhnya untuk keluar karena pria itu sudah berada di luar.

Dengan cepat Jasmin merapihkan penampilannya– Dress peach, sepatu putih, sling bag serta rambut tergerai indah– Jasmin segera keluar menghampiri Jeno. Pria itu berkata padanya kalau mereka akan bertemu di restoran bintang lima, jadi ia harus berpenampilan indah juga.

"Loh, kok kamu bawa mobil? Katanya nggak–"

"Aku pinjam punya teman aku, masa kamu udah cantik gini harus naik motor." Potong Jeno dengan cepat, tangannya terulur untuk mengusap rambut lembut Jasmin.

Kedua pipi Jasmin merona dengan mudah, apalagi melihat penampilan Jeno yang cukup membuatnya terpesona.

"Berangkat sekarang, princess?" Jeno membuka pintu mobil untuk Jasmin.

"Thanks."

Jeno tersenyum lembut saat Jasmin sudah duduk dengan nyaman. Ia dengan cepat memasuki pintu kemudi, tidak ingin mengulur waktu lebih lama.

"Kamu udah kasih tau sahabat kamu?" Tanya Jeno sesekali melirik Jasmin.

"Udah, tapi Rena nggak bisa dihubungi." Ucap Jasmin dengan lirih.

Jeno menautkan alis bingung, mengapa wanita itu tidak bisa dihubungi? Kalau gini rencananya akan gagal.

"Yaudah gapapa, kita bisa ketemu kapan-kapan." Jeno menggenggam tangan kanan Jasmin.

"Maaf ya."

"Bukan salah kamu, princess." Jeno tersenyum menenangkan.

"Oh iya, tapi sahabat kamu satunya lagi bisa kan?" Tanya Jeno memastikan.

"Bisa kok. Tapi dia sendiri, soalnya nggak punya pasangan." Jawab Jasmin dengan kekehan lucu.

Jeno yang gemas langsung mencubit pipi Jasmin, bertepatan dengan mobilnya yang terparkir rapih di samping restoran.

"Jeno~ pipi aku." Rengek Jasmin.

Jeno menghentikan aksinya, bibirnya yang tersenyum kini menghilang diganti dengan wajah datarnya.

"Kamu percaya sama aku?" Tanya Jeno tak jelas.

Jasmin menatap Jeno dengan bingung. "Maksud kamu, percaya apa?"

"Percaya kalau aku ini orang baik?" Masih tanpa ekspresi, Jeno meremat kedua tangan Jasmin.

Jasmin dibuat terdiam oleh pertanyaan itu, memorinya kembali berputar saat dirinya bertengkar dengan Rena. Setelah kejadian itu, ia juga tidak yakin dengan perasaannya.

Tapi, semua itu Jasmin tepis saat mengingat kebaikan Jeno padanya. Kalau memang Jeno orang jahat, ia sudah terluka dari pertemuan pertama mereka. Ia selalu meyakinkan dirinya dengan itu.

Jasmin mengembangkan senyumnya. "Percaya! Kamu emang orang baik kan? Kalau nggak baik pasti kamu udah berbuat jahat sama aku di awal pertemuan kita."

Jeno menunduk untuk tersenyum meremehkan. Kemudian mengangkat wajah lagi guna menatap sang pujaan.

"Ya, aku orang baik. Jadi kamu harus percaya sama aku." Jeno mengusap lembut pipi Jasmin.

"Come closer to me, i want to hug you princess." Ucap Jeno dengan lembut, ia menarik tangan Jasmin agar lebih mendekat padanya.

Struggle ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang