H. Lebih Mengenalmu

87 94 3
                                    

"Kita adalah sama. Terlahir dalam balutan pedih dan lara, menjadikan kita kukuh dan tabah menghadapi kerasnya realita."

—Kamu yang sedang merana

Sudah sampai. Aku merapatkan mobilku di pinggir jalan. Terlihat jelas olehku gerbang berwarna merah dengan hiasan dua ekor naga emas di atasnya. Rasanya sudah lama sekali aku tidak berkunjung ke sini. Sebenarnya ini menjadi salah satu tempat yang selalu kuhindari. Melihatnya saja sudah membuat diriku mengingat kenangan pahit, menambah sakit. Menjadikanku muak dan sesak yang seketika menyeruak dalam dada, kehilangan asa.

"Rumahmu ... di sini?" tanyaku pelan, harap cemas menunggu jawaban Imelda.

"Memangnya kenapa? Apa karena mataku yang biru ini, lantas membuatku tak pantas tinggal di dalamnya?"

Tepat. Sekelebat memori segera memenuhi kepalaku. Ucapan Imelda tadi membuatku sedikit mengalami ingatan masa lalu, semacam déjà vu.

"Bukan begitu ...."

"Lalu?"

"Yang kamu bilang tadi ... pertanyaan atau pernyataan?"

Aku coba untuk memastikan, mungkin saja gadis ini juga pernah merasakannya. Hal yang dulu pernah kualami. Namun jawaban Imelda malah membuatku semakin merasa bersalah.

"Dua-duanya, Aku sekedar ingin tahu saja. Apa kamu termasuk orang yang memandang masalah hanya dengan kasat mata?"

"Tentu tidak, Mel. Aku cuma kurang mengenal dirimu. Percayalah ....," kataku yang membuat Imelda mengalihkan pandang dariku, "maaf jika itu membuatmu tak nyaman."

"Kamu nggak salah, Nan."

"Tapi ...."

"Sudahlah, lebih baik kita keluar dan tepati janjimu." Imelda tersenyum kecil dan langsung keluar dari mobil.

"Tunggu, Mel."

"Nah ... dari sini kita mesti jalan kaki sambil memikirkan rencananya. Nggak usah terburu-buru, karena kita masih punya banyak waktu."

"OK," sahutku singkat, "sudah lama rasanya ...."

"Haha ... Nanti kamu akan sering ke sini. Jangan lupa janji kelingking kita, lho"

"Wah, sekarang tempat ini jauh lebih bagus dan tertata rapi, ya ..."

"Kamu baru tahu? Bengkulu merupakan kawasan yang memiliki karakteristik tersendiri. Saat ini kota kita sering dijadikan sebagai referensi liburan akhir tahun oleh kebanyakan wisatawan baik lokal maupun non-lokal. Wajar jika akhir-akhir ini pemerintah setempat merenovasinya secara besar-besaran. Jumlah wisatawan setiap harinya cukup lumayan. Letaknya pun strategis karena dekat dengan Benteng Fort Malborugh, jadi mereka yang plesir ke sini bisa menikmati dua situs bersejarah sekaligus. Hebat, bukan?" Imelda menjelaskannya secara gamblang.

"Two thumbs up to you, Imelda! ... Aku tak menyangka kamu bisa tahu banyak soal tempat ini." Aku mengacungkan kedua jempolku pada Imelda yang disambut dengan tawa renyahnya.

Benar. Tempat tersebut bernama Kampung Cina Bengkulu. Seperti halnya daerah lain di Indonesia, kawasan Pecinan atau Kampung Cina memang hampir selalu ada. Misalnya Wisata Pecinan Jogja yang juga berada di pusat kota Jogjakarta. Kampung Cina di Bengkulu ini pun juga sudah ada sejak dulu dan juga memiliki rentetan kisah sejarah yang cukup panjang. Kampung Cina ini sudah ada sejak tahun 1600-an dan menjadi saksi bisu di masa penjajahan.

Sehingga di Kampung Cina ini terdapat sisa-sisa peninggalan sejarah dan arkeologi. Kebanyakan bangunan di sini juga mengambil bentukan langsung khas arsitektur Cina sehingga suasana Tionghoa sangat kental saat memasuki kawasan ini. bangunan pertokoan yang ada di sani juga banyak yang masih mempertahankan keunikan dan nuansa kunonya.

Konsonan Cinta yang Hilang Vokalnya ✔ (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang