Suasana di dalam apartemen megah Madava bersaudara begitu hening. Hanya terdengar suara televisi menyala tanpa seorang pun yang menontonnya.
Namun, tak lama suara pintu apartemen dibuka dengan kasar dan menimbulkan bunyi nyaring. Jeno dengan tampilan berantakan dan wajah mengeras membuka pintu kamar Mark. Emosinya semakin memuncak saat melihat Mark tengah bergelung panas dengan seorang wanita.
"Brengsek! Mark, stop doing disgusting things!" Jeno berteriak dengan marah, namun tak membuat Mark menghentikan aktivitasnya.
"Shh akh k-ka markh, stop." Ucap wanita itu dengan terbata, wajahnya sangat menikmati aktivitas yang dilakukan Mark namun, ia segera menahan bahu Mark ketika melihat Jeno berdiri di ambang pintu dengan emosi meluap.
"Wait a moment baby." Dengan suara rendah Mark menjawab.
Jeno sudah ingin menarik tubuh Mark, sebelum wanita itu mendorong Mark sehingga penyatuan mereka terlepas. Kemudian tanpa bisa dihindari, Jeno memukul wajah Mark.
"Sialan! Maksud lo apa?!" Mark mengusap ujung bibirnya yang lecet.
Jeno berdecih tak suka, ia menatap wanita yang kini sudah menutup tubuh polosnya dengan selimut. Ia beralih menatap ke arah Mark lagi.
"Pake baju kalian, kita harus bicara." Jeno berlalu ke arah ruang tamu masih dengan amarahnya.
Dengan cepat wanita itu memakai bajunya dan menyusul Jeno. Sedangkan Mark dengan hasrat yang belum tertuntaskan, memilih menuju kamar mandi terlebih dulu.
Di ruang tamu dengan aura hitam dan tak ada satupun suara terdengar, televisi pun sudah dimatikan oleh Jeno. Jarak duduk antara Jeno dan wanitu itu juga cukup jauh.
"Sebenarnya ada apa ka?" Tanya wanita itu dengan takut, karena Jeno jarang sekali marah seperti ini.
Jeno hanya menatap sekilas wanita itu, lalu kembali menatap kosong televisi gelap di depannya. Entah kenapa emosinya tidak bisa dikontrol kali ini, rasa gelisah terus melingkupinya sedari tadi.
"Don't you want to stop all this baby?" Tanya Jeno dengan nada datar tanpa menatap wanita itu.
"What must be stopped?" Tanyanya dengan bingung.
Jeno berdecak malas, namun saat ingin menjawab, Mark lebih dulu datang dan duduk di samping wanita itu.
"So what Jeno? Melakukan hal bodoh disaat gue lagi memuaskan diri." Tanya Mark dengan nada tak suka.
Tak ingin berbasa basi lebih lama, Jeno menatap kakanya dengan pandangan sulit dijelaskan.
"You ruined Jasmin's father's company? Dalam perjanjian, kita cuma bikin beberapa perusahaan keluarga Jasmin bangkrut, NOT ALL!" Di akhir kalimat Jeno menggebrak meja dengan kesal.
Mark terkekeh sinis. "It's good isn't it? Kita bisa dapetin untung lebih banyak."
"Lo ngelanggar perjanjian awal, brengsek!" Jeno menekan setiap ucapannya, menahan diri untuk tidak menyerang sang kakak.
"Come on bro. Kenapa lo jadi mempermasalahkan semuanya? Nggak kayak Jeno yang biasanya, don't care about anything." Masih dengan wajah tenangnya Mark membalas ucapan Jeno.
"Iya, ka Jeno aneh. Kita udah sering ngelakuin semua rencana melewati rencana awal, kenapa jadi dipersalahin." Ucap wanita itu dengan tak suka. Ini semua memang rencananya dari awal ingin membuat jalang jalang itu menderita, jadi tidak bisa setengah-setengah menjalankannya dan tidak akan ada yang bisa menghentikannya.
Jeno terdiam, ucapan mereka memang benar. Ia tidak pernah mempersalahkan apapun rencana yang mereka lakukan, saat rencana itu merugikan orang lain sekali pun ia juga tak akan peduli.
Tapi kali ini tidak, jika saja Jasmin tidak menelfonnya dengan isakan pilu yang ia dengar dan menceritakan semuanya. Jeno tidak akan sekalut ini.
"You have been blinded by love, Jeno." Kali ini Mark berbicara dengan datar, manatap tajam adiknya itu.
"W-what? Maksudnya?" Tanya wanita itu dengan terkejut.
"Lo suka kan sama Jasmin?"
Mark tersenyum miring saat tak mendapat jawaban dari Jeno. Wajahnya berubah menjadi marah, rahangnya mengeras.
"Jangan pernah pakai perasaan lo, disaat lo lagi ngejalanin semua rencana, brengsek!" Mark berteriak marah.
"Tapi kali ini kalian udah keterlaluan! Lo nggak bisa hancurin mereka! Yang salah orangtuanya bukan mereka!" Jeno mengerang frustasi.
Wanita yang duduk disamping Mark menatap tak percaya. "What do you say? Mereka udah ngebuat aku hancur! Jadi mereka juga harus mendapatkan yang setimpal."
"You're destroying yourself, not them!" Ucap Jeno dengan rendah.
"Ka Mark." Rengek wanita itu pada Mark.
Mark menatap Jeno dengan tak suka. "Kali ini lo jangan coba coba ngancurin semua rencana, Jen."
"Tapi kalian--"
"Atau gue laporin lo ke daddy." Potong Mark dengan santai, hanya ancaman ini yang bisa membuat Jeno bungkam.
Jeno mengepalkan kedua tangannya, hukuman dari ayahnya adalah yang paling ia benci. Ayahnya tidak akan segan segan jika memberi hukuman, sekalipun ia adalah anaknya. Ia membenci fakta itu.
"Jadi sekarang tau kan apa yang harus lo lakuin?" Tanya Mark yang kini berpindah duduk disamping Jeno.
"Tau kan lil brother? Atau perlu gue kasih tau lagi?" Mark menepuk bahu Jeno penuh penekanan.
"Buang perasaan lo buat Jasmin. Atau–" Mark menggantungkan ucapannya, menatap sang adik yang kini juga menatapnya dengan rahang mengeras.
"Atau Jasmin yang gue buat lebih sengsara lebih dari ini." Ucap Mark tanpa ekspresi apapun dan nada rendah penuh penekanan.
Mark tertawa remeh saat Jeno melunakkan ekspresi wajahnya. Takut? Sedih? Gelisah? Mark bersorak dalam hati karena bisa membuat adiknya terpaku seperti sekarang.
"Lakuin yang terbaik kalau lo sayang Jasmin." Ucap Mark dengan mengejek. "Dan jangan temui dia sebelum hari yang disepakatkan."
Mark kini beralih menatap wanita yang masih terkejut sedari tadi. "Baby, come on kita lanjutkan yang sempat tertunda."
"Ka Mark duluan aja, nanti aku nyusul." Ucap wanita itu dengan senyum manis.
"Oke, don't be too long." Mark beranjak ke kamarnya setelah mencuri kecupan di bibir wanita itu.
"Apa kata ka Mark itu, benar?" Tanya wanita itu dengan datar.
Jeno mengalihkan pandangannya tak ingin menatap wajah wanita itu atau pun menjawab pertanyaan wanita itu. Semuanya sudah jelas bukan? Jadi ia tidak perlu menjawab pertanyaan bodoh itu.
Kilatan marah terpancar dari bola mata wanita itu saat Jeno tida kunjung menjawab, dan ia tau diamnya Jeno sudah menjawab semua pertanyaannya.
"Aku nggak akan tinggal diam kalau kakak benar menaruh perasaan buat dia." Wanita itu berdiri dan melanjutkan ucapannya.
"Aku akan buat mereka semakin menderita dan ngelakuin semua rencana lebih dari ini." Setelahnya ia meninggalkan Jeno yang terpaku.
Jeno mengerang frustrasi, tangannya tak henti memukul kepalanya. Ditambah dengan suara laknan dari dalam kamar Mark membuat ia tak tahan untuk mengeluarkan amarahnya.
~~~
![](https://img.wattpad.com/cover/221423120-288-k428592.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle ✔
Fanfiction●Nomin ft. Markhyuck Tidak semua orang yang terlihat baik akan berbuat baik juga. Tidak semua orang yang terlihat manis akan berbuat manis juga. Kalian tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan. Mereka yang terlihat baik bisa saja berbahay...