Jantung Dikta terasa keluar dari tubuhnya ketika melihat sesosok perempuan dengan gaun minim berwarna putih sedang berbaring memeluk Jimbon. Mendengar suara menggelegar Dikta membuat sosok itu membuka matanya dan sama terkejutnya.
Perempuan itu membelalakan matanya dan kemudian meringkuk memeluk tubuhnya.Dikta melompat kebelakang sofa dan mengintip Prilly memeluk tubuhnya yang sedang bergetar hebat, jantung lelaki itu berdetak tak karuan karena tak pernah melihat sosok hantu.
"Ini hantu kok cantik banget? Mulus lagi."
Batin Dikta bersuara menatap keindahan yang ada pada perempuan itu."Lo siapa? Kenapa ada di apartemen gue? Kalo hantu please jangan ganggu gue, gue gak pernah ada masalah."
Memberanikan diri Dikta bertanya kepada sosok yang ketakutan didepan sana.Mengapa wanita itu yang ketakutan? Seharusnya Dikta si pemilik tempat tinggal yang merasa takut karena orang tak dikenal dengan tampilan aneh memasuki apartemennya.
Tangan Dikta sudah siap memegang vas bunga untuk berjaga-jaga takut perempuan itu berbahaya untuk dirinya dan Jimbon.
Mendengar keributan yang ada, Jimbon dengan cepat naik kepangkuan Prilly, dan Prilly juga memeluknya erat."Tory aku takut ...."
Suara lembut yang keluar dari Prilly sedikit didengar Dikta, ia kembali menatap Prilly heran.Jika wanita itu hantu, mengapa dia bisa memeluk Jimbon? Batinnya kembali bertanya.
Bagaimana ini, apakah Dikta harus menelepon polisi? Wanita itu terlalu mencurigakan, tapi kenapa Jimbon bisa terlihat akrab dengan dia?
Kepala Dikta seakan ingin pecah memikirkannya.
Dengan masih membawa vas bunga disebelah tangannya, Dikta mendekat dengan perasaan was-was."Lo siapa?" tanya Dikta penasaran, ia ingin mengambil Jimbon dari tangan wanita itu.
"Hiks ... hiks ... hiks ... Tolong aku ..." lirih Prilly yang masih bisa didengar Dikta.
"Jawab gue! Lo datang darimana? Kenapa bisa ada disini??"
Dengan jarak 1 meter Dikta masih memberanikan diri untuk bertanya kepada wanita yang sedang menangis sambil memeluk Jimbon didepannya.
Kelihatannya tak berbahaya, wanita itu menunduk lemah dan tak berdaya membuat rasa takut Dikta seketika hilang.
Dipandangnya wajah kemerahan itu dengan seksama, air mata terus mengalir dari kedua matanya."Gue harus gimana astaga ... Kalo sampe nyokap bokap tau gue bawa cewe kesini bisa mampus urusannya!"
Dikta mengacak rambut panjangnya, menyisir kebelakang dengan telapak tangan. Ia frustasi sekarang, bagaimana bisa ada manusia yang tiba-tiba ada disini.
Sementara Prilly menunduk kebawah tak berani menatap Dikta, tangannya erat memeluk Tory, pikirannya melayang kemana-kemana, kenapa bisa seperti ini?
Sekarang dia tau ketakutan ayahnya yang melarang untuk mencari Tory, karena dia ceroboh. Dan sekarang bukan dia yang berhasil menyelamatkan kakaknya, tapi mereka berdua malah terjebak didunia manusia dan tak akan bisa kembali menjadi peri.Prilly juga tak tau kenapa dia tak berubah menjadi kucing seperti Tory, kenapa dia harus berubah menjadi manusia? Sekarang dia hanya pasrah kepada lelaki didepannya.
Entahlah, dia akan dibuang atau dibunuh disini. Prilly juga tak bisa lagi berkomunikasi dengan Tory, karena kekuatannya telah menghilang. Terlihat kucing itu menatapnya sedih, pasti merasa bersalah, karena Tory mereka berdua gagal kembali ke dunia peri."Hei ... Please jawab gue lo dateng darimana? Gue gak akan ngapa-ngapain lo."
Dikta mendekat selangkah dan mencoba membujuk wanita itu dengan lembut.Prilly terlihat sedikit tenang dan berfikir untuk menjawab apa, apakah dia harus jujur bahwa dia adalah seorang peri yang berubah menjadi manusia, entahlah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miraculous
FantasyPradikta Trigunawan. umur 28 tahun. Tampan, bertato, dan berkacamata. Selebgram. Penyanyi. Tapi yang harus kalian ketahui, dia sudah dimiliki seseekor spesies tak tau diri bernama Jimbon Trinuele. "Hidupku sudah teratur, tenang, nyaman, dan tentram...