"makasih yaa. Ati-ati lo baliknya"
"Duluan ya Zi"
Setelah memastikan bahwa temannya sudah pergi, Zia masuk menuju rumah. Baru saja Zia akan menutup pagar, Ica datang bersama Hendery.
"Habis dari mana nihh?" Tanyanya kepada mereka berdua. Keduanya terkejut, "Kak Zia ngagetin aja sih" ucap Ica saat turun dari sepeda motor Hendery.
"Makasih ya Hen"
"Cil--"
"Der"
Mereka berdua terdiam, Zia melihat yang melihat itu memutuskan untuk masuk saja. Membiarkan keduanya untuk berbicara berdua.
Zia masuk ke dalam rumah setelah meletakkan sepatunya di tempat biasa. Badannya sangat lengket. Di ruang tamu dan ruang makan, tidak ada siapapun, masih sepi. Dari kamar mandi juga tidak ada suara orang mandi. Jadi, ia memutuskan untuk segera membersihkan badan.
Zia membutuhkan waktu 20 menit untuk mandi. Saat keluar kamar mandi, ternyata Mbak Ara, Eca, dan Ica sudah duduk manis di depan ruang tamu. Mereka bertiga sedang makan martabak telur yang dibeli Ica saat pulang tadi.
"Habis ganti baju makan ini dulu Zi", kata Ica. Zia hanya membalas dengan deheman.
"Lama, jatah lo gue habisin kak" lanjut Eca. Zia berhenti didepan pintu kamarnya lalu berbalik menghadap Eca, dengan senyum yang menurut Eca menakutkan, "bilang apa Eca sayang?"
Eca yang melihat itu langsung berkata dengan cepat, "iya iya, gak gue habisin" Ica dan Mbak Ara tertawa melihat ekspresi Eca.
***
Ica keluar dari kamar setelah berganti piyama lengan panjang bewarna ungu. Digenggamannya, ada barang yang tak pernah ia lupakan, handphone.
"Dingin banget gak sih malem ini?" Tanyanya saat duduk di atas bersama Mbak Ara. Sedangkan duo Ca, duduk di karpet bawah.
"Iya, dingin banget" jawab Ara tanpa mengalihkan pandangannya ke televisi.
Ica meletakkan telepon genggam miliknya di sampingnya, kemudian ikut memakan martabak telur. Mereka berempat masih fokus melihat berita sambil makan. Alasannya berita kali ini berasal dari daerah yang mereka tinggali saat ini.
"Serem gak sih? Banyak banget kasus pencurian yang korbannya juga di bunuh?" Tanya Ica saat berita berganti.
"Itu di deket sini gak sih kak? Kok gue familiar sama tempatnya ya?" Balas tanya dari Eca.
Keadaan hening, sebelum Eca menyadari sesuatu, "Bukannya itu resto arah ke rumah sakit Mbak Ara ya?" Tanya lagi dari Eca.
Ara yang dari tadi menyimak berita itu menganggukkan kepala. Ia masih mendengarkan dengan seksama informasi yang disampaikan oleh pembawa acara itu.
"Mbak" panggil Zia. Ara terkejut dan menoleh ke sebelah kanan, "Lo kenapa sih mbak?"
"Mbak yang bantuin korbannya tadi. Dan gak meninggal kok" jelasnya
Ketiganya terkejut mendengar penjelasan Ara. Kejadiannya ada di sekitar mereka, yang artinya mereka harus meningkatkan kewaspadaan lagi. Apalagi jika pergi sendirian dan saat malam.
"Habis ini kalo perginya malem-malem, minta ditemenin. Jangan pergi sendirian" kata Ara lagi.
"Tapi itu korbannya gak papa kan mbak? Katanya disitu bawa anak kecil? Terus anak kecilnya gimana? Selamat kan? Apa diculik? Apa juga di-hmpphh" Ica yang sudah geregetan dengan pertanyaan Eca yang sangat banyak, menjejalkan sepotong martabak ke mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
Fanfiction[ON HOLD]Arunika memiliki arti cahaya matahari di pagi hari. Bermaksud supaya Arunika memberikan kehangatan bagi siapa saja yang tinggal di dalamnya. Menjadi tempat yang dituju saat melepas lelah, tempat untuk singgah, tempat berlindung dari panas d...