28 tahun yang Dikta lalui, terakhir tidur dengan pelukan wanita yaitu ibunya ketika umur 5 tahun. Dan sekarang ia kembali merasakan kenyamanan itu.
Jam sudah menunjukan pukul 7 pagi, tapi Dikta enggan bangun dan melepas pelukan hangat yang membungkus tubuh besarnya.
Kepalanya bersandar didada Prilly yang masih lelap dalam tidurnya.
Gadis yang malang, gadis yang ia acuhkan beberapa hari ini masih baik kepadanya, perhatian dengannya dan juga Jimbon.
Sebagai tanda terimakasih Dikta berniat membawa Prilly keluar ketempat dia bekerja.
Kasihan gadis itu, terkurung didalam apartement dan hanya mengurus Jimbon.
Jika ia membawa Prilly keluar mungkin gadis itu ingat tempat asalnya dan berhenti menghayal bahwa dirinya peri, karena sampai saat ini ia masih tak percaya dengan ucapan Prilly"Engghh ...."
Lenguhan Prilly membuat Dikta kembali memejamkan matanya.Prilly menunduk menatap kepala yang sedang ia peluk, tubuh tuannya yang tadi malam membutuhkan kehangatan membuat ia merengkuhnya.
Dengan pelan Prilly beranjak dari ranjang dan berdiri. Ia menggoyang pelan tubuh Dikta."Tuannnn, bangun! Tuan harus pergi bekerja."
Sementara Dikta pura-pura terbangun dari tidurnya, ia membuka kelopak matanya dan menatap Prilly.
"Mandi Prill! Hari ini lo ikut gue bekerja."
"Benarkah tuan? Bagaimana dengan Jimbon?" tanya Prilly.
"Jimbon ikut bersama kita."
Prilly keluar dari kamar Dikta. Ia tersenyum, wajah tuannya sedikit lebih hangat dari hari-hari yang lalu. Dan hari ini pun ia akan keluar dari apartement, kesempatannya mencari peri yang berubah wujud untuk menyelamatkannya dan juga Tory.*****
Prilly dan Dikta memasuki bangunan bercat hijau itu, dengan Jimbon yang berada digendongan Prilly membuat mereka seperti keluarga bahagia.
"Wihhh anda membawa siapa cantik sekali."
Erwin datang menatap Prilly sambil tersenyum."Asisten gue, Win."
"Sok penting banget lo pake asisten segala, bilang aja cewek lu."
"Tukang jaga Jimbon diaaa, lu percayaan dikit napa."
"Gimana gue gak percaya masa ada pembantu secantik ini." Erwin mendekat kearah Prilly dan mengulurkan tangannya.
"Erwin Windura, panggil aja Erwin! Nama lo siapa?" lanjut Erwin."Namaku Prilly, aku memang pembantunya."
Tanpa malu Prilly memperkenalkan dirinya sebagai pembantu Dikta."Udah-udahhh! Sekarang Prill lo duduk disana jaga Jimbon. Sebentar lagi anak-anak bakalan dateng."
Prilly mengangguk.Hari ini terasa berbeda karena kehadiran Prilly, banyak anak-anak yang salah fokus karena melihat Prilly. Mereka lebih banyak berbicara kepada Prilly ketimbang latihan bermain gitar. Hal itu membuat Dikta dan Erwin pusing. Menyuruh mereka kembali fokus kepada tujuan awal datang kesini.
"Masa cantik-cantik gak punya sosmed, Kak?"
"Kakak pacar Kak Dikta?"
"Baru aja pacaran ya? Kok baru diajak kesini?"
"Fix Kakak sama Kak Dikta cocok banget."
Dan banyak lagi celotehan mereka tentang Prilly. Les gitar yang seharusnya selesai jam 5 sore lebih cepat selesai menjadi jam 3.
"Lain kali lu gak usah bawa pacar lagi deh!" seru Erwin menatap Gerombolan yang ada didekat Prilly.
"Baru juga sekali, Win. Lagian gue kasian sama dia dikurung mulu."
"Maksud lo?"
"Gue pulang dulu, Win! Bilang sama bang Ifan bawa oleh-oleh kalo pulang dari Surabaya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Miraculous
FantasyPradikta Trigunawan. umur 28 tahun. Tampan, bertato, dan berkacamata. Selebgram. Penyanyi. Tapi yang harus kalian ketahui, dia sudah dimiliki seseekor spesies tak tau diri bernama Jimbon Trinuele. "Hidupku sudah teratur, tenang, nyaman, dan tentram...