S E N A N D I K A
.
.
.Aroma masakan melingkupi ruang meja makan, menyelinap melewati ventilasi kamar Khaleed. Wangi yang menyeruak seakan makanan itu mengendap di kerongkongannya. Baru menciumnya saja rasanya sudah cukup kenyang.
Ya! tepat dimeja makan tersaji
ikan rica-rica, prekedel ubi, dan tahu goreng krispy dengan sambal matah, lengkap terhidang disana. Masakan Umi Shafiyya memang selalu sukses membuat Khaleed berdecak kagum. the most delicious cuisine ever.Animonya menjadi orang pertama mencicipi masakan itu dan menyanjungkan pujian pada umi Shafiyya. Karena begitu antusias, hampir saja ia jatuh tersungkur menabrak meja.
Tak semudah itu ferguso! Seseorang telah mendahuluinya, "Ah!" Sudahlah Khaleed mengalah. Hamas tersenyum menyeringai.
"Zahra mana?" Umi kebetulan belum melihat anak gadisnya itu semenjak tadi sore.
"Kemana Zahra?" Hamas mengangkat satu alisnya.
"Entah"
"Biasanya ia yang selalu ribut, tolong panggil Zahra ya kak!" titah Umi Shafiyya.
"Khaleed Mi? Psst .... "
"Iya, suruh dia makan."
"Hmm iya Mi." Kembali ia mengalah.
Hamas pandai sekali menggoda adik manis nya itu.
"Zahra! Zahra!" Berkali-kali Khaleed memanggilnya sambil mengetuk pintu kamar. Tidak ada jawaban pula.
"Dek maniiiis." Sedikit geli kala memanggilnya seperti itu."Zahra! Zahra insanul khairin!"
"Pintunya sengaja dikunci?" Khaleed mulai berfikir aneh. Dengan cepat memutuskan untuk mendobrak pintu kamar itu.
Tidak ada siapa-siapa, kasurnya pun tertata rapi, terlihat jendela kamarnya terbuka, "ZAHRA!?"
Astagfirullah, Semua memasang raut wajah nanap.
5 menit sebelum kejadian, berawal dari Khaleed yang mengadu kepada abi-nya tentang masalah Zahra selama ini. Sering keluyuran pulang kampus. Sudah beberapa kali mungkin orang tua nya melarang. Ia memang kepala batu. Kadang kala membangkang, terkadang ia pendam.
Apa mungkin kaburnya ini, karena masalah itu?
Semua kaget termasuk Umi Shafiyya. Prasangka buruk menghampirinya. Bagaimana tidak, Zahra adalah salah satu anak perempuan di keluarga ini.
"Kayaknya belum jauh, Kak"
"Ya udah, kita cari Zahra sekarang!"
"Ya udah mi, kita pamit, assalamua'laikum."
"Waa'alaikumussalam. Zahra... kemana kamu nak? " Lirih Umi khawatir.
Segera Hamas mengambil kunci mobil yang tergantung disamping bufet, dan berlari kecil menuju bagasi.
Sementara itu Zahra sedang santai berjalan menelusuri metropolis. Menikmati dinginnya malam kota Bandung, dibawah langit berhambur bintang. Ia menghampiri kerumunan anak remaja di salah satu view taman kota.
Menghela nafas sejenak, berbalut jaket tebal, menikmati suasana yang jarang ia temui. Ya walaupun kalah dengan masakan Umi. Mendadak saja perutnya meronta-ronta merasakan lapar yang menggeliat. Mungkin karena suhu malam yang dingin.
"Arrrggh." Zahra mendapati dompet kosong. Nampaknya ia lupa menaruh uang. Ia mengumpat sendiri memukul-mukul kepalanya sampai tersadar pukulannya terlalu keras.
Tidak ada yang bisa ia beli tanpa uang. Hanya bisa menggigit jari, nampak seperti orang hilang. Jika ia harus balik, sama saja ia kembali ke kandang buaya, tak semudah itu meminta izin keluar rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA [HIATUS]
Espiritual⚠WARNING!⚠ Usahakan membaca di tempat yg nyaman, relung kan, hayati setiap kalimat. Based on true story, tapi kebanyakan alur fiksi. Selamat menikmati~ S I N O P S I S Sekenario Allah yang mutlak termaktub dalam kitab lauh mahfudz. Mengukir perjalan...