Kania mengikat rambut panjangnya. Gadis itu tak lupa memoles wajahnya dengan bedak tabur dan sedikit liptint di bibir mungilnya. Hari ini adalah hari pertama masa belajar. Kegiatan MOS baru berakhir kemarin dan tidak satu hari pun Kania lewati tanpa hukuman.
"Non, sarapannya udah siap," kata bi Sum sambil membereskan tempat tidur Kania.
Kania mengangguk lalu tersenyum. Gadis itu memasang gelang kakinya lalu melangkah menuju meja makan.
"Bi ayo makan bareng," ajak Kania.
Bi Sum berjalan mendekat, ia duduk di depan Kania. Begitulah mereka, setiap hari selalu makan bersama, bagi Kania bi Sum sudah seperti ibu angkatnya.
"Non, ini ada titipan dari ibu." Bi Sum memberikan amplop coklat kepada Kania.
Kania menghela napas pelan, ia sudah dapat menebak isinya.
"Bibi simpen aja, buat gaji," ucap Kania, mood makannya tiba-tiba hilang. Ia segera memasukkan bekal yang sudah disiapkan bi Sum, menggendong tasnya lalu berpamitan dengan bi Sum.
"Kai berangkat, Bi. Assalamu'alaikum."
Kania segera pergi, tanpa menunggu bi Sum menjawab salamnya. Ia melirik jam tangan di tangan kirinya, baru pukul 06:30 WIB. Ini masih sangat pagi bagi Kania, bel baru akan berbunyi jam 07:30 WIB.
Kania mengedarkan pandangannya di parkiran apartement. Tak seperti biasanya, pagi ini pak Wawan belum datang untuk menjemputnya.
Kania merogoh saku seragamnya, ia hendak menghubungi pak Wawan. Tak lama sebuah motor berhenti di hadapannya.
"Kai," kata sang pengendara motor.
Kania menegakkan kepalanya, ia hapal betul siapa laki-laki di hadapannya ini.
"Pasti lo yang bilang ke pak Wawan buat gak jemput gue," tebak Kania.
Cowok itu nyengir kuda, tentu saja tebakan Kania benar, memangnya siapa lagi yang senekat itu melakukan ini.
"Bareng gue ya Kai," pintanya.
"Gak!" tolak Kania cepat, "Gue gak mau cari ribut sama gebetan lo."
Nama pria itu adalah Gara, pria itu menghela napas pelan. Ia sudah seringkali menerima penolakan dari Kania. Mau bagaimana, Kania tidak ingin cari masalah dengan wanita-wanita yang mendekati Gara, terutama kakaknya sendiri.
"Sekali aja Kai, please, gue janji Nadia gak bakal tau."
Bukannya menjawab perkataan Gara, Kania malah sibuk mengutak-atik ponselnya, membuka aplikasi ojol.
"Kai," ucap Gara, merasa ucapannya tidak ditanggapi.
Kania melirik sebentar, lalu kembali beralih pada ponselnya. Ada sebuah pesan yang masuk ke aplikasi whatsapp-nya. Kania mengerutkan dahinya.
0812xxxxxxxx
Hai Kai, aku lagi di jalan nih, mau berangkat bareng?Kania membuka profil nomor whatsapp tersebut, terlihat foto gadis cantik berambut coklat, dan nama Ocha yang terpampang jelas di sana. Bukannya menjawab pesan Ocha, Kania malah menelpon gadis itu.
"Halo." Suara Ocha mulai terdengar di ujung sana.
"Cha, gue nebeng, berhenti di apartement deket sekolah." Kania langsung mematikan sambungan teleponnya.
Gagal lagi gagal lagi.
Kania mendesah, ia sebenarnya ingin berangkat bersama Gara, tapi jika diingat bagaimana Nadia begitu tergila-gila pada pria ini membuat Kania mengurungkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kania
Novela JuvenilKania. Gadis itu menyadari sesuatu yang berbeda dari dirinya sejak usianya sembilan tahun. Mendengar apa yang tidak bisa didengar orang lain adalah hal yang tidak biasa. Awalnya semua itu sangat mudah ia jalani. Namun, lama kelamaan semua itu justr...