Keheningan melanda mansion megah keluarga Madava, hanya suara denting jarum jam yang memenuhi keheningan saat ini. Tiga pria tengah duduk di sofa ruang keluarga sudah sejak lima belas menit keheningan melanda, belum satu pun diantaranya berniat mengangkat suara.
"Jadi, apa yang akan kalian lakukan atas semua kesalahan yang telah kalian perbuat?"
Kepala keluarga Madava akhirnya membuka suara. Menatap kedua anaknya dengan tajam.
"Kita akan mengganti semua kerugian yang daddy keluarkan untuk kita." Anak tertua– Mark menjawab.
Tuan Madava tertawa sinis, menatap anaknya dengan remeh. "Dengan cara apa kalian bisa mengembalikan uang sebanyak itu? Kalian bisanya hanya membuat masalah."
Jeno mengepalkan kedua tangannya, rahangnya mengeras. "Kita akan mengganti kerugian itu secepatnya dan lihat apa yang akan kita lakukan, daddy akan berterima kasih pada kita."
"Wow... kasih tau daddy, rencana apa lagi yang akan kalian lakukan dan membuat daddy bangga pada kalian?" Tuan Madava menyeruput teh dengan tenang.
"Menghancurkan perusahaan keluarga Artha? Kita bisa mengambil keuntungan yang banyak dari sana."
"Dan– bagaimana dengan merusak anak dari Aresta? Kelemahan pak tua itu adalah anaknya bukan?" Lanjut Mark.
Tuan Madava bersandar pada sofa dengan kedua tangan terlipat di dada dan kaki yang menyilang, menandakan kekuasaan.
"Gimana dad?" Tanya Jeno dengan tak sabar saat sang ayah tidak juga memberikan jawaban.
Tuan Madava terkekeh angkuh. "Kalian punya otak yang cerdas, daddy sudah lama menantikan ini. Jadi, lakukan itu semua dan jangan sampai kesalahan terulang lagi. Buat daddy senang."
Pernyataan itu membuat kedua anak disana ikut tersenyum senang.
"Dad, kalau baby juga mau balas dendam dengan anak mantan teman daddy itu, boleh? Dia bilang sangat ingin balas dendam" Ucap Mark.
"What's wrong?" Tanya tuan Madava dengan kerutan di dahinya.
"Dia tidak menyukai gadis gadis itu, mereka sangat memuakkan. Ah, they took everything from baby, all just looked at the girls." Lanjut Mark.
"Yes, they have taken everything. Oke lakukan apa yang dia inginkan, jangan membuatnya sedih." Tuan Madava berdiri dari kursi kekuasaannya.
Sebelum melangkah pergi, Tuan Madava berucap pelan pada kedua anaknya. "Balas dendam padanya juga, jika dia mau"
"Daddy have to go, enjoy your time."
"It's very easy, isn't it? Permainkan hatinya lalu campakkan." Mark menyeringai.
"Ya, sangat mudah."
Mark tersenyum angkuh. "Lakuin dengan benar Jeno, jangan sampai lo ngancurin semua rencana yang udah tersusun. Don't use your heart." Mark melangkah keluar mansion memuakkan itu dengan seringaiannya.
Jeno mengeraskan rahangnya, kedua tangannya terkepal erat. Ia memandang layar ponselnya yang menampilkan foto seorang wanita, ponsel itu ia remat dengan kuat.
Tanpa kata, Jeno melangkah keluar mansion itu juga, mengendarai motornya dengan kecepatan penuh.
🥀🥀🥀
"Jeno." Jasmin melambaikan tangan, saat motor Jeno berhenti di depan rumahnya."Hai." Jeno membuka kaca helmnya lalu mengusak rambut Jasmin.
"Jadi hari ini kita mau kemana?" Tanya Jasmin dengan ceria.
"Kamu maunya kemana, hm?" Kini Jeno berganti mengusap pipi halus Jasmin.
"Uhm– aku bawa kamera, gimana kalau temenin aku foto-foto?"
"Boleh, ayo naik. Aku tau tempat yang bagus."
Sebenarnya kedekatan diantara mereka bisa dikatan cukup cepat untuk seseorang yang baru saja berkenalan belum genap satu bulan. Perlakuan manis Jeno bisa membuat Jasmin luluh dengan mudahnya, bahkan mungkin ia sudah menaruh perasaan untuk Jeno.
"Ayo." Jeno menarik tangan Jasmin, namun langsung ditahan oleh wanita itu.
"Kok kita kesini? Ini rame banget Jen, apa yang mau aku foto?" Rengut Jasmin saat ia dibawa ke taman oleh Jeno.
Taman itu memang cukup ramai, pedagang kaki lima berjajar di area taman, banyak anak kecil yang bermain disana juga orangtua. Jangan lupakan anak remaja juga banyak disana. Apalagi hari sudah sore, semakin banyak pengujung yang datang.
"Banyak yang bisa kamu foto. Udah ayo ikut dulu." Jeno dengan tidak sabar menarik tangan Jasmin menuju bangku taman yang kosong.
Jasmin mengeluarkan kameranya dengan enggan. Sebenarnya banyak yang bisa ia foto namun, karena terlalu banyak orang membuatnya menjadi malas.
"Aku beli minum dulu ya. Kamu tunggu sini." Jeno mengusak rambut Jasmin setelah itu beranjak dari sana.
Jasmin sudah sibuk dengan kameranya, banyak foto yang ia abadikan. Sampai merasa lelah, ia kembali duduk di bangku taman menunggu Jeno yang sudah lima belas menit belum juga kembali.
"Sorry lama." Jeno memberi minuman pada Jasmin. "Udah selesai foto-fotonya?"
"Udah, aku cape."
Jeno menarik Jasmin untuk lebih dekat padanya, tangan kirinya melingkar di pinggang ramping Jasmin, sedangkan tangan kanannya menggenggam erat tangan kanan Jasmin.
"Oh iya Jen, teman aku mau ketemu sama kamu." Jasmin meletakkan minumannya.
"Hm, siapa?"
"Chanisa sama Rena, mereka sahabat aku. Waktu itu aku cerita kalau ketemu sama kamu, karena ternyata kamu itu cowo yang ngembaliin gantungan Chanisa, jadi mereka ngga percaya kalau kamu itu baik." Jasmin bercerita dengan wajah merengut.
"Padahal kamu kan baik." Jasmin menatap Jeno dengan senyum mengembang.
Jeno terkekeh mengusap pipi halus Jasmin. "Jadi kapan mereka mau ketemu aku?"
"Uhm, kamu bisanya kapan?"
"Minggu depan gimana?"
Jasmin mengangguk dengan semangat. "Boleh, nanti aku bilang Chanisa sama Rena."
"Ngomong-ngomong, teman kamu itu udah punya pacar apa belum?" Tanya Jeno dengan tiba-tiba.
"Emangnya kenapa?" Bukannya menjawab, Jasmin justru bertanya dengan tidak suka.
"Suruh teman kamu ajak pacar mereka, biar kita bisa date bareng." Ucap Jeno dengan tenang.
"O-oh aku kira–"
"You're jealous." Jeno mencubit hidung Jasmin dengan gemas.
"Apa sih! Aku ngga cemburu." Jasmin memalingkan wajahnya yang memerah.
"Gemas banget, sini peluk dulu, pasti lagi malu" Jeno menarik Jasmin untuk dipeluk.
"Aku nggak malu!" Jasmin menenggelamkan wajah di dada bidang Jeno.
"Aku suka dipeluk kamu, nyaman." Ucap Jasmin masih dalam pelukan Jeno.
"Oh ya? Kalau gitu peluk aku kapan pun kamu mau, sampai kamu bosen." Ucap Jeno dengan suara senang, namun wajahnya menyeringai.
'Tunggu sampai minggu depan, Jasmin. Apa kamu masih suka dengan pelukan ini?.'
~~~

KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle ✔
ספרות חובבים●Nomin ft. Markhyuck Tidak semua orang yang terlihat baik akan berbuat baik juga. Tidak semua orang yang terlihat manis akan berbuat manis juga. Kalian tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan. Mereka yang terlihat baik bisa saja berbahay...