Ruangan yang cukup luas namun, atmosfer di ruangan itu sangat mencekik. Chanisa berdiri di hadapan Jasmin, memcoba melindungi sahabatnya. Sedangkan Jasmin sudah mengeratkan pegangan di lengan Chanisa dengan kuat.
"Let's look at this bitch." Seorang wanita berdiri di hadapan Chanisa.
"Sebenarnya kalian siapa?!" Wajah Chanisa sudah memerah menahan luapan emosi.
"Calm beb, how about talking over tea?" Ucap wanita itu dengan berbasa basi.
"I don't have much time to serve you!"
Chanisa menggenggam erat tangan Jasmin. "Ayo Na kita pergi dari sini."
Chanisa menarik cepat tangan Jasmin menuju pintu keluar.
"Chan, pintunya dikunci." Ucap Jasmin dengan panik.
"Cewe tolol." Ucap wanita itu dengan senyum remeh.
"Ka Jeno, Ka Mark, tolong aku ya." Ucap wanita itu dengan senyum manis pada Jeno dan Mark.
Jeno dan Mark menghampiri kedua wanita yang masih mematung di depan pintu. Kedua pria itu mengapit erat tangan Jasmin dan Chanisa.
Chanisa memberontak saat melihat Jasmin meringis kesakitan, dengan cepat ia menyikut perut Mark dan meninju rahang pria itu yang tengah oleng membuat Mark yang tidak siap langsung tersungkur.
"Stop! who are you?! What do you want?!" Chanisa menatap tajam pada Jeno yang dengan teganya mendorong Jasmin untuk duduk kembali, membuat Nana meringis kesakitan.
Mark yang geram segera mencengkeram rahang Chanisa dari belakang dan membawanya untuk duduk kembali, dengan tenang tetap menahan Chanisa agar tidak berontak.
"Diam! Atau gue akan buat teman lo luka."Chanisa berhenti memberontak saat Mark menjambak rambut Jasmin dengan kencang. Jasmin yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa menangis, ia juga tidak bisa berontak sebab Jeno dengan erat mencekal tubuhnya.
"Jeno." Ucap Jasmin dengan lirih, ia menatap Jeno yang terus menghindari kontak mata dengannya.
"Jadi kamu bohong kalau kamu sayang aku? Ini cuma perangkap buat menjebak aku?" Tanya Jasmin dengan lirih.
"Aku salah ternyata. Kamu jahat!" Jasmin berteriak marah dengan raut kecewa.
"Oke, stop drama gilrs." Wanita yang sejak tadi hanya memperhatikan kini berdiri di hadapan Jasmin dan Chanisa.
"Pasti kalian bingung kan? I will explain it." Wanita itu menatap tajam Jasmin dan Chanisa.
"Pertama– nama gue Yesha." Wanita itu memajukan wajah di tengah wajah Chanisa dan Jasmin. "Kembarannya Rena."
Wanita itu kembali berdiri tegak, tertawa saat melihat ekspresi wajah Jasmin dan Chanisa yang menegang.
Chanisa tertawa mengejek. "Ngga usah bercanda! Rena itu anak tunggal."
Yesha kembali tertawa remeh. "Oh ya? she said like that?" Wajahnya kembali tanpa ekspresi. "Means your have been lied to."
Yesha duduk dengan tenang di hadapan Jasmin dan Chanisa, menyilangkan kaki sambil membuka map yang ia bawa sedari tadi.
"Kalian lihat ini dan baca baik-baik. All questions will be answered ." Dengan tenang Yesha memberikan map kepada Jasmin dan Chanisa.
"Awalnya Rena cuma sebagai pancingan, supaya kita bisa menjebak kalian lebih mudah. Tapi rupanya Rena terlalu menikmati perannya sampai lupa tugas awal dia deketin kalian. And your have turned her into a woman we don't know!" Yesha berteriak marah di akhir kalimat.
"Rena." Ucap Jasmin lirih, air matanya terus mengalir saat ia membaca semua informasi yang tertulis di atas kertas putih itu.
"Rena jadi ngelupain kita! Rena jadi ngelupain gue! Rena kabur, milih hidup sendiri dan lebih milih kalian! Ini semua gara gara kalian! Brengsek!"
"Dan sekarang gue akan ngebalas kalian." Dengan cepat Yesha merubah kembali ekspresi wajahnya menjadi tersenyum senang.
"Maksud kalian jebak apa?" Jasmin menatap Yesha dengan bingung. "T-tapi kenapa? Kita bisa bicarain ini baik-baik, nggak gini caranya, dan ini bukan salah kita."
"Ya awalanya memang bukan kalian yang salah, tapi orangtua kalian. Tapi, kesalahan itu bertambah dengan lo yang udah ngerebut Rena." Yesha memainkan kukunya, tidak berminat menatap Jasmin dan Chanisa.
"Yes, true. Semua salah orangtua kalian." Mark mengambil alih pembicaraan.
"Jadi tunggu sampai my father settled his business with your parents dan kalian tetap bersama kami."
Jeno dengan cepat menarik tangan Jasmin, membawanya ke pintu yang menyerupai tembok yang merupakan jalan menuju belakang restoran. Disana sudah ada satu halikopter pribadi yang menunggu, dengan cepat Jeno menggendong Jasmin yang terus memberontak untuk naik ke dalam helikopter, diikuti Mark yang menyeret Chanisa juga. Yesha yang sudah duduk tenang di dalam helikopter.
"Kenapa mereka berisik banget sih." Ucap Yesha saat Jasmin terus meneriaki Jeno dan Chanisa yang terus memberontak di dalam kungkungan Mark.
"Lebih baik bius mereka biar tenang sedikit sampai di tujuan." Ucap Yesha dengan jengkel.
"Ah benar, baby. Kenapa nggak kepikiran." Mark mengambil obat bius, tidak butuh waktu lama Chanisa langsung tertidur dengan mudah.
"Chanisa!"
"Jeno, no." Jasmin menggeleng ribut saat Jeno juga mulai melakukan hal seperti Mark.
Jeno mengurungkan niatnya saat Jasmin menatapnya dengan linangan air mata. Namun, suara rendah Mark memanggil namanya, membuat Jeno kembali melakukan hal yang akan membuat sang pujaan terlelap untuk waktu yang lama.
"Sorry." Bisik Jeno dengan lirih.
Helikopter itu melandas ke tempat dimana Chanisa dan Jasmin tidak akan bertemu orang tersayangnya untuk waktu yang tak ditentukan. Tempat yang jauh dari mereka tinggal, tempat yang sulit terjangkau.
"Padahal lebih seru kalau ada Rena. Kenapa dia nggak datang sih." Ucap Yesha dengan kesal.
"Sorry baby buat kamu kecewa. Ka Mark membuat ponsel Rena rusak, jadi dia nggak bisa menghubungi siapa pun. Dia juga pasti datang ke restoran awal yang kita rencanakan." Jelas Mark dengan santai.
"Jadi ka Mark merubah rencana lagi?" Tanya Yesha dengan tak percaya.
"Right, dia diam-diam juga membuat rencana untuk gagalin kita bersama pacar kesayangannya itu. Kaka nggak nyangka ternyata pacarnya teman baik kita." Ucap Mark dengan kesal mengingat semua informasi yang ia dapat dari anak buahnya.
"What? Seriously?! Ah kembaran sialan."
Jeno menghela napas mendengar pembicaraan kaka dan adiknya. Tangannya memeluk erat Jasmin yang tertidur karena obat bius, jemarinya menyingkirkan rambut Jasmin yang menutupi wajah cantik itu, mengusap kepala Jasmin yang sempat dijambak oleh Mark.
Jeno mencium kening Jasmin, rasa bersalah dalam dirinya membuncah.
Pandangan kosong kembali menatap kaka dan adiknya yang duduk di depan.~~~
![](https://img.wattpad.com/cover/221423120-288-k428592.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Struggle ✔
Fanfic●Nomin ft. Markhyuck Tidak semua orang yang terlihat baik akan berbuat baik juga. Tidak semua orang yang terlihat manis akan berbuat manis juga. Kalian tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilan. Mereka yang terlihat baik bisa saja berbahay...