Part 7

3.7K 173 25
                                    

"Bisa jelaskan semua ini?" William menatap putrinya dan Martin secara bergantian.

Serena benar-benar kesal karena Martin seenaknya datang kerumahnya, apalagi saat ini mereka sedang menerima tamu dari keluarga tunangan kakaknya.

"Ah... Apa kau belum mengatakan kepada orangtua mu tentang kita?" Martin tersenyum seolah tidak bersalah.

Serena meremas ujung roknya dengan begitu kuat, ingin rasanya dia melempar apa saja ke wajah Martin agar bisa membuat pria itu bungkam saja.

William masih menatap keduanya dengan sorot penasaran, baru kali ini putrinya membawa seorang pria kerumah. Hah, Lebih tepatnya pria itu datang sendiri tanpa diundang.

"Aku akan menikahi putri mu,"  seru Martin.

Ah...sial, baru saja Serena berpikir akan membuat pria itu bungkam. Nyatanya pria itu langsung mengatakan kepada ayahnya tentang ide gila nya.

"Serena?" William menatap putrinya, meminta penjelasan yang masuk akal. Selama ini putrinya tidak memiliki kekasih, jadi bagaimana mungkin tiba-tiba akan menikah.

"Katakan sayang yang sejujurnya..." Martin merangkul pundak Serena dan menekannya sedikit kuat.

"Iy--iya Papa... Aku akan menikah dengan pria ini," ucap Serena gugup.

William menaikan alisnya, menatap tak percaya kepada pernyataan Serena tadi.

Mariana masih sibuk menemani keluarga Banner di ruang tamu, tapi sejak tadi perasaannya tak bisa tenang.

Bagaimana bisa tenang? Seorang pria berusia matang datang kerumahnya, mengaku sebagai calon suami dari putri bungsunya. Kalau itu Azura, Mariana masih bisa mengerti. Tapi ini Serena, putrinya yang bahkan tidak tertarik berkencan dengan pria manapun.

Setelah keluarga Banner pulang, Mariana ikut bergabung ke ruang kerja William.

"Jadi... Pria ini akan menikah dengan putri kita?" Mariana menatap Martin dengan tatapan menyelidik.

Martin tersenyum tipis, dia sama sekali tidak suka basa-basi. Tapi demi tujuannya, dia akan melakukan apapun.

"Dalam dua hari kami akan menikah, dan aku akan membawanya ke Toronto," ucap Martin tanpa ragu.

Serena bahkan terkejut mendengar ucapan sembarang pria itu, tidak ada perjanjian dia akan ikut ke Toronto atau kemana pun. Dia tidak akan meninggalkan Montana village.

"Bukannya kau sudah setuju tadi sayang..." Martin mengusap pipi Serena Dengan lembut.

Astaga, Serena rasanya ingin menenggelamkan wajahnya di dalam lubang yang tak terlihat. Pria ini bahkan tidak malu menyentuhnya tepat didepan kedua orangtuanya.

Dengan senyum terpaksa, Serena pun mengangguk. Oh Tuhan, dia hanya ingin pria ini cepat pergi dari rumahnya.

"Aku rasa sebaiknya kau pulang, bukankah kau sibuk." Serena meremas jemari Martin yang masih betah di pipinya lalu menepisnya dengan pelan, dia tidak ingin membuat kedua orangtuanya curiga.

"Tentu saja, kalau begitu aku permisi dulu Mr. Woollard dan Mrs. Woollard," ucap Martin seraya beranjak dari duduknya.

Diam-diam Serena menghela nafas lega.

Serena terpaksa mengantar Martin ke mobilnya.

"Aku harap kau Eemph---" ucapan Serena terpotong saat bibir Martin menempel di bibirnya.

Dengan cepat Serena mendorong dada Martin, rasanya dia ingin menyebutkan semua nama hewan yang ada di kebun binatang.

Wajah Serena merah padam karena marah bercampur malu. Bagaimana tidak, Martin menciumnya tepat di depan Allaric.

8. Bunga Kedua ( THE END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang