One

726 45 18
                                    

Dikta~

     Kupeluk erat tubuh montoknya, mencium aroma khas hewan yang berbaur dengan sabun. Sambil bernyanyi, menatap layar handphone yang menyala menampilkan ratusan tulisan komentar dari penggemarku, sesekali aku tertawa membaca kata perkata yang mereka kirim. Berisi rasa iri karena aku sangat menyayangi 'dia' yang sedang ku dekap erat.

Menjadi terkenal bukan kemauanku, tetapi hanya karena lagu berjudul "Ajaib" yang kunyanyikan di Cafe sewaktu hujan turun, membuat aku banyak diminati para wanita yang sering menyebut diriku Masta.

"Oke Teman-teman Masta! Kita bertemu dilain kesempatan yaaaa. See you guys! Kecup jauh dari Aku dan Jimbon, dadahhh."

Setelah menyelesaikan siaran langsung melalui handphone, kulepaskan Jimbon dari pangkuanku, membiarkan kucing jantan itu bermain mengelilingi apartemen yang kutinggali. Melepas kacamata yang bertengger dihidungku, berbaring disofa ruang tamu aku menghela nafas, 28 tahun yang kulalui membuat aku merenung, cita-citaku hanya menjadi guru les gitar, bukan menjadi Artis yang digandrungi orang-orang diluar sana.

Hanya karena suaraku yang kata mereka meluluhkan hati, dalam waktu dua hari videoku bernyanyi menjadi viral dan 5 bulan berlalu orang-orang makin mengenalku. Awalnya aku risih dan tak nyaman, karena hidupku yang tentram menjadi bising menurutku. Tetapi lama kelamaan aku terbiasa dan mulai menikmatinya. Tetapi ada satu hal yang tak berubah dari diriku, yaitu kenyamanan yang kudapatkan hanya dari orang tuaku dan juga Jimbon. Bukan dari penggemar atau wanita yang mendekat.

Soal Jimbon, kalian harus mengenalnya. Dia hadiah hidup yang dikirim Tuhan dikala hatiku sedang lara, ketika aku berjalan dibawah rintikan hujan sesudah kandasnya hubunganku dengan seseorang yang kucintai. Hewan berbulu itu datang entah darimana, menempelkan kepalanya dengan gerakan mendorong ke sepatu yang kupakai. Awalnya kuabaikan karena mungkin dia peliharaan orang lain yang tak sengaja mengikutiku. Tetapi ternyata dia adalah kucing sebatang kara yang tak pernah dicari pemiliknya dan aku yang menggantikannya. Sejak saat itu dialah yang menjadi pujaan hatiku selama dua tahun ini sampai aku menjadi terkenal seperti sekarang. Pertemuan kami yang menandakan Komunikasi  yang unik ini, yang artinya menunjukkan rasa famliar, menghormati, atau menyapa. Membuat aku sangat menyayangi Jimbonku.

Kuharap Tuhan tak memberi kesusahan lagi untukku, hanya satu kali menjadi terkenal dan tak akan ada lagi musibah yang kuhadapi, aku hanya ingin tenang bersama Jimbon, soal tambatan hati, aku masih tak siap memberikannya ibu tiri.

*****

    Setelah menitipkan Jimbon dipenitipan hewan, aku bergegas menuju tempatku bekerja, membawa gitar kebangganku dipunggung, menutup wajahku menggunakan masker agar tak dikenali. Menatap bangunan bercat hijau didepanku, aku memasuki dan melihat sudah banyak murid didik yang mengikuti kursus gitar akustik dan elektrik.

"Nih artis kita baru dateng, lama amat lo! Mentang-mentang banyak yang minta foto," ucap Erwin yang menepuk pundakku dari belakang.

"Bisa aja lo, Win, tadi macet di jalan, terus Jimbon juga gak mau lepas waktu gue nganter ke tempat penitipan," ucapku sambil memangku gitar.

Erwin terkekeh. "Jimbon mulu yang lo bahas, sekali kali bahas cewek kek. Hati-hati lo, sekarang banyak yang  pedang sama pedang."

"Sembarangan lo, gue belum nemu yang cocok aja, yang bikin gue sayang, sesayang gue sama Jimbon."

"Serah lu dah." Erwin meninggalkanku menuju keruangan tempat dia mengajar.

Entahlah, tak ada lelahnya Erwin menyuruhku mencari tambatan hati, padahal tanpa pacarpun aku sudah bahagia, ada Jimbon yang menghiburku dikala lara, ada penggemarku yang diam-diam mengirimiku hadiah dengan puisi cinta didalamnya. Aku sudah cukup bahagia. Bahkan ketika berkumpul bersama teman-temanku yang sudah mempunyai anak, aku sama sekali tak malu membawa Jimbon, yang berakhir aku menjadi bahan bully-an mereka.

Pulang dari tempat kursus aku menjemput Jimbon di penitipan hewan, sudah terbiasa melihatnya sendirian memandangi rintikan hujan dijendela kaca. Tak seperti kucing lainnya yang bermain mainan atau dengan sesama kucing. Jimbon selalu menyendiri melipat kedua kaki depannya kedalam dan menatap jendela kaca. Terkadang aku heran, apakah Jimbon terlalu sombong atau dia ditakuti sampai betina pun tak ada yang mau mendekatinya.

"Jimbon kayak Masta ya? Menutup diri dari wanita, padahal sering kesini, tapi yang aku lihat dia gak pernah mau dekat-dekat sama kucing lain." seorang Groomer ber nametag Rika menghampiriku.

Aku mengerutkan kening mendengar ucapannya. "Maksudnya sama kayak saya gimana, mbak?" Aku melihatnya salah tingkah ketika kutatap wajahnya.

"Eng-- enggak. Maksudku gak apa-apa kok," ucapnya tersenyum. "Boleh minta foto lagi gak Masta?" lanjutnya.

Setelah selesai berurusan dengannya aku dengan cepat menggambil Jimbon dan membawanya pulang. Aku tau ada maksud tersembunyi darinya.
Ketika sampai di apartemen Jimbon dengan cepat berlari ketempat bermainnya, terlihat lebih ceria dari pada ditempat penitipan hewan tadi, mungkin karena dia terbiasa bermain dirumahnya, pikirku.

Sambil membalas sapaan penggemarku dimedia sosial, sekilas aku melihat Jimbon berlari-lari mengejar setitik cahaya kecil yang kuyakini pantulan dari lampu. Saking kencangnya dia berlari tak sadar menabrak rak buku dan menjatuhkan salah satu isinya, yaitu sebuah buku dongeng milik keponakanku yang tertinggal disini ketika dia menginap. Buku itu terbuka dan memperlihatkan isinya. Gambar peri berbaju putih yang cantik. Aku menutup buku itu dan meletakannya kembali di rak. Kulihat Jimbon telah tertidur ditempat tidurnya, mungkin karena kelelahan bermain.

*****

    Hari minggu sore aku membawa Jimbon jalan-jalan di taman sekitar apartemen, dengan kalung berwarna putih dan lonceng yang menggantung dilehernya, serta body harness yang terpasang ditubuh besarnya. Berjalan didepanku dengan angkuh disertai tatapan tajam.

Duduk dibangku taman aku membuka sosial media yang dibanjiri dengan komentar dari penggemarku setelah aku mem-posting Fotoku dengan Jimbon yang saling memeluk, hingga tanpa sadar Jimbon menghilang entah kemana, hanya tersisa tali dijariku yang tersambung di body harnessnya.
Kuedarkan pandanganku mencari Jimbon, dan terlihat dibalik semak-semak Jimbon berguling-guling diatas rumput. Langsung kuambil tubuh gempal Jimbon dan kembali membawanya ketempat duduk ditaman. Dan akhirnya kusadari ada yang mengikutiku dan Jimbon.

Seekor kucing kecil, sekujur tubuhnya berbulu putih dan kedua matanya berwarna biru, sangat cantik. Jimbon melompat dari gendonganku, menghampiri si kucing kecil dan menjilati wajahnya.
Aku terkejut dan heran mengapa Jimbon bisa seakrab ini dengan kucing lain, berbeda jika ditempat penitipan, dia selalu menyendiri.
Dengan cepat kuambil Jimbon dan membawanya pulang, aku takut kucing liar itu membawa penyakit untuk Jimbon.

Sampai didepan lift menuju kamar apartemenku aku mendengar suara kucing dibelakangku, dan ternyata kucing putih tadi mengikutiku yang sedang menggendong Jimbon, aku heran sekali melihatnya. Kucing itu terlihat selalu menatap Jimbon dengan tatapan lucunya.
Kulepaskan Jimbon dari gendonganku, ia menghampiri kucing kecil itu dan menjilati wajahnya lagi. Membuat perasaanku tersentuh ketika melihat kucing tanpa tuan itu, dan kuputuskan untuk membawanya ikut denganku.

*****

     Seakan tak percaya melihat Jimbon seceria ini, bergulingan bersama kucing putih itu yang baru ia kenal beberapa jam yang lalu, makan bersama dalam satu mangkok, dan saling menjilati wajah membuat aku sadar Jimbon telah bertemu pujaan hatinya yang membuatku tersenyum. Biarlah Jimbon bahagia, aku tak apa. Karna bahagia Jimbon adalah kebahagianku. Dan mulai malam ini kuputuskan akan mengadopsi kucing putih itu untuk Jimbon.

*****

    Kubuka mataku ketika cahaya matahari menyinari wajahku, aku melihat jendela yang tidak tertutup, dan beberapa detik kemudian aku menyadari bahwa aku tertidur diruang tamu setelah tadi malam memandangi Jimbon yang sedang kasmaran.
Pandanganku mengabur ketika duduk dan merenggangkan kedua otot tanganku, kukerjapkan mataku dan ketika pandangnku sudah terlihat jelas aku membelalakan mataku ketika melihat sesosok manusia berbaring sambil mendekap Jimbon, bergaun minim berwarna putih dan rambut hitam panjang dengan mata tertutup.

"AAAAAAAAAA LO SIAPA?!!"

Bersambung~















Sangat menerima kritik dan saran dari kalian :) vote dan commentnya ditunggu. Jangan lupa baca ceritaku lainnya❤❤

MiraculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang