Ini adalah hari kesepuluh setelah Chuseok. Seperti biasanya dua anak dengan seragam sekolahnya, duduk memakan sarapan dikedai bibi Kim, saat keduanya sudah selesai, keduanya saling memandang, memutuskan giliran siapa yang harus membayar untuk sarapan hari ini.
"Sekarang giliranku." Ong Seongwoo merogoh kantong celananya, "Eh? Aku yakin aku memasukkan uang kemarin, kenapa tidak ada disini?"
"Jika kau tidak ingin membayar, katakan saja." Kang Daniel menjawab dengan sarkastik, lalu dia bangkit untuk membayar.
Sebenarnya, tadi malam Kang Daniel diam-diam mengeluarkan uang dari celana Ong Seongwoo . Dia tidak ingin anak itu membayar makanan untuk dirinya, tinggal dirumahnya Ong Seongwoo secara gratis selama hampir sepuluh hari sudah cukup baginya, jadi untuk serapan biarkan tuan muda yang menanggung.
Bibi Kim sedang menggoreng roti goreng. Melihat Kang Daniel memasukkan uang ke dalam kotak, dia buru-buru menghentikannya, "Oh, kalian berdua tidak perlu membayar."
"Bibi jangan melarang kami, bibi selalu memberikan kami banyak makanan."
Bibi Kim mengangguk.
Setelah itu kedua anak laki-laki itu bangkit, tapi baru saja mereka hendak pergi. Tiba-tiba, kendaraan tim penegak hukum manajemen kota berhenti di jalan, kemudian turun empat atau lima orang dengan senjata ditangan mereka, dengan wajah mengancam mereka masuk kedalam kedai bibi Kim.
"Jangan pergi dulu!" Ong Seongwoo menarik sepeda Kang Daniel.
Lima orang yang tengah berada di dalam kedai, tanpa mengatakan apa-apa, membanting dan mengahancurkan kompor, piring, peralatan makan, panci dan wajan. Beberapa pelanggan yang masih makan, mengambil barang-barang mereka dan langsung pergi.
Tempat itu sudah hancur total.
Seorang perwira dengan rambut tipis, bersikap seperti bandit, melihat penggorengan masih berdiri tegak, dan tidak peduli apakah ada orang di depannya, ia membantingnya, dan minyak panas langsung tumpah kearah bibi Kim.
"Bibi!" Ong Seongwoo berteriak dan bergegas mendekat, mencoba meraih pegangan penggorengan, tapi ditahan oleh Daniel, dia melihat minyak yang tumpah hampir mengenai kaki bibi Kim.
Mata bibi Kim terbuka lebar, sudut bibirnya bergetar, dan dia langsung jatuh ke bawah.
"Apa yang kalian ingikan?" teriak Ong Seongwoo .
Petugas itu menjawab deng nada tersinggung, "Apa yang kamu bicarakan? Ini disebut Penegakan ketertiban!"
"Jika kau ingin menegakkan ketertiban, lakukan saja, tidak perlu memecahkan dan membuat masalah ?" Wajah Ong Seongwoo menjadi gelap.
Para petugas menunjukan wajah kejam, kemudian salah satu dari mereka berkata.
"Banyak keluhan yang mengatakan kedai ini melebih batas, dia menggunakan jalan umum, sudah berapa kali wanita itu diperingatkan untuk pindah, tapi tetap saja tidak peduli."
Bibi Kim masih duduk di tanah dan menangis, tangan Ong Seongwoo terus bergetar tak terkendali, dan tatapannya tajam memotong setiap inci kulit para petugas. Dia bergegas keluar dan diseret kembali oleh Kang Daniel. Ong Seongwoo menatap Kang Daniel dengan mata merah, "Biarkan aku pergi!"
Kang Daniel sangat tenang. Dia memegang tangan Seongwoo dan berkata, "Jangan pergi, mari kita tolong bibi Kim dulu, perayalah, kau hanya perlu mengingat wajah mereka dengan jelas."
Bibi Kim menangis hingga suaranya serak. Ada banyak orang yang mengawasi, mereka semua berdiri di kerumunan samping kedai, tetapi tidak ada dari mereka yang berani untuk melangkah maju dan membantu. Petugas itu terus menghancurkan barang-barang, meja dan kursi dilemparkan, kotak uang jatuh ke tanah. Dengan ketakutan dan kegelisahan, bibi Kim dengan cepat mengumpulkan uang logam, dan membiarkan uang kertas diambil oleh para petugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E V E R I E | OngNiel
FanfictionReverie : Lamunan Awalnya Ong Seongwu seperti lamunan yang menyenangkan bagi Kang Daniel. Namun semakin Kang Daniel mencoba mendekat, Ong Seongwu terasa bagaikan obat candu yang menghilangkan akal pikiran. ⚠️🔞⚠️ Disclaimer : Original story Addict...