Prilly terisak ketika mendengar ucapan Dikta. Apa katanya? Dia mencintai Prilly? Tak membiarkan Prilly pergi.
Prilly semakin bimbang dibuatnya, mencintai dan dicintai manusia. Peri tak pernah sekalipun bisa bersanding dengan manusia, mereka sangat berbeda dan tak bisa bersatu.Dikta melonggarkan pelukannya dan membalik tubuh Prilly menghadapnya.
Diusapnya wajah basah gadis itu menggunakan jari-jarinya, telunjuknya meraih dagu Prilly, membuatnya mendongak menatap Dikta."Kenapa kamu mau pergi? Apa kamu sudah gak nyaman tinggal bersamaku? Kamu tega ninggalin aku sama Jimbon? Membiarkan aku gak keurus seperti dulu?" tanya Dikta.
Prilly mengalihkan pandangannya, ia bingung harus menjawab apa. Ia memutuskan diam, kepalanya hanya menggeleng pelan. Memeluk tubuhnya yang kedinginan karena angin malam yang berhembus menerpa tubuhnya.
Dikta menuntun Prilly kekamar gadis itu. Membantu Prilly berbaring dan menyelimutinya, Prilly memejamkan matanya kemudian beberapa saat membukanya kembali."Kenapa tuan masih disini?" tanya Prilly ketika melihat Dikta yang tak beranjak dari kamarnya.
Dikta tersenyum salah tingkah dan menggaruk tengkuknya. "Yaudah kamu tidur, selamat malam."
"Selamat malam juga tuan," ucap Prilly pelan melepas kepergian Dikta.
*****
"Gimana Mas Dikta? Setuju sama penawaran saya, soal biaya Mas Dikta dan Mas Erwin tenang aja, itu bisa diatur yang penting band kalian bisa mengisi acara malam ini."
Dikta menatap Erwin disampingnya, Erwin hanya mengedikan bahunya dan berucap tanpa suara 'terserah lo'.
"Kenapa mendadak ya? Kenapa gak bilang jauh sebelum hari H?" tanya Dikta menatap wanita bernama Cindy yang menatapnya memohon dan err... Menggoda.
"Karena acara ini juga mendadak Mas, tolonglah Mas ini acara ulang tahun saya dan saya juga ngefans sama Mas Dikta dan band kalian."
Ketika Dikta ingin menolak ucapannya tak disangka Erwin disebelahnya memotong ucapannya membuat Dikta melotot dibalik kacamatanya.
"Kita usahain ya mbak! Band kami bakal tampil di acaranya mbak."
Dikta menyandarkan tubuhnya dikursi melihat Erwin yang semangat menandatangani lembaran kertas perjanjian. Cindy, gadis itu terus menatap Dikta membuatnya tak nyaman, apalagi pakaian yang dia pakai, membuat Dikta terus mengalihkan pandangannya.
Sesudah wanita itu keluar Erwin menghampirinya."Berita bagus ini, mbak-mbak seksi itu ngadain party di cafe tergede plus termewah dikota ini, cuy!! Band kita bisa semakin terkenal nih, kurang beruntung apa coba sampai dia nunjuk kita?"
"Lo kenapa gak semangat gitu sih?" tanya Erwin.
"Gak. Gue mikir aja, malam ini gue juga ada acara."
"Apaan?"
"Adaaa. Tapi gak papa deh, demi kelancaran band kita gue bisa ngadain lain hari."
"kalo gitu kita bubarin aja untuk hari ini, dan dilanjut latihan buat nanti malem."
"Oke."
*****
Lelah rasanya berjalan menuju apartementnya, seluruh badan Dikta rasanya kram karena terlalu banyak berlatih, dari bernyanyi sampai bermain gitar ia lakukan agar nanti malam tampil dengan maksimal. Ketika membuka pintu apartementnya Dikta tersenyum menghembuskan nafasnya, ruangan berbau harum karena pengharum ruangan menyapanya, tak terlihat sosok Prilly disana. Ia menuju dapur dan tak terlihat juga sosok Prilly disana, ia bingung dan memanggil gadis itu.
"Prill... Prilly!!!"
Tak ada sahutan, Dikta bergegas menuju kamar Prilly, disana tak terlihat sosok yang dicarinya, samar-samat Dikta mendengar keributan dari kamar mandi. Pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok Prilly yang menggendong Jimbon yang tertutup handuk, bajunya terlihat basah karena cipratan air. Prilly tersenyum menatap Dikta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miraculous
FantasyPradikta Trigunawan. umur 28 tahun. Tampan, bertato, dan berkacamata. Selebgram. Penyanyi. Tapi yang harus kalian ketahui, dia sudah dimiliki seseekor spesies tak tau diri bernama Jimbon Trinuele. "Hidupku sudah teratur, tenang, nyaman, dan tentram...