2

153 24 1
                                    

"lo tuh udah kangen sama gue ya? Gue belum ada 2 jam pergi dari rumah lo udah telpon aja"

'Idih, males banget gue kangen sama lo. Lo tuh bisa gak sih gausah kepedan gini. Jijik banget dengernya'

"Ya terus lo ngapain telpon gue sih? Gue masih belum sampe dikit lagi"

'Lama amat sih lo bawa mobilnya? Jarak rumah ke kos lo itu gak sampe 2 jam deh'

"Ya gue bawa mobilnya gak ugal ugalan lah. Emangnya loo? Gue udah sampe bye!"

'Gue bel-..'

Gadis itu mematikan sambungan telepon antara ia dan kakak satu satunya secara sepihak. Ia tau kakaknya terlalu gengsi untuk menanyakan apakah perjalannya baik baik saja atau tidak.

Mobil Tesla S bewarna merah gelap itu berbelok ke sebuah gang buntu dan berhenti di rumah pojok yang di pagar bagian kanannya tertulis 'Kost Arunika'.

Ternyata pagar rumah itu tertutup. Gadis itu memilih untuk memakirkan dahulu mobilnya di garasi yang cukup luas di samping teras tersebut. Setidaknya dapat menampung 2 mobil berukuran kecil. Tapi saat ia memasukkan mobilnya masuk, ia mengira hanya akan cukup diisi 3-4 motor lagi.

Setelah menutup kembali gerbang yang ia buka, gadis itu membuka bagasi dan menurunkan 2 koper berukuran besar. 'ternyata berat banget gila' ucapnya dalam hati.

Dari luar ia mendengar sayup sayup orang sedang berbincang, ditambah lagi ia melihat tumpukan sepatu di rak yang ada di depan. Menambah keyakinannya jika para teman teman kosnya yang lain sudah datang.

Ia melirik jam yang ada di tangannya, 18.50, ternyata ia membutuhkan waktu 90 menit dari rumahnya ke sini. Itu sudah termasuk mampir untuk mengisi bahan bakar mobilnya dan membeli beberapa camilan untuk stoknya malam ini.

Gadis itu, Vana. Gadis berambut panjang bewarna cokelat tua itu membawa masuk 2 koper besarnya dan 1 sling bag, yang ia taruh di salah satu kopernya.

Ternyata pintunya tidak terkunci. Saat ia masuk, 4 orang gadis yang sedang berbincang itu menyadari kedatangannya. Mereka menoleh kearahnya serempak. Membuatnua sedikit terkejut.

"Maaf, aku ganggu ya?" Ujarnya sambil tersenyum kikuk. Lalu, salah satu dari mereka menjawab "eh, enggak kok. Kamu yang namanya Lavana?". Vana sedikit kaget. Bagaimana mereka bisa tau namanya, padahal mereka baru saja bertemu dengannya dan belum berkenalan.

"Di tiap kamar ada namanya masing-masing. Jangan kaget gitu muka lo" jelas salah satu dari mereka yang memakai celana pendek bewarna hitam. "Eh, iya. Aku Lavana kak. Panggilnya Vana aja kak". Vana menjawab pertanyaan itu sambil berjalan ke arah mereka. Salah satu dari mereka, yang Vana duga seumuran dengannya menepuk sofa disebelahnya.

"Gak usah kaku gitu. Lo santai aja. Kita belum kenalan" Vana harus bersyukur ia bertemu dengan teman kos yang tidak sekaku dirinya saat bertemu dengan orang baru. Karena Vana adalah tipe orang yang akan mengikuti lawan bicaranya yang baru. Jika orang itu kaku, maka Vana akan kaku. Namun, jika orang itu ramah, maka Vana juga bisa ramah.

***

Setelah perkenalan singkat di ruang tamu, Vana memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Melihat bagaimana kamar yang akan ia tempati beberapa tahun kedepan. Vana berharap ia kan betah tinggal disana. Terlalu repot jika ia harus berpindah pindah tempat lagi.

Kamarnya tidak sebesar kamar yang ada di rumahnya, tapi terlihat nyaman. Vana memutuskan untuk segera mandi dahulu lalu merapikan barang bawaan yang ia bawa dari rumah.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang