Eight

239 28 0
                                    

"Etdahhh parah lu, Kak. Video lo lamar Kak Prilly udah masuk Lamtur!!"
Tarissa dengan hebohnya bercerita kepada Dikta ketika ia memutar sebuah video yang memperlihatkan sosok Dikta tadi malam.

"Siapa Prilly?"
Wanita tua tapi terlihat masih menawan menghampiri dua orang yang sedang adu mulut itu. Ia menatap Dikta bingung ketika mendengar ocehan Tarissa.

Sial. Tujuan Dikta pulang kerumah untuk melepas rindu dengan ibunya, bukan untuk membahas Prilly.

"Jawab Dikta! Siapa Prilly?" Tante Rere kembali menanyakan untuk kedua kalinya.

"Dia pacar Kak Dikta, Mah. Dia ting--" (terhenti ketika Dikta membekap mulut gadis itu)

"Dia pacar aku Mah, dan aku berniat nikah sama dia."
Tarissa dan Tante Rere terkejut menatap Dikta. Memang usianya sudah matang untuk berumah tangga, tetapi mengapa dia tak berkabar dulu dengan orang tuanya ketika ingin melamar seorang gadis?

"Tapi Kak Prilly cantik kok, Mah. Baik dan rajin memasak." sanggah Tarissa.

"Darimana kamu tau?" Tante Rere mengalihkan pandangannya kearah Dikta sesudah bertanya kepada Rere.
"Tari saja kamu kasihtahu, kenapa sama Mamah kamu sembunyi-sembunyi?"

Tante Rere menghela nafas. "Besok bawa gadis itu Dikta! Mamah pengen mengenalnya lebih jauh, seberapa pantas dia untuk kamu."

Dikta menatap jam di dinding, hampir malam. Ia beranjak dan mencium ibunya sebentar sebelum kembali ke apartement. Tarissa tersenyum diambang pintu melepas kepergian Kakaknya. "Tenang aja, Kak! Mamah bukan mertua yang galak kok, kayak di cerita-cerita wattpad. Aku yakin Mamah bisa nerima Kak Prilly."

Dikta hanya tersenyum kemudian mengangguk.

*****

"Kenapa lama sekali Dikta?" tanya Prilly setelah membuka pintu menampilkan sosok lelaki yang sedari tadi ditunggunya.

Dikta tak menjawab, matanya menelusuri tubuh Prilly dari ujung rambut sampai mata kaki. Gadis itu memakai hoodie putih miliknya yang terlihat sangat besar ketika dipakai gadis itu, tubuhnya seperti tenggelam didalam sana. Saking besarnya Prilly tak lagi memakai celana karena hoodie itu sudah sebatas pahanya.
Lucu sekali dia, sesudah menutup pintu Dikta memeluknya dengan erat sambil tertawa, kepala Prilly ia tenggelamkan didadanya dengan gemas.

Lucu sekali dia, sesudah menutup pintu Dikta memeluknya dengan erat sambil tertawa, kepala Prilly ia tenggelamkan didadanya dengan gemas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kenapa pakai baju aku sih sayangggg?" tanya Dikta sambil mengacak rambut Prilly.

"Karena kau lama sekali, aku merindukanmu, jadi aku memakai bajumu hihi."

Prilly tertawa riang sambil menutup wajahnya malu, ia mendongak menatap Dikta yang sedang memeluknya.
"Mandilah Dikta, setelah itu kita makan bersama. Aku sudah kelaparan."

"Baiklah calon istriku."
Dikta meninggalkan Prilly yang tersipu mendengar ucapannya. Setelah Dikta menghilang dibalik kamarnya wajah Prilly kembali muram. Ia menatap cincin yang melingkar di jari manis dan mengusapnya.

MiraculousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang