Devan melihat Dessy meneteskan air mata nya setelah menceritakan masalalu nya kepada Devan. Devan yang melihatnya pun merasa tidak tega, dan dia semakin yakin untuk terus berada didekat Dessy, terus menemaninya, terutama membantu untuk menghilangkan trauma di masalalu wanita yang dicintainya.
"Des udah jangan nangis ya, gue disini bakalan nemenin lu, gue juga janji bakalan jagain lu. Gue juga gak mau lu disentuh sama pria yang bikin lu sampai kayak gini". Ucap Devan sambil mengusap air mata Dessy dan langsung memeluk Dessy untuk menenangkannya.
Dessy merasakan tenang, damai, dan nyaman ketika Devan memeluknya. Tetapi Dessy tidak mau mudah percaya kepada pria didepannya ini setelah kejadian yang menimpa nya dulu. Tetapi Dessy harus tetap berada disisi Devan untuk memastikan bahwa Devan baik-baik saja dan tidak diganggu atau dilukai oleh mantan kekasihnya.
"Ehemm.. udah dong pelukannya, panas nih ngeliatnya". Ucap Kaila yang membuat Devan dan Dessy melepaskan pelukannya. Dan sekarang Dessy mulai tenang kemudian mengusap sedikit air mata nya.
"Ihh apa sih Kai". Sahut Dessy
"Makanya udah dong jangan peluk-pelukan didepan Kaila. Oh iya kak Devan tadi dapet ancaman gak dari si Reno somplak tadi?". Tanya Kaila, yang sebenernya pertanyaan itu ingin ditanyakan oleh Dessy tetapi sudah didahului oleh adiknya.
Pertanyaan Kaila membuat Devan terdiam dan berpikir sejenak. Jika Devan menceritakan ancaman Reno tadi pasti akan membuat Dessy selalu mengkhawatirkannya. Devan bingung kali ini harus bercerita atau tidak.
Dessy menatap Devan yang sedang melamun, dia yakin jika Devan sedang bingung harus menceritakan kejadian tadi atau tidak. Tapi Dessy yakin bahwa pria didepannya ini tidak akan menceritakannya. Mau tidak mau Dessy akan tetap disamping Devan untuk memastikan dia baik-baik saja.
"Nggak kok ga ngancem apa-apa, cuman tadi dia ngomong kalau dia muak liat muka ku aja". Ucap Devan sambil tersenyum untuk meyakinkan Dessy dan Kaila. Tebakan Dessy benar jika Devan tidak akan menceritakan yang sebenarnya. Kemudian Dessy hanya membalas senyuman Devan.
Devan beranjak dari duduknya dan kemudian berpamitan untuk pulang. Kemudian Dessy hanya menganggukan kepalanya yang berarti menandakan jika dia mengijinkan Devan untuk pulang mana mungkin dia menahan Devan untuk tidak pulang ke rumahnya. Dessy berdiri untuk mengantarkan Devan keluar dari rumahnya tetapi rasa sakit di kepalanya membuat Dessy terjatuh ke pelukan Devan lagi.
"Des kepala lu masih pusing ya? Udah mendingan lu istirahat aja yaa. Besok kalau misalnya masih pusing gak usah berangkat sekolah dulu aja". Ucap Devan sambil membantu Dessy untuk kembali beristirahat.
"Lu pulang naik apa? Kan lu kesini aja pake motor gue?".
"Udah gampang, gue mah ntar tinggal nelpon temen buat ngejemput gue. Udah lu gak usah mikirin gue, gue gakpapa kok, udah gausah khawatir gitu". Ucap Devan sambil mengangkat kedua alisnya --kebiasaan Devan--.
"Dih pede banget lu, orang gue nanya". Ucap Dessy dengan ketusnya dan disela perkataan nya yang ketus dia langsung tertawa melihat reaksi Devan yang begitu lucu.
Kemudian Devan terdiam dan mengangkat satu alisnya ketika mendengar ucapan Dessy. Dan setelah itu ketika tiba-tiba Dessy tertawa, Devan pun juga ikut tertawa karena ini pertama kalinya dia melihat seorang wanita yang dicintainya tertawa bahagia. Heran, iya Devan heran dengan sikap Dessy yang begitu kuatnya menghadapi masalalu yang membuatnya trauma. Dia masih bisa tertawa, tersenyum untuk menutupi semuanya. Devan semakin kagum kepada Dessy dan merasa dia tidak salah memilih pasangan, walaupun belum pacaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Choice
Teen Fiction[On Going] Devan Eleno Bandiani adalah seorang pria yang terkenal disekolahnya karena ketampanan nya. Jadi tidak salah jika banyak wanita yang tertarik pada Devan. Tetapi Devan tidak pernah merespon baik semua wanita, jika sekali merespon wanita yan...