SENANDIKA
.
.
.Antara kebahagian dan kesedihan mempunyai porsi masing-masing. Selalu berganti dan beriringan.
Ah sial! Kenapa dia tidak menerima saja tawaran Khaleed tadi. Jika seperti ini, bagaimana ia bisa tepat waktu ke kampus? Apa macet ini tidak bisa dipending saja!? menyebalkan, gumamnya dalam hati. Ia tak biasa naik bus ini, terlalu sumpek, dan bau keringat lagi. Tak seindah drama korea, seperti bayangannya. Bus disana tentu lebih nyaman, bersih, dan modern. Berikut bonus yang bisa ia dapatkan, yaitu melihat oppa-oppa kiyowo disana.Ah apakah disini dia bisa menemukan orang semacam oppa Suho?
Beritahu dia, jika kalian menemukannya.
***"Permisi."
"Sorry, permisi ...."
Sudah berulang kali lelaki itu berbicara pada wanita yang menghalangi jalan. Wajar saja jika Zahra diam tak berkutik, ia sedang asyik menikmati lagu dari earphone yang terpasang di telinganya.
TIDID! Supir bus itu memberi klakson, berhasil membuat Zahra tersadar.
"HA?"
"Permisi."
"O-oh iya silakan," jawabnya sambil melihat punggung lelaki itu pergi.
Dia manis sekali. Pria itu telah membius pandangannya.
"OMO TUNGGU!"
"Pak! Pak! berhenti di sini!" Dia sudah melewati kampus nya. Walaupun tak terlampau jauh, mungkin ini akan sedikit menguras waktu.
"Terimakasih pak!" Ia bergegas turun dari mobil, dan berlari kecil menuju gerbang kampus.
Ribet sekali, ia berlari sambil membawa map plastik berisi lembaran tugas mata kuliahan kemarin, sambil mengecek kembali kelengkapan tugasnya.
Bayangkan sambil berlari, bagaimana tidak? Angin tak berdosa itu pun telah membawa sebagian lembaran tugasnya mengapung ke udara."YAH! YAH! YAH!" Ia berlari mengejar mengikuti arah angin.
Itu satu-satunya kertas tugas asli yang belum di fotocopy, dikerjakan penuh cinta dan pengorbanan, sengaja begadang sampai larut malam. Apa jadinya jika kertas itu mendarat ke tempat lembab, atau berair?
Dia akan sangat frustasi.DUG! Batu itu telah membawanya jatuh ke ranah hijau. "AAAW!" Ia merintih kesakitan, untung saja tidak ada yang melihat kejadian ini. jika itu terjadi, ia harus menanggung malu lebih besar ketimbang rasa sakitnya.
Lantas bagaimana nasib kertas tugas nya?
"Ini."
"Ah kertas gua?!" Ia langsung mengambil sodoran kertas dari seseorang yang berdiri didepannya.
"Teri-teri-"
Baru saja ia ingin mengucapkan terimakasih. Tiba-tiba ia dihampiri arwah kasmaran. Mendadak rasa sakit nya pun hilang. Lekat sekali ia melihat senyuman lelaki itu padanya, omo coba liat lesung pipi nya itu! Dia mirip sekali dengan Choi Si Won. Apa dia juga punya darah Indonesia? Ah lucu sekali!Lelaki itu mengangguk sambil tersenyum tipis, dan pergi berlalu meninggalkan Zahra yang masih bengong melihat kepergiannya.
Sambil tersenyum sendiri, Zahra membenahi bajunya dan berusaha berdiri. Mungkin bisa dikatakan sedikit geser otaknya. Orang-orang yang melihatnya pun demikian. Apa dia sudah tak waras?!
Bug! Tali sepatunya tak sempurna terikat, hingga ia jatuh kembali. Nasibnya harus menanggung rasa malu menghadapi ekspresi menahan tawa dari orang-orang yang melihatnya. Sadar Zahra, hidup tak seindah kenyataannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA [HIATUS]
Espiritual⚠WARNING!⚠ Usahakan membaca di tempat yg nyaman, relung kan, hayati setiap kalimat. Based on true story, tapi kebanyakan alur fiksi. Selamat menikmati~ S I N O P S I S Sekenario Allah yang mutlak termaktub dalam kitab lauh mahfudz. Mengukir perjalan...