"Aku tidak pernah berpikir akan mengalami hal seperti ini, leluconan macam apa yang tuhan berikan padaku
aku terpukul menerima semua kenyataan ini
aku hanya bisa menangis seorang diri"***
Tul terduduk lemas di atas sofa ia memeluk kedua kakinya erat menumpu kepalanya yang tertunduk ia menangis sesegukan
ucapan dokter tadi masih terngiang di kepalanya
tul meremas rambutnya prustasi ia terus menangis berharap kalau semua ini hanya mimpi dan jika ini mimpi tul ingin cepat cepat terbangun dari mimpi buruknya inimax membuka pintu apartemant ia kaget saat melihat tul tengah menangis
max cepat cepat berjalan mendekati tul
"hey kenapa" tanya max mengangkat dagu tul
tul hanya terdiam air matanya terus saja mengalir ia tak sanggup mengatakan semuanya
"apa yang terjadi" tanya max lagi dengan raut khawatir
ia mengusap air mata tul
"tenanglah" ucapnya lagi sambil memeluk tul memberikan kenyamanan
Tul membalas pelukan max ia memeluk max erat
ia takut max tak akan menerimanya jika ia mengatakannya.
Tul melepaskan pelukanya ia mendongakan wajahnya untuk menatap max
mengamati wajahnya dengan teliti
Tul mengelus mata max
mata ini yang selalu memberikan tatapan hangat padanya tanganya turun kebawah mengusap bibirnya
bibirnya yang selalu memberikan ciuman yang membuat tul terbuai
tul memiringkan kepalanya ia memejamkan matanya erat sebelum bibirnya bersentuhan dengan bibir max
max hanya diam ia tak membalas ciuman tul biarkan tul yang mengambil alih
tul mengakhiri ciumannya ia kembali menatap mata max lekat
mungkin ciuman tadi sebagai ciuman terakhirnya,
max bingung ada apa dengan sahabatnya ini apa sesuatu telah terjadi
max ingin bertanya lagi tapi ucapan tul menghentikan niatnya untuk bertanya
"max kalau misalnya gw pergi gimana" ujar tul
"maksud lu apa " tanya max gak paham
tul menggelengkan kepalanya ia kembali memeluk max mencari kenyamanan disana
"lu kenapa nangis" tanya max yang penasaran
"ngeprank lu sih" jawab tul asal
"serius deh tul" ucap max mulai jengah nanya serius malah di becandain
tul mendongakkan kepalanya
"bawa ke K.U.A dong kalau mau serius" ujar tul malah becanda
max mendelikan matanya tajem kesel dia tuh orang nanya serius malah di gombalin
"max besok kerja kan libur
Lu temani gw seharian ya"
"kenapa emangnya" tanya max sambil melirik kearah tul
"gw kangen masa masa dulu pas lu masih jomblo yang cuma ngeprioritasin gw" jawab tul apa adanya
max mengusak rambut tul lembut
"lu bisakan" tanya tul lagi
"gw usahain ya gw gak bisa janji" jawab max
Tul sedikit kecewa dengan jawaban max
ia melepas pelukannya pada max lalu berjalan menuju kamar saat sampai di kamar tul langsung saja merebahkan dirinya ke kasur tadinya mau mandi tapi ia malas
"mandi dulu" ujar max saat masuk ke kamar
"males" jawab tul singkat
max tak menanggapi ia langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah lengket***
jam sudah menunjukan pukul 01:45 tapi tul masih terjaga, sedangkan max sudah sangat pulas mungkin sekarang max sudah ada di alam mimpinya
tul tidak bisa tidur ia masih memikirkan dirinya yang saat ini tengah mengandung bagaimana caranya dia memberitahu keluarganya perasaan akan takut di tolak selalu mengahantuinya
dan soal max ia sudah putuskan tidak akan memberitahu max biarkan waktu yang akan memberitahunya.
tul mengelus perutnya dengan perlahan
"papa akan menjagamu" gumamnya
"dan papa berharap jika nanti kau sudah ada di dunia ini dan bertumbuh dewasa kau tidak akan bertanya soal dadymu" gumamnya lagi sambil terisak
tul menutup mulutnya guna menahan isakannya ia takut membangunkan max yang tengah tertidur
"aku harap kau akan selalu bahagia max" gumam tul sambil mengelus pipi max perlahan***
pukul 10:25 tul sedang di sibukan dengan mengemas pakaiannya ia memasukan semua baju-bajunya kedalam koper
ya hari ini tul memutuskan buat pergi dari apartementnya ia sudah bulat dengan keputusannya untuk pergi, walaupun terasa berat harus meninggalkan max.
"huh" tul membuang nafasnya
ia meneliti setiap ruangan mengingat semua kenangan ia bersama max biarkan tul menyimpannya dalam memori ingatannya
sebelum tul pergi ia menuliskan surat untuk max lalu menaruhnya di atas nakas
tul menyeret kopernya lalau berjalan ke luar dengan air mata yang berlinang
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Or Say(MAXTUL)
Romance"Pergi saja jika kau tak mencintaiku, " "Aku sudah lelah mendengar semua permintaan maaf dari mu. " "Kau egois " , "Aku membencimu ". "Tidak,, aku mencintaimu , sangat mencintaimu" Lirihan kata itu terucap begitu saja ,bersamaan dengan air mata...