Track 04: Maze in the Mirror

605 81 2
                                    

(note: mohon maaf jika di dalam bacaan terdapat typo,
-semi baku-)
[by : vlands_]

(happy reading)

.

.

.

𝓜𝓪𝔃𝓮 𝓲𝓷 𝓽𝓱𝓮 𝓜𝓲𝓻𝓻𝓸𝓻


"wahai cermin ajaib siapakah yang paling cantik?"

kira-kira seperti itu yang diucapkan dalam cerita Snow White.

Soobin awalnya tak percaya dengan cerita dongeng yang baru saja ia baca, namun semakin kesini ia semakin penasaran dengan benda ajaib di cerita itu.

Ia memutuskan pergi ke toko antik untuk mecari barang tersebut.

"permisi paman, apakah disini ada sebuah cermin ajaib?"

Paman pemilik toko mengernyitkan dahinya, sudah sejak lama tak ada orang yang mencari benda antik yang dapat memantulkan bayangan, apalagi ini seorang pemuda dengan tampang modern.

"untuk apa kau mencarinya, anak muda?"

"tidak untuk sesuatu, aku hanya penasaran"

Helaan napas si paman terlalu dalam hingga masuk ke dalam indra pendengaran Soobin.

"apa barang itu sudah tidak ada?" Soobin sedikit putus asa.

"tunggu sebentar"

Paman itu berlalu dari hadapan Soobin, ke gudang?

Selang lima menit ia kembali ke ruang utama toko itu.

"wah.. apakah ini dijual?"
mata Soobin berbinar melihat benda yang ada digenggaman si paman.

"tidak"

Bikin kesal saja paman ini, kalau tidak dijual kenapa repot-repot mengambilnya?

"tapi jika kau ingin memilikinya, kau harus berjanji tak akan mengembalikan cermin ini kesini"

Soobin penasaran emangnya kenapa kalau ia kembalikan? Apa karena tak ada jaminan uang kembali? Lagipula sepertinya cermin ini tak akan bertahan lama melihat kondisinya yang usang, berdebu, dan kusam. Apa masih ada harganya?

Saat Soobin hendak bertanya apa alasannya, si paman tersebut hanya berkata "kau tak perlu tahu alasannya, cukup berjanji saja"

Soobin mengangguk, keluar dari toko itu tak lupa mengucapkan terimakasih karena si Paman tak meminta imbalan, memberi secara cuma-cuma.

『 𝒂𝒌𝒖 𝒕𝒂𝒌 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒆𝒍𝒖𝒉 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒎𝒆𝒔𝒌𝒊𝒑𝒖𝒏 𝒔𝒂𝒌𝒊𝒕 』


Tugas yang diberikan dosen sudah selesai ia kerjakan,

jam tepat menunjukkan pukul enam sore waktunya untuk makan malam.

Soobin tinggal seorang diri di lantai-9 sebuah apartemen ujung kota, orang tuanya sudah lama meninggal, sejak 5 tahun lalu.

Hari-hari Soobin berjalan dengan baik. Namun, terkadang rasa kesepian itu timbul di benaknya. Hidup dengan kesendirian memang ada positif dan juga negatifnya.

Bunyi aliran air memenuhi ruang dapur, Soobin telah selesai dengan makan malamnya. Duduk sebentar pada pantri sambil bermain handphone. Mengecek jadwal kuliahnya besok, ternyata full sekali. Kepalanya pening, semakin pening ketika ia mendengar pecahan kaca yang diyakini bersumber dari dari dalam kamarnya.

The Dream Chapter : Eternity [ SooGyu ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang