U. The Confusion

78 90 3
                                    

"Menangkap seekor tikus dengan tangan kosong sama dengan hasil yang melompong. Berilah keju walau sepotong, niscaya datang berbondong-bondong."

—Kamu yang akan terus dirongrong

Sejak acara syukuran nasional yang diadakan oleh perusahaan milik Huang Family, Agung mulai sering datang ke kantorku untuk menemui Pak Camat. Ya, tentu saja aku sudah bisa memprediksinya karena memang inilah yang kurencanakan. Sebenarnya cara yang kucanangkan tersebut kurang praktis untuk dikerjakan. Waktu yang diperlukan cukup lama. Tapi hanya inilah satu-satunya kiat sukses yang terpikir oleh logika sembari mengumpulkan bukti yang harus cukup baik keberadaan dan jumlahnya. 

Tak terasa sudah seminggu lamanya Agung terus beroperasi. Setiap malam, Aku, Agung serta Inspektur Pandhu kerap melakukan evaluasi dan berbagi informasi. Belum ada satu pun kabar baik yang terdengar selama ini. Agung juga tak memiliki pilihan selain terus melaksanakan peran yang entah sampai kapan selesainya. 

Suatu hari, kami sempat berkumpul di tempat makan langganan Agung di dekat Danau Dendam Tak Sudah. Kali ini, Agung berbaik hati mentraktir kami makan malam di restoran yang cukup mahal. Lumayan jauh dari tempatku tinggal, karena danau ini berlokasi di Kelurahan Dusun Besar, Kecamatan Singaran Pati. Pemandangan di dekat danau ini begitu seram dan tampak sedikit horor jika malam hari. Luas keseluruhannya sekitar 557 hektare dengan luas permukaan 67 hektare. Berbagai macam flora yang khas dapat kita jumpai di sini, di antaranya anggrek matahari, plawi, bunga bakung, gelam, terentang, sikeduduk, brosong, ambacang rawa, dan pakis. Selain flora, terdapat pula beberapa fauna khas, seperti kera ekor panjang, lutung, burung kutilang, babi hutan, ular phyton, siamang, siput dan berbagai jenis ikan termasuk ikan langka, seperti kebakung, dan palau. Banyak bukan? Itulah sebabnya pada tahun 1936, Danau Dendam Tak Sudah ditetapkan sebagai cagar alam dengan luas 11,5 hektare oleh Pemerintah Hindia Belanda mengingat sangat penting dan strategis keberadaannya. 

Ada beberapa legenda yang beredar di masyarakat sekitar yang berkaitan dengan asal mula nama danau ini tercipta. Di antaranya legenda Buaya Buntung, Keramat Pintu Air dan Keramat Danau. Namun, hanya dua legenda saja yang banyak dijadikan patokan umum terhadap sebutan danau tersebut.

Yang pertama ialah legenda Lintah Raksasa. Konon, dahulu kala ada sepasang kekasih yang cintanya tidak direstui orang tua. Mereka yang tengah mabuk asmara memutuskan bunuh diri dengan loncat ke dalam danau. Sejak saat itu, masyarakat Bengkulu percaya ada dua ekor lintah raksasa yang hidup di danau dan merupakan jelmaan sepasang kekasih tersebut. Mereka terus hidup dengan menyimpan rasa dendam lantaran cinta yang tak kesampaian.

Legenda yang kedua adalah Dam Tak Sudah. Kisah lain terkait nama yang cukup aneh di telinga tersebut terkait dengan pembangunan dam oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Menurut para sesepuh dan keturunan terpercaya, koloni Belanda membangun bendungan untuk menampung banjir. Tapi hingga penjajahan berakhir, bendungan itu tak kunjung usai dan ditinggalkan begitu saja. Akibatnya, hal itu menuai luka dan dendam penduduk Bengkulu yang tak berkesudahan. Ada juga yang mengaitkan nama Dendam Tak Sudah berasal dari Dam Tak Sudah.

"Bagaimana, Gung? Apa kabar baik yang kau bawa hari ini?" tanya Inspektur Pandhu setelah kami bertiga usai makan malam.

Agung seketika diam membeku begitu mendengar pertanyaan Inspektur Pandhu. Aku bisa menebak kalau ia mengalami kegagalan yang kesekian kalinya. Sedari tadi wajah Agung terlihat lesu dan muram. 

"Maaf ... aku sudah berusaha memancing setiap pertemuan untuk membahas pekerjaan kotor mereka. Namun mereka masih saja bersikeras mengalihkan topik yang kubicarakan. Kurasa, mereka belum sepenuhnya percaya padaku. Apalagi si Pak Tua Huang yang sombong itu. Berkali-kali dia memotong kalimatku dan menyebutku sebagai bocah ingusan. Benar-benar keterlaluan! Mentang-mentang dia lebih kaya dariku dengan perusahaan besar sialan miliknya. Membuatku kesal saja," geram Agung dengan sedikit mengepalkan tangannya.

Konsonan Cinta yang Hilang Vokalnya ✔ (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang