7. GAGAL

13 5 0
                                    

Senin kali ini, ia tak terlambat. Kali ini Aqila sedang menyimpan cardigan-nya di dalam loker. Takut-takut hujan seperti kemarin.

Aqila teringat mimpinya semalam. Kali ini, nyawa menjadi taruhan. Anak cupu di kelas Letnan menjadi tokoh utama. Entahlah, rasanya semua orang yang bersangkutan dengan Letnan saja. Ia mencari-cari perempuan itu, tapi tak kunjung ia temukan.

"Ayok!"

Suara itu, Aqila menoleh.

"Wa!"

"Kangen gue?"

"Enggak tuh biasa aja,"kata Aqila terkekeh.

"Ya lo sih senengnya sendiri."

"Bantu gue cari Erin anak 11 IPA-3."

"Sekelas sama Kak Letnan?"

Aqila mengangguk. "Lo gak perlu banyak tanya. Bantuin gue."

"Sekarang udah mulai masuk lapangan buat upacara," Wanda menarik tangan Aqila yang celingukan mencari Erin.

"Sebentar aja, Wa," pinta Aqila.

"Lo mau kena hukum lagi? Tar di kintilin Kak Letnan? Mau?"

"Enggak sih."

"Makannya ayok buruan."

Mereka bergegas menuju lapangan. Aqila harus segera menemukan Erin sebelum insiden itu terjadi.

Upacara di mulai dan berjalan seperti biasa. Posisi upacara ternyata kelas 11 IPA di silangkan dengan 10 IPS. Dan, kelas Aqila bersebalahan dengan kelas Letnan.

Terdengar suara berdecit. Aqila mulai panik, keringat bercucuran dari pelipis dan dahinya. Sosok Erin sangat sulit ditemukan.

Letnan memperhatikan Aqila yang tampak cemas.

"Anak itu kenapa lagi?"

Semua teman sekelas Letnan tiba-tiba berhamburan. Tiang bendera tepat satu garis dengan kelas mereka dan mulai menunjukan rekasi akan terjatuh.

Ditengah riuhnya siswa menyelamatkan diri, Aqila melihat Erin yang tampak bingung. Ia berlari mencoba menyelamatkannya, tiba-tiba tangannya dicekal seseorang.

Tangan Letnan.

"Lepasin!"

"Bahaya Aqila!"

"Dia dalam bahaya!"

"Nanti lo yang dalam bahaya!"

Aqila hanya bisa menatap Erin nanar, mengucap permintaan maaf dalam hatinya. Tiang bendera itu semakin miring dengan sangat cepat.

Letnan memeluk Aqila, memejamkan matanya. Aqila juga menyembunyikan wajahnya dibalik tangan Letnan. Ada sedikit hal aneh di sana.

Terdengar teriakan seluruh siswa lalu keadaan menjadi hening. Beberapa detik kemudian suasana kembali riuh. Aqila menangis di pelukan Letnan, tubuhnya bergetar di sana. Letnan melihat apa yang terjadi.

Erin tertindih tiang bendera yang lumayan berat, matanya memejam dan semua orang berusaha mengangkat tiang itu dari tubuh Erin. Letnan bisa merasakan Aqila menangis hebat. Bahunya naik turun.

Tak ada yang sadar dengan posisi mereka saat ini. Ia mengeratkan pelukannya menenangkan Aqila yang sepertinya, entahlah, Letnan juga tak mengerti.

"Innalillahi wainna ilaihi raji'un."

Seketika, semua orang menangis. Letnan ikut bergetar kali ini. Upacara hari ini ternyata upacara penjemputan ajal seseorang.

Tubuh Aqila menjadi lebih berat. Ia tak sadarkan diri.

Letnan, Aqila dan MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang