WARNING !
🔞
Don't reading this if u r under 18 years old !!
U can find other stories that r safe to read .
♧
♧
♧
"Oh gapapa Bunda .. Justru aku seneng Bunda bisa dateng ."
"Ini semua pasti Jimin yang masak , Bunda mah ga percaya Rose bisa nyentuh dapur ." Cibir Bunda Jisoo .
Semenjak menikah , Bunda Jisoo dan Ayah Seokjin jarang sekali berkunjung . Bahkan kedatanganya bisa dihitung dengan jari , tidak seperti Mami Janne yang nyaris setiap minggu mampir untuk bertemu . Selain pekerjaan , Bunda Jisoo juga sedang disibukkan dengan Toko Rotinya yang baru ia buka beberapa bulan sebelum perikahan Jimin dan Rose .
Rose sedang tidak ada di ruang tengah , gadis itu sedang merapihkan diri didalam kamar mandi . Sebetulnya bukan alasan kenapa Bunda Jisoo dan Ayah Seokjin menjenguk mereka berdua . Alasannya karena , Rose sedang mengandung anak pertamanya . Buah cintanya dengan Jimin suaminya . Janinnya masih berusia delapan belas minggu , memang pada usia ini sudah lumayan banyak perubahan dalam dirinya , Rose mulai merasa perutnya sudah mulai membuncit .
Kehamilannya memang begitu cepat , ini semua berkat Mami Janne yang memberikan gadis itu rekomendasi , dokter program kehamilan yang terbaik di kotanya . Tidak ada yang lebih menyenangkan , karena Rose sendiri merasa terbantu dengan didikan dari Mami Janne .
Sesekali mertua andalannya itu memberikan asupan terbaik buatnya . Memperhatikan hingga hal hal kecil yang harus dilakukkan bagi seorang Ibu muda seperti Rose . Jimin mengaku ini bukan beban , jika ia harus mengerjakan beberapa tugas rumah tangga . Setidaknya ia ingin sekali si janin kelak menjadi sehat dan kuat seperti Ibunya .
Rose dan Jimin juga meninggalkan kebiasaan buruknya seperti meminum alkohol dan merokok , alih alih ingin tetap membuat pertumbuhan janin Rose tidak terganggu .
Setelah berjalan setengah tahun , dimana Rose dan Jimin mengikat hubungan sebagai Suami Istri , pada akhirnya keduanya diberi kepercayaan memiliki seorang bayi mungil . Rose pun sempat mengaku takut karena si bayi lumayan rewel hingga sering membuat si Ibu merasa mudah lelah dan menahan rasa sakit setiap pagi .
Yang tadinya Jimin enggan menyentuh peralatan dapur , mau tidak mau laki laki ini dengan sendirinya berkulik diatas kompor dapurnya . Jimin memang seperhatian itu , selain celotehan dari Mami Janne yang selalu mendokteri nya , karena Janne memang melarang keras jika Rose mengeluarkan banyak tenaga . Laki laki ini memang tidak pernah keberatan untuk melakukan semuanya seorang diri . Hitung hitung Jimin belajar melakukan apa apa dengan mandiri .