Siapa Itu Salim?

25 5 8
                                    

"Bagus apanya, Bung? Kau yakin pakai nama itu?" tanya Supri kala Sulin berbicara panjang lebar.

"Biarlah masyarakat kampung ni tak tahu kalau itu aku, Bang. Takut pula aku tak jadi," jawab Sulin.

"Kenapa kau bisa lolos, Bang Sul?"

"Ceritanya panjang," jawab Sulin kala ditanyai Nasrudin.

Tempo hari yang lalu, kampung mengumumkan bahwa dalam waktu dekat akan diadakan pemilihan kepala kampung yang baru, sebab Tohir sudah tak mampu menjabat. Entah apa yang merasuki pikiran Tohir, malamnya ia mendatangi beberapa rumah orang yang menurutnya layak untuk menjadi penerusnya sebagai kepala kampung.

"Oi, masuklah, Bang," ujar Suhar mempersilakan Tohir.

Inilah kandidat pertama, Suhar.

***

"Kau yakin dengan dia, Pak?" ujar istri Tohir kala dirinya terkejut dengan pilihan kandidat pilihan pengganti suaminya.

"Yakinlah, apa yang membuat kau ragu?"

"Dia bukan orang asli sini, Pak. Masyarakat bisa jadi tak mau percaya sama yang bukan pribumi."

"Tenanglah, bukan cuma dia saja pilihan bapak."

***

"Permisi," ujar Tohir sembari mengetuk pintu salah satu rumah warga.

Terbukalah pintu dan seonggok manusia dungu terlihat semringah dengan kedatangan kepala kampung.

"Oi, masuklah, Bang," ujar Sulin mempersilakan Tohir.

Inilah kandidat kedua, Sulin.

***

"Tak habis pikir aku sama kau, Pak. Apa jadinya kalau kampung kita dipimpin orang macam dia? Porak poranda, Pak!" bentak istri Tohir untuk kedua kalinya. Mungkin akan ada bentakan untuk ketiga atau keempat kalinya.

"Diamlah istriku yang cantik bagai pink supermoon," ujar Tohir merayu istrinya.

"Yang imut menggemaskan bagai bola-bola roti kukus," lanjutnya.

Pujian untuk kedua kalinya menghadirkan bentakan untuk ketiga kalinya. Istri Tohir yang gendut menjadi tersinggung.

"Capeklah aku urusan sama Bapak. Kau urus saja sendiri masalah ini, Pak," ujar istri Tohir lantas meninggalkan suaminya.

Bagaimana nasib pengantin baru?

Dikisahkan Zahra, anak Tohir yang menjadi pengantin baru tempo hari sedang bercumbu ria dengan Sobur, suaminya. Asyik betul. Lupakan, aku tak ingin kalian berpikiran mesum. Lanjutkan.

***

"Kenapa harus aku, Pak?" tanya Suhar pada Tohir.

"Kau begitu pandai, bahkan kau seorang guru. Kiranya kau bisa menyelesaikan masalah-masalah dengan pemikiran yang kompleks. Aku percaya pada kau."

"Kalau begitu bolehlah, ada lawan?"

***

"Ada," ujar Sulin tegas.

Tohir menduga-duga setelah menanyakan pada Sulin syarat apa yang harus dipenuhi agar ia mau jadi kepala kampung.

"Jangan pakai nama Sulin."

"Kalau begitu siapa?"

"Salim saja."

"Baiklah kuterima."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PRIMATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang