4 - Kesempatan

196 135 86
                                    

Dessy sedang berjalan santai dan memikirkan apa yang tadi terjadi. Dessy tidak menyangka jika Devan bisa berperilaku seperti ini terhadap nya, hari ini dan hari sebelumnya adalah hari yang membingungkan bagi Dessy semenjak bertemu dengan Devan.

"Apa yang dilakukan Devan tadi?".

"Apa Devan suka sama gue, tapi jangan sampai Devan suka sama gue titik".

"Kenapa Devan bersikap manis kali ini, padahal kalau ketemu juga biasanya bodoamat".

"Ahh pusing pala gue, ganti kepala bisa gak sih?".

Begitulah pikiran yang sampai saat ini Dessy pikirkan, Dessy bingung harus bersikap seperti apa terhadap Devan karena Dessy tidak mau mencintai atau dicintai seorang pria lagi.

Trauma,
Iya trauma yang sampai saat ini membekas dan belum bisa terlupakan. Dessy beranggapan semua cowok itu sama, selalu mengecewakan, selalu menyakiti, dan kasar.

Dessy menghelakan nafasnya menikmati udara segar di pagi hari, karena hari ini sedang mendung jadi tidak salah jika udara saat ini menyejukkan. Di saat Dessy menikmati udara segar, dia teringat sesuatu jika meninggalkan motornya bersama Devan.

"Bego banget sih gue, itu motor gue kenapa gue tinggalin, dasar gue ga punya otak". Keluh Dessy yang menyalahkan dirinya sendiri.

Dessy akhirnya memilih untuk kembali, karena dia teringat motor nya yang sedang bersama Devan. Kemudian Dessy berlari sekencang mungkin karena dia takut jika motor nya dijual oleh Devan.

Dengan nafas tersengal-sengal, dia sampai dihadapan Devan.

"Kenapa lu lari-larian gitu kayak abis dikejar setan aja lu". Ucap Devan dengan tersenyum karena dia yakin jika Dessy akan kembali karena satu alasan yaitu motornya.

"Lu naaa..paa di..sini..". Ucap Dessy dengan mengatur nafasnya tersengal-sengal.

"Oh lu mau motor lu gue jual? Lagian gue tau lu bakalan balik lagi jadi gue gak capek buat ngejar-ngejar lu kan"

"Oh, yaudah yuk". Ucap Dessy sambil merapikan rambutnya yang berantakan karena berlarian tadi.

"Kemana? Ke pelaminan? Yaudah yukk". Ucap Devan dan sesegera mungkin menyalakan motor nya.

"Pulanggggg, najis banget ke pelaminan bareng lu".

"Santai sayang jangan marah-marah mulu, ayo pulang". Ajak Devan.

"Pala kaoo". Ucap Dessy sesegara mungkin menaiki motor nya.

Hari ini menunjukkan pukul jam 9 pagi. Dessy bingung harus kemana sekarang, pulang atau ke sekolah?.  jika ke sekolah mang Asep tidak akan membukakan gerbang bagi murid yang terlambat sedangkan pulang, orangtua Dessy akan tau jika dia membolos karena dirumah selalu ada yang melapor semua kegiatan Dessy dan Kaila dirumah. siapa lagi kalau bukan bibi Siti, pembantu dirumah Dessy.

Devan yang sedang fokus mengendarai motor nya tidak sengaja melihat ke arah spion dan terlihat wajah cantik Dessy yang sedang terdiam dan sepertinya sedang kebingungan. Devan tau jika sekarang Dessy bingung harus pergi kemana.

Tidak lama setelah Devan melihat wajah cantik Dessy, dia terpikir akan membawa Dessy kerumah nya.

Devan akhirnya memilih untuk mengendarai motor Dessy dengan kecepatan penuh yang membuat Dessy sadar dari lamun nya.

"Astogee.. Dev pelan-pelan napa ogeb, ini motor gue jangan seenak jidat lu gitu dong". Omel Dessy.

"Udah gak usah bawel lu". Sahut Devan yang lebih cepat mengendarai motor nya dan tidak sengaja Dessy memeluk Devan dari belakang karena takut dengan Devan yang mengendarai motor seperti orang kesurupan. Dessy memeluk Devan dengan kencang dan menutup mata nya karena takut jika dia akan terjatuh.

Devan merasa senang hari ini karena bisa bersama Dessy dan mendapatkan pelukan dari Dessy. Sungguh nikmat mana yang engkau dustakan!.

•••

Devan yang mengendarai motor nya dengan kecepatan penuh pun akhirnya sampai di depan rumah nya. Dessy bingung sekarang dia sedang berada di depan rumah siapa karena ini bukan rumah nya.

"woy turun ngapain masih meluk gue mulu lu". Ucap Devan.

Dessy yang mendengarkan ucapan Devan langsung melepaskan pelukannya, ini bukan lah keinginan Dessy tapi karena terpaksa yang membuat dia harus memeluk si Devan yang kesurupan jin tomang tadi.

"Ayo masuk Des". Ajak Devan.

"Ini dimana? Ini kan bukan rumah gue".

"Kata siapa rumah lu, buruan masuk cepet". Ucap Devan yang langsung meninggalkan Dessy kemudian disusul oleh Dessy dari belakang.

Devan membuka pintu rumahnya, dan kemudian memanggil-manggil mamahnya.
"Assalamualaikum mamah, Devan pulang bawa calon nya Devan nih".

Dessy yang mendengarkan ucapan Devan langsung berlari kecil ke arah Devan dan memukul punggung Devan dari belakang.

"Lu gak usah ngarep bego". Omel Dessy.

Tidak lama mamah Devan keluar dari dalam kamar, kemudian berjalan menuju arah Devan dan melihat seorang wanita cantik disamping Devan dengan memberikan senyuman manis nya yang menambah kecantikan nya itu.

"Loh kok udah pulang Dev? Ini baru jam berapa?". Tanya Sarah, kemudian Devan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dan disusul oleh Dessy.

"Telat Mam, mamah sih gak niat bangunin Devan". Ucap Devan segera mungkin duduk diatas sofa nya dengan santai seperti seorang raja.

"Loh kok nyalahin mamah, kamu itu yang di bangunin susah". Ucap Sarah, dan Devan hanya menghiraukannya saja.

"Hallo Tante aku Dessy temen nya Devan". Sapa Dessy kepada Sarah.

"Bukan mam, dia calon menantu mamah". Sahut Devan dengan santai.

Ucapan Devan tadi membuat Dessy begitu kesal. Bagaimana tidak kesal jika mulut Devan nyerocos mulu seperti mulut tetangga. Tetapi Dessy hanya diam dan menahan rasa kesal nya itu untuk menjaga sopan santun nya karena berada dihadapan mamah nya Devan.

"Ohh ini orangnya, cantik juga ya. Dessy silahkan duduk dulu nak, Tante mau nyiapin minum dulu untuk kalian". Ucap Sarah mempersilahkan Dessy untuk duduk.

Sarah pun pergi dari hadapan Devan dan Dessy untuk membuatkan minuman untuk mereka.

Dessy langsung duduk berjauhan dari Devan karena dia benar-benar kesal dengan apa yang tadi ucapkan oleh Devan. "Dasar Devan si mulut nyerocos persis banget kayak mulut tetangga". Batinnya.

"Ngapain lu duduk jauhan gitu, sini kali deketan sama gue". Ucap Devan yang melihat Dessy memasang wajah kesal nya itu.

"Ogah". Sahut Dessy dengan ketus.

"Lu gak usah kayak gitu, lu kalau gitu makin cantik aja ntar gue makin cinta loh".

"Lu bisa diem gak sih mulutnya, muak gue dengerin omongan lu yang sok manis gitu. Udah lah emang dasarnya fuckboy jadi gak heran kalau lu gitu, dan inget semanis apapun ucapan lu gue ga tertarik sama sekali sama lu". Ucap Dessy dengan nada yang begitu kesal.

"Oh lu nantang gue nih?". Ucap Devan dengan senang hati, karena wanita judes ini benar-benar membuat Devan yakin untuk memperjuangkannya.

Dessy yang mendengar itu hanya menghiraukannya saja. Tetapi ada satu hal yang membuat Dessy berpikir dengan ucapan Devan tadi. "Apa yang akan Devan rencanakan?". Itu lah yang terpikirkan oleh Dessy saat ini karena dia yakin bahwa Devan sedang merencanakan sesuatu setelah mengucapkan kalimat tadi.

----

"Apakah aku harus mencintaimu? Sedangkan hatiku masih ada sedikit luka yang saat ini masih membekas".

***
TBC!
Thanks For Reading
Kalau suka ceritanya komen ya gaes biar lebih semangat lagi.
Kritik dan saran nya sangat diperlukan❤❤

Follow @haloindyy

My Choice Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang