"Euh! Naluri gue selalu aja baik. Ini sama Letnan juga!"
Aqila lagi-lagi merutuki aktifitasnya yang tadi, membersihkan luka di dahi Letnan.
Tapi, dengan dongkol, Aqila tetap membersihkannya. Aqila sadar, tapi kenapa?
"Ah!"
Aqila lagi-lagi harus sabar dengan sikap Letnan esok hari yang mungkin akan lebih sering mengganggunya. Aqila dibuat merinding, membayangkan kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi.
Di tempat lain, Letnan termenung, menatap langit-langit kamarnya. Mengingat kembali perlakuan Aqila tadi saat di sekolah, tepatnya di UKS.
"Apa dia tadi sengaja ke UKS?"
"Tapi kenapa?"
Dan pertanyaan yang ada dalam pikiran Letnan hanya, kenapa?
Letnan menjadi bingung, sifat Aqila yang sebenarnya itu, yang baru saja ia lihat di UKS, atau yang selalu menolak kehadirannya. Dan sekali lagi, kenapa?
"Aqila yang di UKS tadi kerasukan apa coba?"
>>>>>♡<<<<<
Aqila memasuki areal sekolah, mendapati tatapan-tatapan yang tak dapat diartikan oleh siapapun. Dirinya tak peduli, terlihat mulut orang-orang yang memandangnya berkomat-kamit. Dirinya juga tak peduli, tak bisa mendengarnya karena telinganya tersumbat airpods.
Matanya menangkap sosok Letnan. Pikiran dan fokusnya seketika berantakan. Berjalan terpontang-panting menjauh dari Letnan.
Dan anehnya, Letnan tak mengganggunya, Letnan juga gak mengikutinya, benar-benar membingungkan.
"Gue kenapa sih? Giliran di gangguin risih kan? Giliran orang diem juga aneh. Apa-apaan deh," gumam Aqila.
Ia segera berlari dan masuk ke dalam kelasnya.
Letnan memperhatikan Aqila dari jauh.
"Tapi dia kayak biasanya kok, ngibrit kalo liat gue," gumam Letnan.
"Siapa yang ngibrit?" Rizal dan Handika tiba-tiba berada di belakangnya.
"Ngagetin aja lo!"
"Lo ngeliatin siapa?" Tanya Handika.
"Siapa lagi kalo bukan Aqila," kata Rizal acuh. "Kantin nyok! Gue lom sarapan."
Mereka berjalan beriringan menuju Kantin. Rizal yang sarapan, Letnan dan Handika hanya menemani. Ya, begitulah pertemanan mereka.
"Jidat lo udah baikan?"
"Udah sih mendingan, lagian, salah naro gunting tu anak, pas gue nunduk jadinya kena. Lo tau sendiri ujung gunting lab kayak gimana."
Handika dan Rizal mengangguk-ngangguk.
"Gue cerita deh ke kalian," kata Letnan lalu membenarkan posisi duduknya. Raut wajahnya berubah serius."Apaan?"
"Kemaren, pas gue diem di UKS, Aqila tiba-tiba dateng terus manggil gue. Terus biarpun masi dengan Aqila yang jutek bin galak, dia bersihin luka gue ini. Kenapa ya?"
"Kerasukan leluhurnya kali?" Celetuk Rizal.
"Mungkin pada dasarnya, dia baik, Nan. Cuma lo nya aja bikin kesel jadinya kayak gitu," usul Handika.
![](https://img.wattpad.com/cover/231492285-288-k49408.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Letnan, Aqila dan Mimpi
Fiksi RemajaApa yang terjadi jika kejadian esok hari, bisa lebih dulu diketahui malam ini lewat mimpi? Aqila terlilit kondisi seperti itu setelah kematian ayahnya. Bahkan, kematian seseorang bisa ia ketahui saat ia sedang tertidur. Aqila tak pernah melupakan mi...