S E N A N D I K A
.
.
.
"Eh udah pulang?"
"Mana? katanya kamu mau ngenalin pacar kamu ke mama."
"Hmmm." Haikal bejalan ke arah meja makan, mengacuhkan wanita paruh baya itu yang sedang menatap layar ponsel. Haikal malas menjawab pertanyaannya. Sampai tegukan terakhir dari jus jeruk yang ia habiskan pun, ia belum ada niatan untuk membalas.
"Cantik enggak? cantikan mama atau pacar kamu itu?"
"Ha?" Pertanyaannya mulai ngawur.
"Sudah mama duga, pasti pacar kamu cantik."
"Mah."
"Dia juga pasti suka drama korea, iya kan?"
"Atau drama Thailand?"
"Mah!"
"Mama pengen banget pacar kamu itu se-hobi sama mama."
"Mah!" Haikal mendadak kesal, tiba-tiba diserang oleh beberapa pertanyaan seperti itu.
"Apalagi kalau dia jago masak, udah deh mama terima langsung jadi calon istrimu."
"MAMAH!" Dengan meninggalkan tatapan datar, Haikal pergi ke lantai atas. Ia muak dengan semua celotehan mamanya. Ia rasa lebih baik mati saja.
"Kenapa dia?" Mamanya heran mendapati Haikal marah begitu saja.
"Arrgh!!!" pintu kamar terbuka dengan satu tendangan murka Haikal. "Astaga."
"Hai! long time no see, the amount I miss you," sapa wanita yang sedang santai merebahkan tubuhnya di kasur, serta asyik memakan martabak asin.
Kakaknya--Fanya baru saja pulang kuliah dari Amerika. Setiap tahun liburan musim panas, ia selalu pulang ke Indonesia. Alasannya simple, ia kangen dengan masakan mamanya, dan jajanan khas Indonesia seperti martabak keju yang sedang ia santap.
Kedatangan Fanya, tak mendapat respon baik dari Haikal. Ya tentu saja, dia telah membuatnya kesal! Fanya telah mengotori kasurnya yang kumal.
"Kak!"
"I am here." Fanya bersiap-siap merentangkan kedua tangannya, yang masih mengunyah martabak itu, "Hug me!"
Ini bukan waktu yang tepat untuk bercanda, Haikal butuh istirahat yang cukup. Dia lelah, tidak ingin diganggu.
Haikal berubah menjadi dingin, ia hanya mengamatinya yang sedang asik memakan martabak. Ingin sekali ia usir kakaknya itu dengan kasar.
"Mau?" Fanya menyodorkan martabak keju, hingga rempahan-rempahan martabak berjatuhan ke atas kasur.
"Enggak."
"Weirdo!"
"Lagi patah hati ya?"
"Kak, bisa enggak!-"
"Apa?"
"Gua capek."
"Huh, sad boy." Fanya tak sengaja menjatuhkan potongan martabak utuh ke atas bantal. Itu cukup berminyak dan bau. Dengan satu tatapan tajam Haikal, ia langsung menimpuk kepala Fanya dengan bantal.
"Hei, stop it!"
"Pfffttt ...." Fanya berusaha menghindar.
"Stupid."

KAMU SEDANG MEMBACA
SENANDIKA [HIATUS]
Espiritual⚠WARNING!⚠ Usahakan membaca di tempat yg nyaman, relung kan, hayati setiap kalimat. Based on true story, tapi kebanyakan alur fiksi. Selamat menikmati~ S I N O P S I S Sekenario Allah yang mutlak termaktub dalam kitab lauh mahfudz. Mengukir perjalan...